Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Tugas Review Film tanah surga katanya, Summaries of Accounting

Film tanah surga katanya disutradarai oleh Herwin Novianto bercerita tentang seorang anak bernama Salman yang tinggal di suatu daerah pedalaman pulau Kalimantan

Typology: Summaries

2020/2021

Uploaded on 11/26/2021

kanza-della
kanza-della 🇮🇩

1 document

1 / 3

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Tugas Review Film
“Tanah Surga... Katanya”
Judul : Tanah Surga.... Katanya
Tanggal Rilis : 15 Agustus2012
Sutradara : Herwin Novianto
Penulis : Danial Rifki
Pemeran : Aji Santosa,Fuad Idris, Ence Bagus, dll.
Film tanah surga katanya disutradarai oleh Herwin Novianto bercerita tentang seorang anak
bernama Salman yang tinggal di suatu daerah pedalaman pulau Kalimantan dan berbatasan
langsung dengan Serawak, Malaysia. Ia tinggal bersama adik perempuannya Salina dan juga
kakeknya Hasyim yang memiliki rasa nasionalisme tinggi. Hidup di perbatasan indonesia-
malaysia serta daerah terpencil dari kota sangat tidaklah mudah. Setelah kehilangan istri dan
ibunya anak Hasyim, yang bernama Haris memutuskan untuk pergi merantau ke Malaysia dan
merintis usaha di Malaysia.
Hingga suatu ketika Haris kembali kerumahnya dan mengajak kedua anaknya Salman dan Salina
serta Kakek pindah ke Malaysia agar mereka mendapatkan kehidupan yang lebih bagus, tetapi
rasa nasionalisme yang sudah tertanam kuat dalam diri kakek yang dulu merupakan prajurit
perang saat Indonesia dan Malaysia berseteru membuatnya enggan bahkan menolak keras untuk
meninggalkan tanah air tercinta dan pergi ke Malaysia. Mengingat kondisi sang kakek yang
sudah tua renta dan sakit Salman tidak tega sehingga memutuskan tidak ikut ayahnya pindah ke
Malaysia. Berbeda dengan Salina yang memilih untuk ikut sang ayah pindah ke Malaysia
Kenyataan bahwa sakit kakeknya Salman parah dan harus dibawa ke rumah sakit dan akan
memakan biaya transportasi dan obat yang tidak sedikit memaksa Salman untuk bekerja di
sebuah pasar yang ada di Malaysia. Di tempat itu Salman melihat dengan jelas bahwa betapa
tidak dihargai nya bangsa dan negara Indonesia bahkan bendera merah putih yang suci pun
digunakan sebagai kain pembawa barang yang tidak ada maknanya. Di pasar itu Salman juga
bertemu dengan sang adik yaitu dan melihat bahwa kehidupan sang adik dengan ayahnya lebih
baik daripada kehidupannya di Kalimantan. Di sana ia juga bertemu dengan ibu tirinya yang
merupakan warga negara Malaysia.
Di sela-sela waktu sekolahnya Salman bekerja mencari uang untuk membawa kakeknya berobat.
Ia merupakan murid yang lebih pandai di sekolah daripada teman-temannya yang lain. Sekolah
itu sempat diliburkan selama 1 tahun karena tidak ada guru yang mengajar, akan tetapi setelah
kedatangan Bu Astuti sekolah itu kembali beroperasi dan memiliki dua kelas yaitu kelas 3 dan 4.
Tak lama kemudian datanglah Dokter Anwar, seorang dokter sukarelawan yang masih muda ke
desa itu dengan alasan tidak mampu bersaing sebagai dokter profesional di kotanya yaitu
pf3

Partial preview of the text

Download Tugas Review Film tanah surga katanya and more Summaries Accounting in PDF only on Docsity!

Tugas Review Film “Tanah Surga... Katanya” Judul : Tanah Surga.... Katanya Tanggal Rilis : 15 Agustus 2012 Sutradara : Herwin Novianto Penulis : Danial Rifki Pemeran : Aji Santosa, Fuad Idris, Ence Bagus, dll. Film tanah surga katanya disutradarai oleh Herwin Novianto bercerita tentang seorang anak bernama Salman yang tinggal di suatu daerah pedalaman pulau Kalimantan dan berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Ia tinggal bersama adik perempuannya Salina dan juga kakeknya Hasyim yang memiliki rasa nasionalisme tinggi. Hidup di perbatasan indonesia- malaysia serta daerah terpencil dari kota sangat tidaklah mudah. Setelah kehilangan istri dan ibunya anak Hasyim, yang bernama Haris memutuskan untuk pergi merantau ke Malaysia dan merintis usaha di Malaysia. Hingga suatu ketika Haris kembali kerumahnya dan mengajak kedua anaknya Salman dan Salina serta Kakek pindah ke Malaysia agar mereka mendapatkan kehidupan yang lebih bagus, tetapi rasa nasionalisme yang sudah tertanam kuat dalam diri kakek yang dulu merupakan prajurit perang saat Indonesia dan Malaysia berseteru membuatnya enggan bahkan menolak keras untuk meninggalkan tanah air tercinta dan pergi ke Malaysia. Mengingat kondisi sang kakek yang sudah tua renta dan sakit Salman tidak tega sehingga memutuskan tidak ikut ayahnya pindah ke Malaysia. Berbeda dengan Salina yang memilih untuk ikut sang ayah pindah ke Malaysia Kenyataan bahwa sakit kakeknya Salman parah dan harus dibawa ke rumah sakit dan akan memakan biaya transportasi dan obat yang tidak sedikit memaksa Salman untuk bekerja di sebuah pasar yang ada di Malaysia. Di tempat itu Salman melihat dengan jelas bahwa betapa tidak dihargai nya bangsa dan negara Indonesia bahkan bendera merah putih yang suci pun digunakan sebagai kain pembawa barang yang tidak ada maknanya. Di pasar itu Salman juga bertemu dengan sang adik yaitu dan melihat bahwa kehidupan sang adik dengan ayahnya lebih baik daripada kehidupannya di Kalimantan. Di sana ia juga bertemu dengan ibu tirinya yang merupakan warga negara Malaysia. Di sela-sela waktu sekolahnya Salman bekerja mencari uang untuk membawa kakeknya berobat. Ia merupakan murid yang lebih pandai di sekolah daripada teman-temannya yang lain. Sekolah itu sempat diliburkan selama 1 tahun karena tidak ada guru yang mengajar, akan tetapi setelah kedatangan Bu Astuti sekolah itu kembali beroperasi dan memiliki dua kelas yaitu kelas 3 dan 4. Tak lama kemudian datanglah Dokter Anwar, seorang dokter sukarelawan yang masih muda ke desa itu dengan alasan tidak mampu bersaing sebagai dokter profesional di kotanya yaitu

Bandung. Penduduk kampung sangat senang dengan kedatangan dokter Anwar dan menjulukinya Dokter Intel. Dia terkadang membantu Bu Astuti mengajar di kelas dan sempat terkejut dikarenakan anak-anak yang bersekolah di tempat itu memiliki pengetahuan yang sangat minim tentang Indonesia bahkan tidak mengetahui warna bendera dan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Maklum saja mereka tinggal di pedalaman dan memiliki akses yang sulit. Bahkan mata uang yang digunakan sehari-hari pun mata uang dari Malaysia yaitu Ringgit. Suatu ketika sakit yang diderita oleh kakek Hasyim semakin parah, Dokter Anwar pun menganjurkan agar kakek Hasyim segera dibawa ke rumah sakit, keesokan paginya Salman Dokter Anwar dan Bu Astuti membawa kakek Hasyim ke rumah sakit menggunakan perahu.. Akan tetapi sungguh sangat disayangkan kakek sudah dipanggil oleh yang maha kuasa sebelum sampai ke tujuan. Unsur nasionalisme akan sangat terasa saat kita menonton film ini. Unsur nasionalisme sudah menjorokan dari awal hingga akhir cerita. Karakter tokoh kakek yang merupakan veteran perang sangat mewakili unsur nasionalisme tersebut. Watak itu diturunkan ke cucunya yaitu Salman dengan cara menceritakan berbagai kejadian saat peristiwa Dwikora. Pesan dalam film tersebut yaitu untuk selalu mencintai tanah air hingga akhir hayat tersampaikan dengan jelas kepada para penonton Tanah Surga Katanya ini. Tetapi penyajian dari pesan tersebut tidak disajikan dengan cakap. Cara penyampaian pesan untuk menanamkan rasa nasionalisme di dalam film ini terkesan terlalu memaksa, ini dapat memicu rasa benci terhadap negara Malaysia yang mana seharusnya tidak dibenarkan antara warga negara tidak boleh timbul rasa benci atau dendam. Yang seharusnya diajarkan adalah untuk memupuk rasa toleransi dan saling menghargai antar negara yang justru tidak disampaikan dalam film ini. Dari segi Pengambilan gambar atau sinematografi film ini kurang memperlihatkan kekayaan dan keindahan alam yang berada ada di daerah tersebut yaitu Kalimantan. Tapi yang diperlihatkan justru banyak daerah dusun yang ditinggali Salman dan penduduk lainnya yang merupakan daerah pedalaman terpencil yang bahkan tidak dihiraukan oleh pemerintah Indonesia. Jika memang sutradara ingin mengkritik pemerintah Indonesia agar memeratakan pembangunan seharusnya memperlihatkan kelebihan apa yang ada di daerah tersebut dibandingkan hanya memperlihatkan kekurangannya. Selain sinematografi yang kurang, pemilihan tokoh yang berperan di dalam film ini juga dinilai tidak tepat. Tokoh dokter Anwar yang diperankan oleh Ringgo Agus Rahman dan tokoh Haris yang diperankan oleh Ence Bagus dinilai tidak cocok memerankan peran tersebut. Karakter yang serius dinilai tidak sesuai dengan yang mereka miliki yaitu sebagai komedian. Ending film yang dianggap “menggantung” dinilai penonton sangat tidak menarik. Penonton bertanya-tanya bagaimana kelanjutan hidup Salman dan apa yang akan ia lakukan untuk daerahnya itu.