Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

The Impact of Corruption, Collusion, and Nepotism in Business Practices, Cheat Sheet of Private law

The issue of corruption, collusion, and nepotism (ccn) as a social phenomenon in business practices in indonesia. It provides an overview of the definitions of ccn, the legal framework for prevention, the key perpetrators, the general principles of state administration, and the sanctions for ccn violations. The document highlights the need for a comprehensive approach to tackling ccn, including systematic removal of corrupt officials, administrative reforms, and economic policies that enable a decent standard of living. The paper emphasizes the importance of three key components in eradicating ccn: establishing a new performance evaluation system, swiftly punishing corrupt officials, and implementing a clean governance and good business practices framework.

Typology: Cheat Sheet

2023/2024

Uploaded on 06/09/2024

bunga-cahya-anggraini
bunga-cahya-anggraini 🇮🇩

1 / 14

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
TUGAS MANDIRI
KEWARGANEGARAAN
DAMPAK KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME
Dibuat Oleh
Nama : Bunga Cahya Anggraini
NPM : 230410005
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan
Dosen : Muhamad Khoiri S.Pd,.M.Pd
FAKULTAS TEKNIK DAN KOMPUTER
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe

Partial preview of the text

Download The Impact of Corruption, Collusion, and Nepotism in Business Practices and more Cheat Sheet Private law in PDF only on Docsity!

TUGAS MANDIRI

KEWARGANEGARAAN

DAMPAK KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME

Dibuat Oleh Nama : Bunga Cahya Anggraini NPM : 230410005 Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Dosen : Muhamad Khoiri S.Pd,.M.Pd FAKULTAS TEKNIK DAN KOMPUTER PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PUTERA BATAM

DAFTAR ISI

  • DAFTAR ISI
  • KATA PENGANTAR
  • BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
    • A. Latar belakang
    • B. Rumusan masalah.
    • C. Manfaat penelitian
    • D. Tujuan Penelitian
  • BAB II ISI
    • A. Pengertian KKN
    • B. Pencegahan KKN di Indonesia
    • C. Pelaku KKN
    • D. Asas umum penyelenggaraan Negara...............................................
    • E. Sanksi KKN
  • BAB III PENUTUP
    • A. Kesimpulan
  • DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( KKN ) yang selama ini hanya menjadi isu nasional, akhirnya meningkat semakin endemis dan kecenderungan tetap parah akibatnya bangsa dan negara dilanda multi krisis termasuk dalam dunia bisnis, kredebilitas dan kemampuan daya saing para pelaku bisnis melemah. Hal ini menjadi tantangan dunia usaha dalam menghadapi perdagangan bebas. Dalam praktek bisnis di Indonesia fenomena yang senantiasa muncul dalam masyarakat adalah setiap peluang usaha selalu tidak lepas adanya KKN. Hampir setiap media informasi cetak, elektro, digital internet memuat tentang KKN yang mempengaruhi praktek bisnis, bahkan telah sedemikian melembaga. Para pelaku bisnis mulai dari oknum-oknum yang berada pada struktur pemerintahan negara (birokrat) dan BUMN maupun dari swasta, konglomerat dan koperasi, praktisi hukum, legislatif dan LSM sering terkait dengan praktek KKN, jadi pelaku KKN itu baik yang berstatus swasta maupun pegawai negeri juga diperluas pengertiannya termasuk korporasi (Prinst, 2002 : 17). Hal tersebut dimungkinkan karena para birokrat dan pelaku-pelaku bisnis tertentu menguasai sumber-sumber dan potensi ekonomi atau jaringan bisnis yang setrategis tanpa memperhatikan kepentingan natural meskipun akan menimbulkan kerugian keuangan dan ekonomi negara.

B. Rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menelaah masalah-masalah KKN sebagai fenomena sosial dalam praktek bisnis serta upaya penanggulangannya dengan perumusan masalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah eksistensi KKN sebagai fenomena sosial dalam praktek bisnis? b. Bagaimanakah perkembangan KKN dengan pola baru dan upaya penanggulangannya?

C. Manfaat penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, terutama kepada : a. Peneliti / Penulis 1). Merupakan kesempatan berkarya untuk menuangkan konsep- konsep yang telah dipelajari dan diperoleh selama proses perkuliahan, pengalaman-pengalaman ke dalam sebuah tulisan ilmiah. 2). Merupakan pendalaman, latihan dan mengkaji permasalahan yang berkaitan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang menjadi fenomena sosial dalam praktek bisnis. 3). Mengembangkan kemampuan penalaran hukum dalam menganalisis permasalahan yang berkaitan dengan KKN dalam praktek bisnis. b. Perguruan Tinggi 1). Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah. 2). Hasil penelitian menjadi landasan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

BAB II ISI

A. Pengertian KKN Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme telah dijelaskan mengenai pengertian KKN. Dikutip dari situs resmi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI, berikut ini pengertian korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN):

  • Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi.
  • Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama melawan hukum antar-penyelenggara negara dan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat dan atau negara.
  • Nepotisme adalah setiap perbuatan penyelenggara negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. B. Pencegahan KKN di Indonesia Untuk melakukan pencegahan terhadap praktik KKN, pemerintah Indonesia mengeluarkan landasan hukum yaitu Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. UU No. 28 Tahun 1999 tersebut disahkan di Jakarta pada 19 Mei 1999 oleh Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie). Dalam pasal 5 UU No. 28 Tahun 1999, penyelenggara negara dituntut menjalankan tugas dan fungsinya secara sungguh-sungguh, penuh rasa tanggung jawab, secara efektif, efisien, bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

C. Pelaku KKN Praktik KKN tidak hanya mungkin dilakukan antar-penyelenggara negara tetapi juga antara penyelenggaraan negara dan pihak lain seperti keluarga, para pengusaha dan lainnya. Adanya UU No. 28 Tahun 1999 dimaksudkan sebagai upaya mencegah para penyelenggara negara dan pihak lain melakukan praktik KKN. Maka sasaran pokok UU tersebut adalah para penyelenggara negara, yang meliputi:

  1. Pejabat negara pada lembaga tertinggi negara
  2. Pejabat negara pada lembaga tinggi negara
  3. Menteri
  4. Gubernur
  5. Hakim di semua tingkatan peradilan
  6. Pejabat negara yang lain sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis terkait penyelenggaraan negara Yang dimaksud dengan pejabat lain yang memiliki fungsi strategis adalah pejabat yang tugas dan wewenangnya dalam melakukan penyelenggaraan negara rawan terhadap praktik KKN, antara lain:
  7. Direksi, komisaris dan pejabat struktural lain pada BUMN dan BUMN
  8. Pimpinan Bank Indonesia dan Pimpinan Badan Penyehatan Perbankan Nasional
  9. Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri
  10. Pejabat Eselon I dan pejabat lain yang disamakan di lingkungan sipil, militer dan Kepolisian Negara RI
  11. Jaksa
  12. Penyidik
  13. Panitera pengadilan
  14. Pemimpin dan bendahara proyek
  • Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
  • Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. E. Sanksi KKN Adanya sanksi sebagai jaminan atas ditaatinya ketentuan tentang asas-asas umum penyelenggaraan negara, hak dan kewajiban penyelenggara negara dan ketentuan lainnya. Sehingga dapat diharapkan memperkuat norma kelembagaan, moralitas individu dan sosial. UU No. 28 Tahun 1999 mengatur sanksi bagi penyelenggara negara yang melanggar ketentuan. Jenis sanksi yang berlaku ada tiga jenis yaitu:
  1. Sanksi administratif
  2. Sanksi pidana
  3. Sanksi perdana Berikut ini sanksi dan denda yang akan dikenakan pada pelaku KKN, yaitu: Sanksi pelaku korupsi Pembahasan mengenai pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) berdasarkan UU No. 31 Tahun 1999 yang disahkan dan diundangkan pada 16 Agustus 1999 di Jakarta oleh Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie. Dalam Pasal 2 UU No. 31 Tahun 1999 disebutkan setiap orang yang secara hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau

orang lain yang suatu korporasi dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, akan mendapatkan sanksi berupa:

  • Pidana penjara seumur hidup atau minimal 4 tahun dan maksimal 20 tahun
  • Denda minimal RP 200 juta dan maksimal Rp 1 miliar Sanksi pelaku kolusi Menurut Pasal 21 UU No. 28 Tahun 1999, setiap penyelenggara yang melakukan kolusi akan dikenai sanksi berupa:
  • Pidana penjara minimal 2 tahun dan maksimal 12 tahun
  • Denda minimal Rp 200 juta dan maksimal Rp 1 miliar Sanksi pelaku nepotisme Menurut Pasal 22 UU No. 28 Tahun 1999, setiap penyelenggara negara yang melakukan nepotisme akan mendapatkan sanksi berupa:
  • Pidana penjara minimal 2 tahun dan maksimal 2 tahun.
  • Denda minimal Rp 200 juta dan maksimal Rp 1 miliar Peran serta masyarakat cegah KKN Menurut pasal 8 UU No. 28 Tahun 1999, peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan negara adalah menggunakan hak dan tanggung jawab untuk ikut mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih. Berikut ini peran serta masyarakat untuk mencegah KKN sesuai Pasal 9 UU No. 28 Tahun 1999 tersebut:
  • Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi tentang penyelenggaraan negara.
  • Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara negara.
  • Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap kebijakan penyelenggara negara.
  • Hak memperoleh perlindungan hukum.

Dari uraian yang dipaparkan, penulis mengambil kesimpulan bahwa terdapat tiga komponen dalam memberantas KKN yaitu:

  1. Menetapkan sebuah sistem evaluasi kinerja yang baru.
  2. Mengumpulkan informasi tentang korupsi.
  3. Menghukum dengan segera pejabat yang korupsi.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/14/140000269/korupsi- kolusi-dan-nepotisme-kkn-pengertian-pencegahan-dan- sanksi?page=all http://e-journal.uajy.ac.id/4153/2/1MIH00900.pdf https://media.neliti.com/media/publications/240321-korupsi-kolusi-dan- nepotisme-dalam-persp-0615a1d6.pdf