






Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
The concept of faith (iman) in islam, including its definition, the pillars of faith, and the actions that can nullify one's faith. It provides an in-depth exploration of the meaning of faith, the importance of believing in the oneness of allah, the angels, the divine scriptures, the prophets, the day of judgment, and divine decree. The document also examines the various behaviors and actions that can undermine or negate one's faith, such as disbelief, hypocrisy, and disobedience to allah's commands. By understanding the essence of faith and the factors that can weaken or invalidate it, the document aims to help readers strengthen their spiritual connection and commitment to their islamic beliefs.
Typology: Cheat Sheet
1 / 11
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Di Susun Oleh Kelompok 10 Reza Andela (22681040) Jimi Pramana (22681026) Dosen Pengampuh Albuhari., MH.I
Segala puji kepada ALLAH swt. Karena atas limpahan rahmat dan pengentahuan nya lah kami dapat meneyelesaikan makalah kami tepat pada waktunya. Tidak lupa untuk dosen mata kuliah bapak Albuhari MH., atas materi makalah karena dengan materi ini kami lebih dalam mengetahui Hakikat Iman dan hal yang membatalkan. Semoga dengan makalah yang kami buat dapat menambah pengetahuan teman-teman mahasiswa lebih paham lagi tentang Ilmu Tauhid. Tapi kami berhrap penuh makalah yang kami susun ,menjadi salah satu sumber yang dapat menambah ilmu-ilmu terutama bagian Matakuliah Ilmu Tauhid. Mudah-mudahan makalah sederhana kami ini yang telah berhasil kami susun bisa dengan mudah di pahami oleh siapa pun yang membacanya. Meskipun makalah yang kami buat masih banyak kekurangan dam kesalahan dalam kata atau pun kalimat, sebelimnya kami meminta maaf. Serta tidak lupa kami berharap adanya kritik dan saran dari teman-teman yang membangung sehingga ke depanya kami bisa lebih baik lagi. Demikianlah kami ucapkan terima kasih.
PENDAHULUAN
Dewasa ini banyak sekali orang yang merasa diri-nya beriman, mereka juga hafal benar arti dari kata iman. Namun, sesungguhnya mereka belum mengerti apa makna dari iman itu, serta tingkah laku dan perbuatan mereka tidak mencerminkan diri-nya beriman. Pemakalah sebelumnya telah sedikit banyak menjelaskan tentang pengertian iman serta naik dan turunnya iman. Bahwasanya, tebal-tipisnya kadar iman seseorang bisa dilihat dari sepak terjangnya dalam kehidupan sehari-hari. Yakni sejauh mana orang tersebut mematuhi segenap perintah Allah SWT. Dan meninggalkan segala larangan-Nya. Sepak terjang seseorang yang mencerminkan kesempurnaan imannya adalah apabila ia mampu mempraktekkan seluruh cabang iman dalam kehidupannya sehari-hari. Ibarat sebuah pohon, iman itu memiliki cabang-cabang. Dalam salah satu hadits Rasulullah saw bersabda: “Iman mempunyai lebih dari enam puluh cabanُ. Adapun malu adalah salah satu cabang dari iman [HR. Bukhari] Dalam hadits tersebut, Iman memiliki cabang yang banyak. Dalam hadits di atas disebutkan lebih dari 60 cabang. Ini menegaskan bahwa iman mendorong kita untuk mengejar kesempurnaan iman dengan memenuhi cabang- cabangnya.
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Iman Kata Iman berasal dari bahasa arab yaitu “امن ” yang artinya aman, damai, tentram. Dalam pengertian lain adalah keyakinan atau kepercayaan^1. Kata iman tersusun dari tiga huruf (hamzahmim-nun), Kemudian disebutkan dalam kitab Mu’jam Mufahros jumlah keseluruhan ayat di dalam Al-Qur’an tempat dimana kata-kata berakar pada huruf a-m-n ada 3872. Sedangkan kata iman itu sendiri mempunyai arti membenarkan atau mempercayai. (at-tasdiq) yang merupakam lawan dari kata Al-Kufr dan At-Taqdzib^3. sedangkan secara terminologi atau dalam istilah syar’i para ulama tafsir mempunyai pendapat yang beragam tentang pengertian iman, antara lain: Muhammad Nawawi Al-Jawi berkata, Iman adalah mereka yang percaya dengan segenap hati mereka. Tidak sepeti orang-orang yang berkata namun tidak sesuai dengan hati mereka^4. Menurut al-Baidhawi berkata bahwa Iman secara bahasa merupakan ungkapan tentang membenarkan sesuatu. Kata iman diambil dari kata al-amn, seperti bahwasannya orang yang membenarkan sesuatu, maka dia (akan) mengamankan hal yang diyakini kebenarannya itu dari pendustaan dan ketidak cocokan/perbedaan^5. Menurut M. Quraish Shihab iman yang benar akan melahirkan aktifitas yang benar sekaligus kekuatan menghadapi tantangan, bukannya kelemahan yang melahirkan angan- angan dan mengantar kepada keinginan terjadinya sesuatu yang tidak sejalan dengan ketentuan hukumhukum Allah yang berlaku di alam raya, atau yang bertentangan dengan akal sehat dan hakikat ilmiah^6. Menurut Ibnu katsir iman adalah membenarkan ucapan dengan perbuatan, kemudian melakukan sholat dan menunaikan zakat dan apa yang dibawa oleh Rosulullah (^1) Zaini, Syahminan, Kuliah Aqidah Islam, (Surabaya:Al-Ikhlas,1983), hlm. (^2) Muhammad Shidqi ‘Athori, al-Mu’jam al-Mufahros li Ahfadz Al-Qur’an al-Karim, (Beirut: Dar Fikr, 2010). Hlm 14- (^3) Muhammad Ibnu Mukrim Ibn Manzur Al-Afriki Al-Misri. Lisan al-Arabi (Beirut: dar sodir), hlm. 21 (^4) Muhammad Nawawi Al-Jawi, Tafsir Uunir, Marah Labid, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), hlm. 8 (^5) Al-Baydawi, Abdullah bin ‘Umar, Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil, Jld. I, ditahqiq oleh Aburrahman al-Mir’asyly, (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats Al-‘Arabi 1418H), hlm. 38 (^6) M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan, jilid II (Tangerang: Lentera Hati, 2010), hlm. 18
Syaikh Hafizh bin Ahmad Hakami mengatakan, yang di maksud iman kepada malaikat adalah meyakini adanya malaikat, sebagai hamba Allah yang selalu tunduk dan beribadah^10. Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, mengatakan dalam bukunya: malaikat adalah makhluk agung, jumlahnya banyak dan tak terbilang, tidak ada yang bisa menghitungnya selain Allah semata. Allah meciptakan mereka dari cahaya, menciptaka mereka dengan tabiat baik, tidak mengenal kejahatan, dan mereka tidak dperintahkan atapun melakukan itu. Karena itu mereka taat kepada Rabb, tidak mendurhkai apapun yang diperintahkan, dan melakukan perintah yang disampaikan. Mereka bertasbih memahasucikan Allah siang dan malam tanpa kenal lelah, tidak jemu untuk beribadah kepada Allah ataupun sombong^11. 3 Iman kepada Kitab Kitab Allah Makna beriman kepada kitab-kitab ilahi yang merupakan bagian dari akidah mukmin ialah membenarkan secara pasti kalam khusus Allah yang Dia Wahyukan kepada Rasul pilihan-Nya, kemudian disatukan dan dsusun menjadi lembaran- lembaran atau kitab-kitab suci. Lembaran-lembaran dan kitab-kitab yang dketahui wajib diimani secara rinci, dan yang tidak diketahui wajib diimani secara garis besar. Satu-satunya referensi yang menjadi sumber untuk mengetahui kitab-kitab Ilahi secara rinci adalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an dalah kitab yang terjaga sedemikian rupa, tidak ada penambahan ataupun pengurangan, tidak ada pendistorsian, tidak ada perubahan ataupun penggantian sama sekali di dalamnya. Al-Qur’an akan terus terjaga dengan penjagaan Allah hingga mendekati ambang batas akhir kehdupan dunia ini. Yang dimaksud dengan iman kepada kitab-kitab Allah adalah membenarkan bahwa kitab-kitab tersebut telah diturunkan oleh Allah. Kitab tersebut diturunkan melalui firman-firman-Nya. Ada yang disampaikan secara langsung kepaa para Rasul tanpa perantara, ada yang disampaikan melalui perantara malaikat, dan ada yang dia tulis sendiri. 4 Iman Kepada Para Rasul (^10) Syaikh Hafidz bn Ahmad Hakami, 222Kunci Aqidah yang Lurus, Jak-Sel, Mustaqim, 2001, hlm. 81 (^11) Syakh abu bakar jabir al-jazairi, Aqidatu Mu’min kupas tuntas aqidah seorang mu’min, Solo, Daar An-Naba’,2014, hlm 212
Iman kepada Rasul adalah percaya dan yakin bahwa Allah swt telah mengutus para Rasul kepada manusi untuk memberi petunjuk kepada manusia, dan Nabi yang wajib kita percayai itu ada dua puluh lima. 5 Iman Kepada Hari Akhir Hari akhir ialah Hari kiamat, termasuk kebangkitan (alba’ts), yaitu keluarnya manusia dari kubur mereka dalam keadaan hidup, sesudah jazad mereka dikembalikan dengan seluruh bagiannya seperti dulu kala di dunia. 6 Iman kepada Taqdir Iman kepada Qadha dan Qadhar adalah percaya bahwa segala hak, keputusan, perintah, ciptaan Allah swt yang berlaku pada makhluknya termasuk dari kita (manusia) tidaklah terlepas (selalu berlandaskan pada) kadar, ukuran, aturan dan kekuasaan Allah swt^12. Sebagai manusia biasa yang lemah kita harus percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita atas izin Allah swt, jadi berserah dirilah kepada Allah swt, dengan cara berusaha, berdoa dan berikhtiar kepada Allah. Karena Allah swt memberi cobaan itu pasti sesuai dengan posisi kita masing-masing, tidak ada yang kurang atau lebih. Artinya manusia hanya bias berusaha dan sesungguhnya Allah swt yang akan menentukan. Jadi sebagai seorang mu’min kita wajib percaya kepada rukun-rukun iman yang akan menjadi benteng yang kokoh dalam kehidupan kita di sunia. Dan kita memang harus yakin bahwa Alah swt lah Tuhan kita, Islam sebagai agama, Muhammad sebagai Rasul, al-Qur’an sebagai kitabullah dan petunjuk, serta kita berpegang teguh kepada agama islam, beriman kepada semua yang telah diciptakan Allah swt. C. Hal Hal yang membatalkan keimanan seseorang Iman orang mukmin dapat bertambah namun juga dapat berkurang. hal-hal yang dapat mengurangi iman tentunya merupakan hal buruk yang sering dilakukan oleh orang- orang yang buruk perangainya. Seperti melakukan kemaksiatan-kemaksiatan. Semakin buruk perangai seseorang maka semakin berkurang iman orang tersebut, apalagi sampai orang muslim melakukan kekafiran lalu masuk lagi kedalam Islam lalu keluar lagi dan begitu seterusnya maka orang tersebut tidak akan diberikan petunjuk oleh Allah. hal ini sesuai dengan firman Allah swt surat an-Nisa ayat 137: (^12) Jujun S. Suriasumarti, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm. 4.
kata iman itu sendiri mempunyai arti membenarkan atau mempercayai. (at-tasdiq) yang merupakam lawan dari kata Al-Kufr dan At-Taqdzib. sedangkan secara terminologi atau dalam istilah syar’i para ulama tafsir mempunyai pendapat yang beragam tentang pengertian iman, antara lain:
Abu Bkar Jabir al-Jazairi, Aqidatu Mu’min, Maktabah Kulliyah al-Azhariyah, 1978, hlm 31 Al-Baydawi, Abdullah bin ‘Umar, Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta’wil, Jld. I, ditahqiq oleh Aburrahman al-Mir’asyly, (Beirut: Dar Ihya’ at-Turats Al-‘Arabi 1418H), hlm. 38 Al-Syaukani, Fath-hul Qadiir al-Jaami’ Bayna Fannay ar-Riwaayah Wa ad-Diraayah Min ‘Ilm atTafsiir. Juz I, (Beirut: Darul Ma’rifah, 2007), hlm. 793 Habib Zain bin Ibrahim bin Sumarth, Hidayatuth Thalibin Fi Bayan Muhimmatid Din, Terj. Afif Muhammad, Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan secara Terpadu, (A. Bayan, 1998), hlm. 113. Imam Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsir, terj, Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2000), hlm. 202 Jujun S. Suriasumarti, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001), hlm. 4. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Memfungsikan Wahyu dalam Kehidupan, jilid II (Tangerang: Lentera Hati, 2010), hlm. 18 Muhammad Ibnu Mukrim Ibn Manzur Al-Afriki Al-Misri. Lisan al-Arabi (Beirut: dar sodir), hlm. 21 Muhammad Nawawi Al-Jawi, Tafsir Uunir, Marah Labid, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), hlm. 8 Muhammad Shidqi ‘Athori, al-Mu’jam al-Mufahros li Ahfadz Al-Qur’an al-Karim, (Beirut: Dar Fikr, 2010). Hlm 14- Syaikh Hafidz bn Ahmad Hakami, 222Kunci Aqidah yang Lurus, Jak-Sel, Mustaqim, 2001, hlm. 81 Syakh abu bakar jabir al-jazairi, Aqidatu Mu’min kupas tuntas aqidah seorang mu’min, Solo, Daar An-Naba’,2014, hlm 212 Zaini, Syahminan, Kuliah Aqidah Islam, (Surabaya:Al-Ikhlas,1983), hlm.