Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Russia's Nuclear Tech Transfer to Developing Countries: The Indonesian Case, Essays (university) of Political Philosophy

Russia's successful transfer of nuclear technology and cooperation with indonesia in the nuclear energy sector. The history of nuclear cooperation between the two countries dates back to 1956, but it was suspended due to political reasons and indonesia's lack of nuclear expertise. The partnership was revived in 2006 with a cooperation agreement, which included russia providing training and information on nuclear development to indonesia. Russia also aims to build reactors and power plants in indonesia to increase its energy capacity. The document highlights the historical relationship between russia and indonesia in the nuclear field, the benefits of the partnership for indonesia, and russia's experience and capabilities in nuclear technology.

Typology: Essays (university)

2017/2018

Uploaded on 10/12/2018

sarah-maulina
sarah-maulina 🇮🇩

1 document

1 / 11

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Bahasa Indonesia
Transfer Teknologi Nuklir Rusia-Indonesia
Transfer teknologi atau komersialisasi teknologi merupakan suatu proses pemindahan
pengetahuan, kemampuan, metode manufaktur, teknologi, sampel hasil manufaktur, dan juga
fasilitas. Transfer teknologi ini juga memiliki keterkaitan yang erat dengan transfer
pengetahuan. Transfer teknologi dibedakan menjadi dua, yakni transfer secara vertikal
transfer secara horizontal. Transfer secara vertikal yaitu perpindahan teknologi dari riset ke
penerapan, sedangkan Secara horizontal merupakan perpindahan teknologi dari satu bidang
ke bidang lainnya. Beberapa universitas, perusahaan, dan organisasi pemerintah mempunyai
bagian, kantor, atau seksi transfer teknologi yang dimanfaatkan sebagai alat untuk
mengidentifikasi materi penelitian yang mempunyai potensi komersialisasi dan strategi
dalam mempergunakannya. Suatu hasil penelitian tentu berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai suatu tujuan ilmiah maupun tujuan komersial. Akan tetapi tidak semua mempunyai
nilai komersial. Contohnya yaitu proses fusi nuklir, meskipun ada banyak cara untuk
menghasilkan energi dengan menggunakan metode ini, yang bernilai komersial yaitu yang
menghasilkan efisiensi tertinggi.
Waktu dan keterlibatan hasil penelitian lain juga bisa mempengaruhi nilai transfer teknologi.
Contohnya yaitu elektromagnetik, yang pada saat ditemukan tidak diketahui nilai
komersialnya. Namun sekarang elektromagnetik banyak dijumpai di berbagai peralatan
elektronik. Selain fungsi komersial, hasil penelitian juga dapat ditransfer berdasarkan fungsi
dan manfaatnya di bidang lain, seperti lingkungan, sosial, dan militer. Proses komersialisasi
penelitian juga beragam, mulai dari pemberian izin atau lisensi penggunaan paten, kerjasama
dengan cara bagi hasil dan risiko, pembuatan joint venture, hingga hadiah. Pihak pelaku
transfer teknologi dapat melkukan suatu tindakan atas nama lembaga ilmu pengetahuan,
pemerintah, hingga perusahaan multinasional. Sebagai pihak yang menjembatani klien, fee
yang diberikan pun dapat bervariasi, dari bagi hasil hingga kepemilikan saham. Oleh sebab
itu, proses ini umumnya merupakan multidisipliner dimana suatu perusahaan transfer
teknologi mempekerjakan berbagai ahli, seperti ahli eknomi, pengacara, insinyur, hingga
ilmuwan.
Dalam proses transfer teknologi, tingkat kesiapan teknologi (technology readiness level) pun
juga harus diperhatikan sebagai kriteria kapan suatu teknologi dapat digunakan secara luas.
pada umumnya penelitian fokus pada tahap 1-3, sedangkan proses produksi dilakukan saat
suatu teknologi telah mencapai minimal tahap 6. Melewati antara tahap 3 sampai 6 adalah
yang tersulit, dimana pada tahap 4 dan 5 terdapat konversi dari komponen prototipe ke
komponen produksi massal sampai pengujian dan pengembangan lebih lanjut.
Rusia dianggap berhasil mentransfer teknologi nuklir ke negara-negara lain, contohnya
negara berkembang. Hal ini terbukti pada keberadaan proyek-proyek pembangkit nuklir yang
kian bertambah. Direktur Jenderal Asosiasi Nuklir Dunia (World Nuclear Association/WNA),
Agneta Rising menyatakan pada pembukaan forum internasional kedelapan ATOMEXPO
2016 di Moskow, Senin 30 mei 2016 bahwa Rusia telah berhasil melakukan transfer
teknologi dan memperkenalkan operasional pembangkit listrik tenaga nuklir pada negara-
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa

Partial preview of the text

Download Russia's Nuclear Tech Transfer to Developing Countries: The Indonesian Case and more Essays (university) Political Philosophy in PDF only on Docsity!

Bahasa Indonesia

Transfer Teknologi Nuklir Rusia-Indonesia

Transfer teknologi atau komersialisasi teknologi merupakan suatu proses pemindahan pengetahuan, kemampuan, metode manufaktur, teknologi, sampel hasil manufaktur, dan juga fasilitas. Transfer teknologi ini juga memiliki keterkaitan yang erat dengan transfer pengetahuan. Transfer teknologi dibedakan menjadi dua, yakni transfer secara vertikal transfer secara horizontal. Transfer secara vertikal yaitu perpindahan teknologi dari riset ke penerapan, sedangkan Secara horizontal merupakan perpindahan teknologi dari satu bidang ke bidang lainnya. Beberapa universitas, perusahaan, dan organisasi pemerintah mempunyai bagian, kantor, atau seksi transfer teknologi yang dimanfaatkan sebagai alat untuk mengidentifikasi materi penelitian yang mempunyai potensi komersialisasi dan strategi dalam mempergunakannya. Suatu hasil penelitian tentu berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai suatu tujuan ilmiah maupun tujuan komersial. Akan tetapi tidak semua mempunyai nilai komersial. Contohnya yaitu proses fusi nuklir, meskipun ada banyak cara untuk menghasilkan energi dengan menggunakan metode ini, yang bernilai komersial yaitu yang menghasilkan efisiensi tertinggi.

Waktu dan keterlibatan hasil penelitian lain juga bisa mempengaruhi nilai transfer teknologi. Contohnya yaitu elektromagnetik, yang pada saat ditemukan tidak diketahui nilai komersialnya. Namun sekarang elektromagnetik banyak dijumpai di berbagai peralatan elektronik. Selain fungsi komersial, hasil penelitian juga dapat ditransfer berdasarkan fungsi dan manfaatnya di bidang lain, seperti lingkungan, sosial, dan militer. Proses komersialisasi penelitian juga beragam, mulai dari pemberian izin atau lisensi penggunaan paten, kerjasama dengan cara bagi hasil dan risiko, pembuatan joint venture, hingga hadiah. Pihak pelaku transfer teknologi dapat melkukan suatu tindakan atas nama lembaga ilmu pengetahuan, pemerintah, hingga perusahaan multinasional. Sebagai pihak yang menjembatani klien, fee yang diberikan pun dapat bervariasi, dari bagi hasil hingga kepemilikan saham. Oleh sebab itu, proses ini umumnya merupakan multidisipliner dimana suatu perusahaan transfer teknologi mempekerjakan berbagai ahli, seperti ahli eknomi, pengacara, insinyur, hingga ilmuwan.

Dalam proses transfer teknologi, tingkat kesiapan teknologi (technology readiness level) pun juga harus diperhatikan sebagai kriteria kapan suatu teknologi dapat digunakan secara luas. pada umumnya penelitian fokus pada tahap 1-3, sedangkan proses produksi dilakukan saat suatu teknologi telah mencapai minimal tahap 6. Melewati antara tahap 3 sampai 6 adalah yang tersulit, dimana pada tahap 4 dan 5 terdapat konversi dari komponen prototipe ke komponen produksi massal sampai pengujian dan pengembangan lebih lanjut.

Rusia dianggap berhasil mentransfer teknologi nuklir ke negara-negara lain, contohnya negara berkembang. Hal ini terbukti pada keberadaan proyek-proyek pembangkit nuklir yang kian bertambah. Direktur Jenderal Asosiasi Nuklir Dunia (World Nuclear Association/WNA), Agneta Rising menyatakan pada pembukaan forum internasional kedelapan ATOMEXPO 2016 di Moskow, Senin 30 mei 2016 bahwa Rusia telah berhasil melakukan transfer teknologi dan memperkenalkan operasional pembangkit listrik tenaga nuklir pada negara-

negara lain. Dia beranggapan bahwa hal ini sangat penting mengingat bahwa pada kenyataannya semakin banyak negara yang memutuskan untuk mengembangkan tenaga nuklir. Kontribusi nuklir kemudian akan memberikan keseimbangan terhadap pertumbuhan energi di dunia. Bahkan, telah diprediksi bahwa lebih dari seribu reaktor nuklir dapat dibuat dan beroperasi pada 2050. Agneta juga menyatakan bahwa hal ini merupakan tugas yang sangat penting karena kita harus mengurangi konsumsi hidrokarbon global. Sebelumnya Deputi Dirjen International Atomic Energy Agency (IAEA) Mikhail Chudakov juga telah mengamati perkembangan energi nuklir di dunia, terutama di negara berkembang.

Aspek keamanan serta standar keselamatan yang tinggi pada proses pembangunan infrastruktur energi nuklir sampai saat ini masih menjadi sorotan utama. Ia berpendapat bahwa banyak negara berkembang yang sekarang ini ingin mengembangkan kekuatan nuklir.

Harus diingat pula bahwa perkembangan energi nuklir harus berdasarkan pada standar keamanan tertinggi serta kriteria yang ketat untuk mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir. Menurutnya, hal ini sangat penting untuk membangun infrastruktur dan operasional yang aman dari pembangkit listrik tenaga nuklir. Ini juga menjadi tugas IAEA untuk memastikan adanya operasional yang stabil dan handal pada industri nuklir. Usai pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di resor Laut Hitam, Sovhi, Rusia, Presiden Indonesia Joko Widodo menyatakan bahwa Jakarta dan Moskow telah sepakat dalam memperluas kontak keamanan dalam perang melawan terorisme serta memperkuat hubungan teknis militer. Kedua negara ini telah menyepakati adanya perluasan kerjasama dalam pertukaran data intelijen serta mengintensifkan kontak antara badan keamanan demi melawan ancaman terorisme. Pemerintah Indonesia juga telah sepakat dengan Presiden Vladimir Putin untuk memperkuat kerjasama dalam sektor teknis militer. Kedua negara telah menyepakati adanya transfer teknologi, demikian juga produksi bersama produk pertahanan. Presiden Rusia melakukan pembicaraan dengan mitranya dari Indonesia selama berlangsungnya KTT Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Sochi 18-19 Mei 2016.

Kerjasama di bidang nuklir antara Rusia dengan Indonesia sudah dilakukan sejak tahun 1956, namun kerjasama nuklir antara kedua negara ini harus terhenti akibat adanya keadaan politik internasional dan stabilitas masyarakat Indonesia yang kurang kondusif. Kerjasama antara Indonesia dengan Rusia pada bidang nuklir kembali muncul di tahun 2006 dengan adanya perjanjian penggunaan atom demi maksud damai. Berdasarkan perjanjian ini Rusia akan merencanakan dan melaksanakan pelatihan dan pemberian informasi tentang pengembangan nuklir kepada Indonesia. Selain itu Rusia juga ingin bekerjasama dengan Indonesia dalam membangun reaktor dan PLTN untuk menjadi tambahan energi di Indonesia. Selain perjanjian pada tahun 2006,tahun 2008 silam pihak Rusia juga memulai pelatihan kepada peneliti dan teknisi Indonesia supaya datang ke Rusia (batan.go.id, 17 Juni 2015). Untuk menindaklanjuti perjanjian pengembangan nuklir tahun 2006, maka pada tahun 2015 BATAN dan ROSATOM mengadakan kerjasama dalam menjalankan pengembangan serta pemanfaatan nuklir di Indonesia. Dalam kerjasama ini terdapat beberapa kesepakatan bersama berupa pengembangan reaktor eksperimental dan PLTN, mempromosikan energi nuklir, pertukaran informasi dan ilmu pengetahuan nuklir, serta penyelenggaraan pelatihan pendidikan di bidang nuklir. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan SDM Indonesia.

Berikutnya, dalam sisi teknis pihak Rusia akan melakukan pelatihan dan pemberian bantuan berupa infrastruktur serta tenaga ahli dalam proyek pembangunan reaktor dan PLTN. Dalam proyek teknologi yang diberikan Rusia kepada Indonesia, pihak Rusia akan menanggung 60% dari jumlah pelaksanaan pembangunan reaktor di Indonesia. Pihaak Rusia akan melakukan pembangunan, pengiriman, dan bantuan penanggulangan serta pelaksanaan nuklir, sampai pemberian investasi bagi pembangunan reaktor serta PLTN Indonesia (listrik.org, 27 april 2015). Untuk Indonesia sendiri, hanya diberikan tanggungan dalam pembangunan PLTN dan reaktor sebesar 40%, dari total tersebut Indonesia hanya melakukan pengkajian teknis yang berupa persiapan tempat serta pengoprasian reaktor pembangkit energi. Dalam proses transfer teknologi ini Rusia memberikan reaktor generasi ke-4 yang dapat memenuhi kebutuhan energi di Indonesia serta telah dinyatakan sesuai dengan wilayah Indonesia yang terkenal rawan akan bencana alam dan lebih aman dari sisi keselamatan. Dipilihnya Rusia sebagai mitra kerjasama dalam pengembangan teknologi nuklir mempunyai alasan yang tepat. faktor berupa kedekatan sejarah, pemanfaatan, pengalaman, penelitian, pengembangan, dan pemahaman Rusia dalam bidang nuklir merupakan pendukung untuk dipilihnya Rusia sebagai mitra dalam hal pengembangan energi nuklir. Rusia telah mengembangkan energi nuklir sejak tahun 1920. Faktor-faktor yang telah dijelaskan diatas dapat menjelaskan secara singkat mengapa Indonesia memilih Rusia sebagai negara pemberi transfer teknologi dalam pengembangan energi nuklir. Adanya keahlian, pengalaman, bentuk pemenuhan energi, hingga pemberian teknologi membuktikan bahwa kerjasama antara dua negara ini sudah cukup optimal.

English

Transfer of Russian-Indonesian Nuclear Technology

Transfer of technology or so-called technological commercialization is a process of transferring knowledge, capabilities, manufacturing methods, technology, manufacturing samples, and facilities. This technology transfer also has a close connection with knowledge transfer. Transfer of technology is divided into two, namely the transfer of vertical transfers horizontally. Vertical transfer is the transfer of technology from research to application, while horizontally represents the transfer of technology from one field to another. Some universities, corporations, and governmental organizations have sections, offices, or technology transfer sections that are used as a tool for identifying research materials that have the potential for commercialization and strategies to use them. A research result is certainly potential to be utilized as a scientific goal as well as a commercial purpose. But not all have commercial value. An example is the nuclear fusion process, although there are many ways to generate energy by using this method, which is commercially valuable that produces the highest efficiency.

Time and involvement of other research results also affect the value of technology transfer. As an example, the electromagnetic, which when found unknown commercial value. But now many electromagnetic found in various electronic equipment. In addition to commercial functions, research results can also be transferred based on their functions and benefits in other areas, such as environment, social, and military. The process of commercialization of

research also varies, ranging from licensing or licensing of patents, cooperation with profit sharing and risk sharing, joint venture making, and prizes. Technology transfer actors can perform an action on behalf of a science, government, and multinational corporation. As a party that bridges the client, the fee may vary, from profit sharing to share ownership. Therefore, this process is generally multidisciplinary in that a technology transfer company employs a variety of experts, such as economists, lawyers, engineers, and scientists.

Technology transfer process should also consider the level of technology readiness (technology readiness level) as a criterion when a technology can be widely used. In general the study focuses on stages 1-3, while the production process is done when a technology has reached a minimum of stage 6. Passing between the 3 to 6 stages is the most difficult, where at stages 4 and 5 there is a conversion from the prototype component to the mass production component until testing And further development.

Russia is considered successful in transferring nuclear technology to other countries, for example developing countries. This is evident in the existence of nuclear power projects that are increasing. Director General of the World Nuclear Association (WNA), Agneta Rising said at the opening of the eighth international forum of ATOMEXPO 2016 in Moscow on Monday 30 May 2016 that Russia has successfully transferred technology and introduced nuclear power plants operations in other countries. He thinks that this is very important given that in fact more and more countries are deciding to develop nuclear power. The nuclear contribution will then provide a balance of energy growth in the world. In fact, it has been predicted that more than a thousand nuclear reactors can be made and operational by 2050. Agneta also stated that this is a very important task because we must reduce global hydrocarbon consumption. Earlier, Deputy Director General of International Atomic Energy Agency (IAEA) Mikhail Chudakov has also observed the development of nuclear energy in the world, especially in developing countries.

Security aspects and high safety standards in the process of building nuclear energy infrastructure are still the main focus. He argues that many developing countries today want to develop nuclear power.

It should also be remembered that the development of nuclear energy should be based on the highest security standards as well as strict criteria for operating nuclear power plants. According to him, it is very important to build the infrastructure and safe operation of nuclear power plants. It also becomes the task of the IAEA to ensure a stable and reliable operation in the nuclear industry. After meeting with Russian President Vladimir Putin at the Black Sea resort of Sovhi, Russia, Indonesian President Joko Widodo stated that Jakarta and Moscow have agreed in expanding security contacts in the fight against terrorism and strengthening military technical ties. Both countries have agreed on the expansion of cooperation in the exchange of intelligence data as well as intensifying contact between Security agencies to counter the threat of terrorism. The Indonesian government has also agreed with President Vladimir Putin to strengthen cooperation in the military technical sector. Both countries have agreed on the transfer of technology, as well as joint production of defense products. President of Russia held talks with his Indonesian counterpart during the ASEAN Summit in Sochi 18-19 May 2016. Cooperation in the nuclear field between Russia and Indonesia has been done since 1956, but the nuclear cooperation between the two countries should be

progressed. The use of nuclear energy in Russia reached 18%, due to the existence of energy generating reactors scattered in Russia. The Soviet republic has a record of 36 active reactors that allowed Russia to gain 27,167 MW of nuclear power. Russia also ranked fifth as the country with the most reactors. Through ROSOTOM, Russia has also succeeded in building dozens of reactors in countries from various parts of the world (world-nuclear.org, 2016). The transfer of nuclear technology from Russia to Indonesia is due to the limited ability of nuclear development in Indonesia and to meet Indonesia's energy needs. In the implementation of the construction of reactors and nuclear power plants the Indonesian side is selected as the executor in the field of assessment and utilization of the place in the implementation of the construction of Reactor and NPP.

Next, on the technical side of the Russian side will conduct training and assistance in the form of infrastructure and experts in the construction project of reactors and nuclear power plants. In a technological project given Russia to Indonesia, the Russians will bear 60% of the total implementation of reactor construction in Indonesia. Pihaak Russia will undertake development, dispatch, and relief aid and nuclear implementation, to the provision of investment for the construction of reactors and the Indonesian nuclear power plant (Listrik.org, 27 April 2015). For Indonesia alone, only given dependency in the construction of nuclear power plants and reactors by 40%, of the total, Indonesia only performs technical assessment in the form of site preparation and operating energy plant reactor. In the process of transferring this technology Russia provides a fourth generation reactor that can meet the energy needs in Indonesia and has been declared in accordance with the Indonesian region famous for natural disasters and more secure from the side of safety. The election of Russia as a cooperation partner in the development of nuclear technology has the right reasons. Russia's nuclear proximity, utilization, experience, research, development and understanding in the nuclear field are supporters of Russia's choice as a partner in nuclear energy development. Russia has been developing nuclear energy since 1920. The factors described above can explain briefly why Indonesia chose Russia as a technological transfer country in the development of nuclear energy. The existence of expertise, experience, form of energy fulfillment, until the provision of technology proves that cooperation between the two countries is quite optimal.

Bahasa Sunda

Téhnologi nuklir Mindahkeun Rusia-indonesia

mindahkeun téhnologi atawa ilahar disebut commercialization tina téhnologi nya éta prosés pindah pangaweruh, kaahlian, metode manufaktur, téhnologi, sampel manufaktur sarta fasilitas. mindahkeun téhnologi ieu ogé ogé Blok jeung mindahkeun pangaweruh. Mindahkeun tina téhnologi dibagi jadi dua, nyaéta mindahkeun éta vertikal horisontal mindahkeun. Mindahkeun vertikal misalna mindahkeun téhnologi tina panalungtikan pikeun deployment, bari horisontal a mindahkeun téhnologi tina hiji widang ka nu sejen. Sababaraha universitas, korporasi, sarta organisasi pamaréntah gaduh bagian, kantor atawa bagian mindahkeun téhnologi dipake salaku alat pikeun identifying bahan nu boga

commercialization poténsi panalungtikan tur strategi dina ngagunakeun eta. Hiji Ulikan ngeunaan potensi pikeun dipaké minangka tujuan ilmiah atanapi komérsial obyektif. Tapi teu sadayana gaduh nilai komersial. Hiji conto nyaéta prosés fusi nuklir, sanajan aya loba cara pikeun ngahasilkeun énergi ku ngagunakeun metoda ieu, nyaéta berharga komersil nu ngahasilkeun efisiensi pangluhurna.

Waktos jeung involvement studi séjén ogé mangaruhan ajén mindahkeun téhnologi. Salaku conto, éléktromagnétik, nu lamun kapanggih nilai komersial kanyahoan. Tapi éléktromagnétik nu ayeuna kapanggih dina loba alat éléktronik. Salian fungsi komérsial, hasil ieu panalungtikan ogé bisa ditransfer ku fungsi sarta mangpaatna di wewengkon séjén, kayaning lingkungan, sosial, jeung militér. Prosés commercialization panalungtikan oge rupa- rupa, mimitian ti granting idin atawa lisénsi pamakéan patén-patén, kerjasama sakumaha sharecropping sarta résiko, pabrik nu joint venture, mun hadiah. Téhnologi mindahkeun palaku lajeng bisa dipigawé hiji aksi dina nami lembaga elmu, pamaréntah, mun korporasi multinasional. Salaku sasak antara klien nu, tinangtu fee sagala bisa rupa-rupa ti babagi kauntungan babagi kapamilikan. Ku sabab eta sacara umum mangrupa prosés multidisciplinary nu hiji parusahaan mindahkeun téhnologi employs rupa ahli, kayaning ahli ékonomi, ahli hukum, insinyur, jeung élmuwan. Prosés mindahkeun téhnologi ogé kudu mertimbangkeun tingkat kesiapan téhnologis (tingkat kesiapan téhnologi) salaku kriteria nalika téhnologi anu bisa loba dipaké. umumna, studi fokus kana léngkah 1-3, sedengkeun prosés produksi kajadian nalika téhnologi anu geus ngahontal sahenteuna panggung 6. ngalirkeun antara hambalan 3 nepi ka 6 teh hardest, dimana dina tahap 4 sarta 5 aya hiji konversi ti komponén prototipe kana komponén produksi masal pikeun uji tur ngembangkeun salajengna.

Rusia dianggap suksés di mindahkeun téhnologi nuklir ka nagara sejen, contona nagara berkembang. Ieu dibuktikeun dina ayana proyek tutuwuhan nuklir nu tumuwuh. Diréktur Jéndral Association Nuklir Dunya (Dunya Nuklir Association / WNA), Agneta rising nyatakeun di bubuka forum internasional kadalapan ATOMEXPO 2016 di Moskwa, Senén 30 Méi 2016 éta Rusia geus junun mindahkeun téhnologi sarta ngawanohkeun pembangkit listrik nuklir operasional di nagara lianna. Anjeunna nyangka yén éta téh pohara penting pikeun inget yen kanyataan yen langkung nagara mutuskeun pikeun ngembangkeun kakuatan nuklir. kontribusi Nuklir lajeng bakal nyadiakeun kasaimbangan ka tumuwuhna énergi dunya. Malah, geus diprediksi yen leuwih ti sarébu réaktor nuklir bisa dijieun tur dioperasikeun dina

  1. Agneta ogé nyatakeun yén ieu téh tugas pohara penting sabab urang kudu ngurangan pamakean hidrokarbon global. Saméméhna Timbalan Diréktur Jéndral Badan Energy Atom Internasional (IAEA) Mikhail Chudakov ogé geus katalungtik ngembangkeun energi nuklir di dunya, hususna di nagara berkembang. aspék kaamanan ogé standar kaamanan pangluhurna di ngembangkeun infrastruktur énergi nuklir téh masih fokus utama. Anjeunna boga pamadegan yén loba nagara berkembang ayeuna hoyong ngamekarkeun kakuatan nuklir.

Eta kudu inget oge anu ngembangkeun energi nuklir kudu dumasar standar kaamanan pangluhurna ogé kriteria ketat pikeun operasi pembangkit listrik nuklir. Nurutkeun manéhna, éta pohara penting pikeun ngawangun hiji infrastruktur aman JEUNG KOPERASI tutuwuhan

jeung pangaweruh dina elmu nuklir dina awal kamerdikaan nyieun Rusia tahan bantuan ka Indonésia dina maximizing nu utilization énergi atom. Jeung closeness gawé babarengan dina 1956 Indonésia sarta Rusia janten ngadeukeutan. Di sagigireun ngabogaan tujuan pikeun mantuan Indonesia dina pamakéan sarta ngembangkeun kakuatan nuklir, gawang sejen tina Rusia dina momen anu pikeun ngaronjatkeun jeung nguatkeun pangaruhna di Indonésia. deukeutna sajarah ieu jadi salah sahiji utama faktor pamaréntah Indonésia nyadiakeun kapercayaan di Rusia dina méré bantuan dina ngembangkeun kakuatan nuklir.

pangalaman Rusia dina widang ngembangkeun teknologi nuklir geus dimimitian saprak taun 1920, anu ulubiung Rusia geus dimimitian atikan jeung panalungtikan dina widang nuklir. téhnologi nuklir Rusia bener dipelak sarta dimekarkeun di 1942 ngaliwatan mimiti hiji proyék utama Rusia dina widang téhnologi nuklir mun dipaké salaku pakarang di Perang Dunya 2. kamampuhan jeung téknologi dipiboga ngajadikeun ngembangkeun nuklir Rusia urang geus pindah ka hareup. Utilization énergi nuklir di Rusia ngahontal 18%, lantaran Réaktor generasi énergi sumebar ka sakuliah Rusia. Nagara Uni Soviet geus dirékam boga 36 Réaktor aktif nu ngadamel Rusia bisa kaluar tina kakuatan nuklir amounted ka 27 167 MW. Rusia ogé urutan kalima salaku nagara nu boga paling réaktor. Ngaliwatan ROSOTOM, Rusia ogé geus junun ngalakukeun pangwangunan puluhan Réaktor di nagara sagala sakuliah dunya (world-nuclear.org, 2016). Penyediaan mindahkeun tina téhnologi nuklir ti Rusia ka Indonésia alatan kabisa kawates ngembangkeun nuklir Indonésia sarta pikeun minuhan kabutuhan énergi Indonésia. Dina palaksanaan pangwangunan Réaktor jeung pembangkit listrik nuklir Indonesia kapilih salaku eksekutor dina widang assessment na utilization ruang dina wangunan Réaktor jeung pembangkit listrik nuklir.

Hareup, sisi teknis tina samping Rusia bakal ngalakukeun latihan jeung penyediaan bantuan dina wangun infrastruktur jeung SDM di ngembangkeun proyék Réaktor jeung pembangkit listrik nuklir. Dina proyék téhnologi dibikeun ti Rusia ka Indonésia, samping Rusia baris nanggung 60% tina total ngembangkeun reaktor palaksanaan di Indonésia. Pihaak Rusia bakal migawe ngembangkeun, pangiriman, sarta ngarojong palaksanaan countermeasures ogé nuklir, ka penyediaan investasi pikeun pangwangunan Réaktor jeung pembangkit listrik nuklir Indonésia (listrik.org, 27 april 2015). Pikeun Indonésia sorangan, dibikeun ngan gumantung konstruksi PLTN na reaktor ku 40%, ti total Indonesia wungkul lampahkeun assessment teknis dina formulir persiapan situs na operator of Réaktor generasi énergi. Dina prosés mindahkeun téhnologi téh Rusia nyadiakeun Réaktor generasi 4 papanggih pangabutuh énergi di Indonésia sarta geus dinyatakeun luyu jeung well-dipikawanoh wewengkon Indonésia rawan bencana alam jeung leuwih aman tina segi kaamanan. Rusia kapilih salaku pasangan dina ngembangkeun teknologi nuklir ngabogaan alesan alus. faktor saperti jarak tina sajarah, pamakéan, pangalaman, panalungtikan, ngembangkeun, sarta pamahaman Rusia dina widang nuklir mangrupakeun supporter pikeun milih Rusia salaku pasangan dina ngembangkeun energi nuklir. Rusia geus ngembang énergi nuklir saprak 1920. The faktor ditétélakeun di luhur tiasa ngajelaskeun Indonesia sakeudeung naha milih Rusia salaku nagara granting alih teknologi dina ngembangkeun energi nuklir. Maranéhna kaahlian, pangalaman, bentuk minuhan tanaga, mun mere téhnologi pikeun ngabuktikeun yén gotong antara dua nagara geus rada optimal.

References

Grosse, R. (2017). international Technology Transfer in Services (1st ed.). Journal of International Business Studies.

Kampus Tercinta - IISIP Jakarta. (2017). Iisip.ac.id. Retrieved 2 June 2017, from http:// www.iisip.ac.id/content/kerjasama-indonesia-russia-dalam-pengembangan-teknologi-energi- nuklir

Rusia Dinilai Sukses Transfer Teknologi Nuklir ke Negara Lain. (2017). liputan6.com. Retrieved 2 June 2017, from http://bisnis.liputan6.com/read/2519404/rusia-dinilai-sukses- transfer-teknologi-nuklir-ke-negara-lain

Rusia-RI Sepakati Transfer Teknologi & Produksi Alat Pertahanan Bersama. (2017). JakartaGreater. Retrieved 2 June 2017, from https://jakartagreater.com/rusia-ri-sepakati- transfer-teknologi-produksi-alat-pertahanan-bersama/

Tekno-Meter Pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi. (2013) (1st ed.). Jakarta.