


Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
Behavioural analysis in modern era
Typology: Exercises
1 / 4
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Nama : Muhammad Fikri Rafi Dartaman NPM : 2006592682 Prodi : Kriminologi Mata Kuliah : Psikologi Perkotaan-Ext Dosen Pengampu : Dianti Endang Kusumawardhani, M.Si., M.M., Ph.D.; Psikolog Dra. Sri Fatmawati Mashoedi, M.Si.,; Psikolog Dr. Dipl. Psych. Ratna Djuwita,; dan Psikolog Dra. Amarina Ashar Ariyanto, PhD., Psikolog Film "Social Dilemma" dan Kehidupan Kota: Sebuah Analisis Psikologi Perkotaan Selayang Ulasan Social Dilemma Film dokumenter "Social Dilemma" (2020) menceritakan para staf yang dulunya bekerja di perusahaan media sosial mencoba menjelaskan bagaimana algoritma yang digunakan oleh media sosial dapat menyebabkan pengguna ketagihan dengan aplikasi tersebut. Mereka juga menyoroti bahwa praktik-praktik ini bisa dianggap tidak etis karena dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh media sosial pada orang-orang, terutama remaja, baik secara mental maupun fisik. Salah satu kutipan menarik dalam film ini adalah ketika profesor dan ahli statistik Edward Tufte berbicara mengenai sebutan bagi pengguna โHanya ada dua industri yang menyebut pelanggannya sebagai ' user' : pertama, obat-obatan terlarang dan kedua, perangkat lunak.โ Kutipan ini mengejutkan saya karena membuat saya berpikir dengan cara yang sangat berbeda tentang teknologi dan penggunaan pribadi saya terhadapnya. Film ini juga berargumentasi bahwa munculnya ujaran kebencian, propaganda politik, dan berita palsu disebabkan oleh algoritma yang terus berubah yang hanya berfungsi untuk menunjukkan kepada kita apa yang โkita inginkanโ dan apa yang membuat kita mengkliknya. Film ini mengemukakan argumen yang kuat bahwa: disadari atau tidak, perusahaan teknologi dan jaringan media sosial merupakan ancaman yang sangat nyata bagi komunitas dan demokrasi kita. Social Dillema dan Kehidupan Kota Jika disambungkan dengan konsep psikologi perkotaan, salah satu konsep yang dapat diangkat dalam film dokumenter tersebut adalah " digital urbanism " atau studi tentang bagaimana teknologi digital, termasuk media sosial, membentuk dan memengaruhi lingkungan perkotaan serta perilaku individu di dalamnya dapat diterapkan untuk memahami bagaimana platform media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan perkotaan modern, memengaruhi cara orang berinteraksi, berkomunikasi, dan memandang lingkungan sekitar mereka. Konsep ini berhubungan dengan konsep lain yang relevan, seperti " digital addiction " atau " internet
addiction ", yang mengacu pada berlebihan atau kompulsif penggunaan perangkat digital dan layanan online, yang menimbulkan konsekuensi negatif dalam berbagai aspek kehidupan terlebih pada masyarakat perkotaan, yang lebih dekat dengan dunia modern dengan kecanggihan teknologinya. Film dokumenter ini menyoroti bagaimana platform media sosial menggunakan algoritme yang dirancang untuk membuat pengguna tetap terlibat selama mungkin, yang berpotensi mengarah pada perilaku adiktif. Secara garis besar film ini menggarisbawahi dampak psikologis kecanduan media sosial pada individu, khususnya remaja, yang memengaruhi kesejahteraan mental dan fisik mereka (Tristan Harris dkk., "The Social Dilemma", Netflix, 2020). Salah kedua contoh efek negatif yang kerap dirasakan dari kecanduan media sosial adalah isolasi sosial dan kecemasan sosial. Dalam konteks tersebut, pecandu mengisolasikan dirinya dari lingkungan sosial yang nyata serta cemas apabila dirinya jauh dari sosial medianya. Orang jauh menjadi dekat, orang dekat menjadi jauh. Hal ini relevan dengan kata pepatah, yang mengatakan "gajah dipelupuk mata tidak terlihat, semut yang jauh disebrang sana terlihat". Begitulah contoh efek dari candu media sosial. Terlebih dalam konteks perkotaan yang semakin individualistis secara lingkungan sosial akibat kultur di dalamnya, media sosial memperparah kondisi tersebut, sehingga tak heran apabila tingkat stres semakin meningkat. Media sosial seolah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat perkotaan; kebutuhan yang tak terelakan. Tantangan dan Masalah dalam Konteks Perkotaan Seperti judul film ini yang apabila dibahasakan menjadi "dilema sosial", kedilemaan menjadi hal yan tentu dialami oleh masyarakat perkotaan apabila menimbang baik buruknya media sosial dalam kehidupan masyarakat modern hari ini. Apabila melihatt sisi baiknya, media sosial memfasilitasi konektivitas sosial yang luas dan ekspresi diri yang kreatif, mencerminkan kebutuhan manusia akan hubungan interpersonal dalam masyarakat perkotaan yang padat. Media sosial juga memiliki dampak yang signifikan pada industri-industri seperti perdagangan ritel dan pariwisata. Di sisi lain, meskipun memungkinkan pemasaran yang personal dan daya tarik wisata yang global, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan dampak negatif, khususnya pada efek distraksi, adiksi, dan depresi yang disertai kebencian dan kecemasan bagi penggunanya. Dalam konteks kebijakan publik, meskipun media sosial memberikan platform
Referensi Harris, T. (Producer), & Ortega, J. (Director). (2020). The Social Dilemma [Documentary]. Netflix.