Download Understanding Islamic Penal Law: The Concept of Jarimah and Jinayah and more Study Guides, Projects, Research Religion in PDF only on Docsity!
FIQH JINAYAH
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Jinayah PROGRAM STUDI PERBANDINGAN MAZHAB FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1445 H/
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini berjudul “FIQH JINAYAH”. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Fiqh Jinayah. Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan. Penulis juga menyadari sepenuhnya banyak kekurangan di dalam makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Penulis berharap adanya kritik, saran membangun dari pembaca khususnya dari dosen mata kuliah Fiqh Jinayah ini guna penyempurnaan makalah yang akan kami buat di masa akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Tangerang Selatan, Maret 2023 Penulis I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hukum Pidana Islam merupakan terjemahan dari kata fiqh Jinayah. Fiqh Jinayah adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang terperinci dari Al-Qur’an dan Hadist. Tindakan kriminal dimaksud, adalah tindakan-tindakan kejahatan yang menggangu ketentraman umum serta tindakan melawan peraturan perundang-undangan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Hukum Pidana Islam merupakan syariat Allah yang mengandung kemaslahatan bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Syari’at Islam dimaksud secara materil mengandung kewajiban asasi bagi setiap manusia untuk melaksankannya. Konsep kewajiban asasi syari’at yaitu menempatkan Allah sebagai pemegang segala hak, baik yang ada pada diri sendiri maupun yang ada pada orang lain. Setiap orang hanya pelaksana, yang berkewajiban memenuhi perintah Allah. B. Rumusan Masalah
Bagaimana bentuk hukuman yang dijatuhkan oleh hakim di Pengadilan Negeri kepada pelaku jarimah?
Bagaimana tinjauan Fiqih Jinayahnya terhadap hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku? C. Tujuan a. Untuk mengetahui bentuk hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku jarimah. b. Untuk mengetahui tinjaun Fiqih Jinayahnya terhadap hukuman yang dijatuhkan kepada pelaku jarimah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Pidana Islam
- Jarimah Hukum pidana Islam dalan bahasa Arab disebut dengan jarimah atau jinayah. Secara etimologis jarimah berasal darikata jarama-yajrimu-jarimatan, yang berarti "berbuat" dan "memotong". Kemudian, secara khusus digunakan terbatas pada"perbuatan dosa" atau "perbuatan yang dibenci". Kata jarimah juga berasal dari kata ajrama-yajrimu yang berarti "melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran, ke-adilan, dan menyimpang dari jalan yang lurus." Secara terminologis, jarimah yaitu larangan-larangan sya-ra' yang diancam oleh Allah dengan hukuman hudud dan takzir.Dalam hukum positif jarimah diartikan dengan peristiwa pidana, tindak pidana, perbuatan pidana atau delik^1.
- Jinayah Secara etimologis, jinayah berasal dari kata jana-yajni-ji nayatan, yang berarti berbuat dosa. Secara terminologis, Jinayah yaitu perbuatan yang dilarang oleh syara', baik per buatan itu merugikan jiwa, harta benda atau lainnya. Menurut Muchammad Ichsan dan M. Endrio Susila, fiqh al-jinayah di gunakan secara teknis dalam hukum Islam sebagai hukum yang mengatur persoalan yang berhubungan dengan tindak pidana (kejahatan)^2. Pengertian jarimah sebagaimana dikemukakan oleh Imam AI-Mawardi adalah sebagai berikut. Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara' yang diancam oleh Allah dengan hukuman had atau ta 'żir. Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa jarimah adalah sesuatu yang dilarang oleh syara’. Larangan-larangan tersebut adakalanya berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang, atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan. Dengan kata-kata syara' pada pengertian tersebut di atas, yang dimaksud ialah bahwa sesuatu perbuatan baru dianggap jarimah apabila dilarang oleh syara'. Juga berbuat atau tidak berbuat tidak dianggap sebagai jarimah, kecuali apabila diancamkan hukuman terhadapnya. Di kalangan fuqaha, hukuman biasa disebut dengan kata-kata "ajziyah" dan mufradnya, "jaza". Pengertian jarimah tersebut tidak berbeda dengan pengertian tindak-pidana, (peristiwa pidana, delik) pada hukum-pidana positif. Dalam istilah lain jarimah disebut juga dengan jinayah. Menurut Abdul Qadir Audah pengertian jinayah adalah sebagai berikut. (^1) Muhammad Abu Zahrah, al-jarimah wa al-‘uqubat fi al-fiqh al-islami, (Kairo: al-anjlu al- Mishriyah, T.th.), h.22. (^2) Muhammad Ihsan dan M. Endiro Susila, Hukum Pidana Islam Sebuah Alternatif, (Yogakarta: Lab. Hukum FH UII, 2006), h.6.
C Sumber Hukum Pidana Islam Apabila kita ingin mengetalhui sumber hukum (pidana) lslam, tentunya perlu mengutip Hadis Nabi Muhammad SAW dengan seorang utusan yang diutus sebagai gubernur Yaman yakni Muadz bin Jabal. Dialog tersebut sebagai berikut: Nabi :’’Dengan apakah engkau melaksanakan hukum" Muadz :’’Dengan Kitab Allah Nabi :"Kalau engkau tidak mendapatkan di sana" Muadz :"Dengan sunah Rasul" Nabi :"Kalau tidak juga engkau dapatkan di sana" Muadz : "Saya berijtihad dengan akal saya, dan saya tidak akan putus asa" Nabi :"Segala puji bagi Allah yang telah berkenan memben petunjuk kepada utusan Rasul-Nya yang direstui-Nya(HR. al-Bukhari) Berdasarkan dialog di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber nilai dan norma dalam Islam adalah Al-Qur'an, as-Sunnah serta ijtihad^4. Banvak ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang hukum pidana, misalnya:
- Pidana Pembunuhan (QS. an-Nisaa (4]: 92, al-Baqarah (2):178, al-Baqarah [2]: 179,an-Nisaa [4]: 92)
- Pidana Perzinaan (QS. an-Nur: 2, an-Nisaa |(4]: 25)
- Pidana menuduh zina (QS. an-Nur (24]: 4)
- Pidana Khamar (QS. al-Maaidah (5):9)
- Pidana Pencurian (QS. al-Maaidah (5]:38)
- Pidana Perampokan (QS. al-Maaidah (5):33)
- Pidana Bughat (QS. al-Hujurat (69]: 9)
- Pidana Riddah (QS. al-Anfal (8]:9) Begitu juga banyak Hadis Nabi Muhammad SAW yangmembahas tentang pidana Islam, yang terdapat dalam beberapa kitab Hadis. Dalam kitab Hadis dikelompokkan dalam beberapa bab, dari bab-bab tersebut ada bab yang membahas tentang bab jinayah dan hudud. Penerapan ijtihad dalam hukum pidana Islam, misalnya Umar bin Khattab tidak memotong tangan pencuri karena mengetahui karena orang yang mencuri dalam keadaan (^4) Ade Marmam Suherman, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h.163-164.
lapar dan ia mencuri hanya untuk bertahan hidup. Jumlah barang yang dicuri tidak banyak sehingga tidak tercapai delik hukum. Disamping itu, orang kaya yang dicuri tidak menyadari balhwa ia telah menimbun harta di tengah masyarakat yang sedang kelaparan. Oleh karena itu, Umar bin Khattab menetapkan takzir atas pencuri tersebut^5. D. Tujuan Hukum Pidana Islam Membicarakan tujuan hukum pidana Islam tidak dapat dilepaskan dari membicarakan tujuan syariat Islam secara umum, arena hukum pidana Islam merupakan bagian dari syariat Islam. Syariat Islam ketika menetapkan hukum-hukum dalam masalah kepidanaan mempunyai tujuan umum, yaitu mendatangkan maslahat kepada umat dan menghindarkan mereka dari mara bahaya. Syariat Islam secara umum bertujuan untuk mengamankan lima hal mendasar dalam kehidupan umat manusia. lima itu adalah aspek agama, aspek akal, aspek jiwa, aspek harta benda dan keturunan. Lima hal ini merupakan perkara yang sangat fundamental dalam pandangan Islam bagi umat manusia. "Kelima tujuan hukum Islam di atas, bila dihubungkan dengan hukum pidana, maka dapat digambarkan sebagai berikut: Memelihara Agama. Karena agama mempunyai kedudukan yang sangat penting (urgen), maka sangat wajar bila Islam menempatkan eksistensi agama bagi manusia sebagai kebutuhan hidup yang sangat fundamental. Dalam rangka menjaga eksistensi agama yang sangat penting bagi kehidupan manusia, maka Islam menetapkan hukum pidana riddah. Memelihara Jiwa. Menyadari pentingnya jiwa atau hak hidup bagi manusia maka hukum Islam mengatur tentang larangan membunuh dengan penerapan hukuman qishash, Memelihara Akal Pikiran. Menyadari urgensi kedudukan akal dalam kehidupan manusia, maka Islam mengharamkan minuman keras khamar), karena tindakan mengonsumsi minuman keras dan narkoba dapat berakibat rusaknya akal dan pikiran manusia. (^5) Oktoberrinsyah, Tujuan Pemidanaan Dalam Islam, (in Right Jurna Agama dan Hak Asasi Manusia, Volume I Nomor I, November 2011), h.23-32.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kathleen Day dalam artikelnya bahwa keadilan restoratif (restorative) adalah sebuah metode untuk merespons tindak pidana dengan melibatkan pihak-pihak yang bertikai dalam rangka memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh tindak pidana tersebut.
- Al-Takfir (penebus dosa). Yaitu tujuan yang berdimensi ukhrawi, orang yang melakukan kejahatan tidak hanya dibebankan pertanggungjawaban/hukuman di dunia saja(al-'uqubah al- dunyawiyyah), tetapi juga pertanggungjawaban/hukuman di akhirat (al-'uqubah al- ukhrawiyyah).Penjatuhan hukuman di dunia merupakan salah satu carauntuk menggugurkan dosa-dosa yang telah dilakukan^7. C. Unsur-unsur Perbuatan Pidana Perbuatan dapat dianggap sebagai perbuatan pidana, bila terpenuhi unsur- unsurnya,unsur-unsur tersebut, yaitu:
- Al-Rukn Al-Syar’i atau unsur formil yaitu unsur yang menyatakan bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai pelaku jarimah jika ada undang-undang yang secara tegas melarang dan menjatuhkan sanksi kepada pelaku tindak pidana.
- Al-Rukn Al-Madi atau unsur materil yaitu unsur yang menyatakan bahwa seseorang dapat dijatuhkan pidana jika ia benar-benar terbukti melakukan sebuah jarimah, baik yang bersifat positif (aktif dalam melakukan sesuatu) maupun yang bersifat negatif (pasif dalam melakukan sesuatu).
- Al-Rukn Al-Adabi atau unsur moril yaitu unsur yang menyatakan bahwa seseorang dapat dipersalahkan jika ia bukan orang gila, anak di bawah umur atau sedang berada di bawah ancaman. (^7) Oktoberrinsyah, Tujuan Pemidanaan Dalam Islam, (in Right Jurna Agama dan Hak Asasi Manusia, Volume I Nomor I, November 2011), h.23-32.
D. Macam-Macam Jarimah Di antara pembagian jarimnah yang paling penting adalah pembagian yang ditinjau dari segi hukumannya. Jarimah ditinjau dari segi hukumannya terbagi kepada tiga bagian, yaitu jarimah hudud, jarimah qishash dan diat, dan jarimab ta'zir^8.
- Jarimah hudud Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had. Pengertian hukuman had, sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Qadir Audah adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara’. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa ciri khas jarimah hudud itumerupakan hak Allah. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa ciri khas Jarimah hudud itu adalah sebagai berikut. a. Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukuman tersebut telahditentukan oleh syara' dan tidak ada batas minimal dan maksimal. b. Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau ada hakmanusia di samping hak Allah maka hak Allah yang lebih dominan.Oleh karena hukuman had itu merupakan hak Allah maka hukuman tersebut tidak bisa digugurkan oleh perseorangan (orang yang menjadi korban ataukeluarganya) atau oleh masyarakat yang diwakili óleh negara. Jarimah hudud ini ada tujuh macam, yaitu
- jarimah zina (berhubungan seksual di luar nikah),
- jarimah qadzaf (menuduh orang lain berzina tanpa cukup bukti),
- jarimah syurb al-khamr (minum-minuman keras),
- jarimah sariqo (pencurian),
- jarimah hirabah (perampok),
- jarimah riddah, dan
- Jarimah Al-Bagyu (pemberontakan)
- Jarimah Qishash dan Diat Jarimah qishash dan diat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman qishash atau diat. Baik qishash maupun diat kedua-duanya adalah hukuman yang sudah (^8) Oktoberrinsyah, Tujuan Pemidanaan Dalam Islam, (in Right Jurna Agama dan Hak Asasi Manusia, Volume I Nomor I, November 2011), h.23-32.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil peneitian dan pembahasan mengenai persekusi penganiayaan menurut fiqih jinyah dan hukum pidana, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Persekusi menurut Hukum pidana adalah kejahatan yang menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit, atau luka. Menurut hukum pidana persekusi adalah penganiayaan yang di sebutkan dalam pasal 351, 352, 354, dan 356 KUHP. Sanksi bagi tindak pidana persekusi yaitu Hukuman Penjara, Kurungan, Denda dan Hukuman mati sesuai dengan tindak kejahatan yang dilakukan.
- Persekusi menurut Fiqih Jinayyah adalah perbuatan menyakiti orang lain yang mengenai badannya, tetapi tidak sampai menghilangkan nyawanya didalam Fiqih Jinayah disebut (Jar’aim). Adapun Hukuman bagi pelaku penganiayan persekusi tersebut adalah hukuman Qisas dan membeyar Diyat.
- Persamaan Persekusi Menurut Fiqih Jinayah dan hukum pidana adalah menimbulkan rasa sakit atau luka pada tubuh seseorang dan menimbulkan perasaan tidak enak dan bias juga mengakibatkan kematian. Sedangkan Perbedaan Persekusi Menurut Hukum pidana dan Fiqih Jinayah terletak pada sanksi hukuman, Hukum Pidana menggunakan Hukuman penjara, kurungan, danda dan hukum mati sesuai dengan tindak kejahatan yang 92 dilakukan. Sedangkan fiqih jinayah menjatuhkan sanksi dengan di Qisas dan membayar Diyat B. SARAN Saran-saran bagi para pembaca dan khususnya diri saya sendiri antara lain:
- Marilah kita selalu menjadi manusia yang selalu mencari dan haus dengan ilmu, karena sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu.
- Bagi masyarakaat penulis memberikan saran bahwa apabila ada yang melakukan persekusi hendaknya langsung melaporkan ke pihak yang berwajib agar masalahnya cepat selesai, jangan sampai melakukan tindakan persekusi yang sewenang-wenangnya main hakim sendiri.
- Bagi Akademis penulis sangat meminta maaf apabila banyak kekurangan dalam penulisan skripsi tersebut dikarenakan keterbatasan referensi dan penulis hanya menganalisis beberapa kasus saja. Dan apabaila ada peneliti yang selanjutnya maka penulis mengharapkan untuk melengkapi kekuranganya seperti pencegahanya bagaimana.
- Penulis, mengharapkan bagi para pembaca bisa mengajukan krikitikan jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini.
- Penulis sangat berterima kasih bagi yang para pembaca dan minta maaf jika terjadi kesalah pahaman dalam makalah ini.