



Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
Tulisan ini adalah opini penulis, dibuat sebagai usaha merefleksikan keadaan terkini yang dirasakan di negara
Typology: Essays (university)
1 / 6
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Oleh : Ronaldo K. Ginting Manik
NIM : 142150042
Menengok kembali segala perubahan yang telah terjadi di lingkungan masyarakat sekitar kita, tentunya mudah sekali menemukan berbagai hal telah berubah yang dapat dilihat secara fisik. Seperti adanya pembangunan jalan, jembatan, sambungan listrik, dan lain-lainnya yang berada pada sekitar kita. Namun, mungkin kita tidak menyadari bahwa ada perubahan yang terjadi pada tatanan sosial masyarakat dimana kita berada. Berbagai kemudahan hidup yang kini kita rasakan karena adanya kemajuan teknologi, mempunyai dampak yang berkesinambungan pada perubahan budaya terhadap masing-masing individu dalam suatu kelompok masyarakat. Pengaruh dari kemajuan ini semakin kuat ketika teknologi internet merambah ke Indonesia, dan makin eratnya hubungan Indonesia dengan negara-negara luar memudahkan pengenalan kebudayaan masing-masing negara. Pada umumnya, masyarakat Indonesia sangat ingin tahu tentang kebudayaan negara luar, bahkan menganggap kebudayaan dari luar negeri itu lebih baik. Penghargaan yang berlebihan terhadap budaya luar negeri oleh masyarakat Indonesia mengubah gaya hidup dan perilaku individu yang terjebak pada delusinya terhadap budaya luar, dan pada akhirnya, pergeseran budaya yang dijalankan individu merambat ke pergeseran terhadap nilai dan moral yang berlaku didalam suatu masyarakat.
Jika kita menelusuri berita tentang perilaku yang menyimpang diberbagai media jurnalistik khususnya yang dilakukan oleh para pelajar, maka akan dengan mudah kita mendapatinya. Sesungguhnya, manusia Indonesia telah difasilitasi oleh negara untuk mendapatkan pendidikan yang baik sesuai amanat Undang- Undang Dasar 1945 pasal 31, Namun masih ada juga manusia-manusia Indonesia yang memperoleh pendidikan dari negara, tetapi menyia-nyiakannya sehingga
tidak bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Selain itu ada pula yang memperoleh pendidikan, tetapi memanfaatkan ilmu yang diperolehnya untuk memenuhi hasrat tersendiri tanpa peduli dampaknya bagi orang lain. Tentang kurikulum pendidikan di Indonesia, sangat berbobot dalam hal teori sebuah ilmu dan kurang memfasilitasi praktiknya sehingga kemanfaatannya tidak penuh, sehingga ilmu yang dimiliki oleh pelajar tidak berkembang dan bermanfaat bagi orang lain.
Demi kepentingan bangsa dikemudian hari, sudah sepantasnya bidang pendidikan dibenahi dan tumbuh berkembang atas sinergi seluruh elemen masyarakat dan para penanggungjawabnya. Pendidikan perlu memuat lebih banyak pengetahuan yang praktiknya selalu ada dikehidupan masyarakat dan tidak terbatas hanya teorinya saja. Pembinaan yang intensif pada karakter dan identitas para pelajar yang sebagaimana seharusnya, diperlukan agar mereka dapat menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat. Dan tentu saja, pendidikan sudah seharusnya mengajarkan bukan hanya pengetahuan, tetapi juga nilai dan moral kepada para pelajar yang menimba ilmu di daerah yang memiliki keragaman kebudayaan yang berlaku di daerah tersebut.
Melihat kembali pada kenyataan yang kini ada di lingkungan masyarakat, bahwa perubahan sosial yang terjadi juga adalah dampak dari ketidakmampuan seorang individu untuk menyaring atau memilah kebudayaan asing yang datang dari luar melalui berbagai media. Orang-orang Indonesia kini lebih menyukai hiburan kesenian yang berasal dari budaya luar negeri seperti Korea, Jepang, India dan negara-negara barat. Mereka pun melakukan imitasi terhadap budaya asing tersebut di Indonesia, seperti halnya adanya boyband dan girlband yang menjiplak dari korea, film luar negeri yang dibuat ulang dengan versi Indonesia, dan munculnya berbagai komunitas-komunitas fanatik terhadap salah satu produk kebudayaan luar negeri tersebut. Akibatnya, produk-produk kebudayaan asli Indonesia baik itu lagu, tari-tarian, alat musik, dan kesenian lainnya ditinggalkan dan tidak diminati lagi oleh generasi muda saat ini. Tanpa adanya penerus dan pemelihara produk-produk kebudayaan asli Indonesia, tentu saja kebudayaan tersebut akan punah dan hanya menjadi catatan saja dalam buku sejarah bagi generasi-generasi manusia Indonesia berikutnya.
tumbuh berkembang sangat baik di masyarakat, hal itu makin menjadi-jadi dengan masifnya promosi dan periklanan terhadap barang-barang impor tersebut. Dan dengan adanya barang-barang impor, membuat barang-barang produksi dalam negeri menjadi kurang dihargai dan sepi peminat. Masalah utamanya ada pada stigma masyarakat kita terhadap barang impor yang dianggap lebih baik dan lebih berkualitas dibandingkan barang produksi lokal.
Kebijakan perekonomian Indonesia yang terbuka akan membuat barang- barang impor selalu masuk dan bersaing di pasar, hal ini tidak dapat dicegah. Namun, pemerintah dapat menetapkan berbagai kebijakan untuk membatasi jumlah barang-barang impor yang masuk ke Indonesia. Tetapi, solusi yang paling baik untuk menghadapi perilaku konsumtif masyarakat terhadap barang impor adalah dengan mengenalkan dan mempromosikan secara luas serta berkelanjutan terhadap barang buatan dalam negeri yang setara kualitas dan harga dengan barang-barang impor. Pemberian insentif kepada masyarakat selaku konsumen juga diperlukan supaya mereka lebih condong membeli produk dalam negeri daripada produk luar, insentif seperti halnya potongan pajak terhadap barang lokal yang dibeli. Dan tentu saja, kampanye untuk mempopulerkan kebanggan dan kecintaan terhadap produk lokal perlu dimulai dari dunia pendidikan.
Animisme dan dinamisme adalah kepercayaan lama yang dianut masyarakat Indonesia terdahulu sebelum adanya penyebaran pengaruh agama lain yang masuk ke wilayah nusantara. Kini, masyarakat Indonesia pada umumnya menganut salah satu dari lima agama yang diakui oleh negara dengan agama islam sebagai agama mayoritasnya. Perbedaan kepercayaan agama yang dianut oleh individu-individu didalam sebuah lingkungan masyarakat terkadang menimbulkan konflik-konflik yang diakibatkan karena kurangnya toleransi antar individu, fanatisme terhadap suatu agama, dan kesalahpahaman antar umat beragama.
Sudah seharusnya bagi seluruh manusia Indonesia untuk memahami bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari beranekaragam latar belakang yang telah menjadi satu kesatuan dalam perbedaan tersebut. Semboyan bhineka tunggal ika harus dimaknai oleh seluruh manusia Indonesia sebagai pernyataan sikap toleransinya terhadap segala perbedaan-perbedaan latar
belakang individu-individu didalam masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia haruslah mengajarkan semboyan bhineka tunggal ika dan cara memaknainya kepada manusia Indonesia agar diskriminasi dan konflik tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
Indonesia adalah negara hukum, itu tercantum pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat 3. Oleh karenanya, sudah sepantasnya bagi warga negara Indonesia untuk berlaku taat dan menjunjung tinggi hukum dalam kehidupan sehari-hari. Namun, apakah seluruh warga negara Indonesia yang terikat dengan hukum sudah mempraktikan patuh hukum dalam aktivitas kesehariannya?. Jika berkaca pada praktik nyata taat hukum, salah satunya hukum lalu lintas, kita akan mudah untuk melihat beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara kendaraan di jalanan, mulai dari tidak memakai helm, menerobos lampu merah, dan parkir sembarangan. Tentu saja, itu baru satu contoh praktik taat hukum yang mungkin sering dilanggar oleh pengendara kendaraan setiap harinya, lalu bagaimana dengan tindak kejahatan melanggar hukum lain, seperti korupsi, yang dapat dilihat setiap harinya di media kabar? Jadi apakah seluruh warga negara Indonesia telah memaknai taat hukum dalam kehidupan mereka?
Sesungguhnya, pendidikan di Indonesia telah mengajarkan bagaimana seharusnya perilaku taat hukum dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan juga telah menerapkan praktik disiplin hukum dan sanksi bagi pelanggarnya dalam bentuk tata tertib di sekolah, universitas, dan lembaga pendidikan lainnya. Akan tetapi, pendidikan belum dapat mentransformasikan kepatuhan terhadap hukum menjadi sebuah kebutuhan moral dalam diri tiap individu. Pendidikan tentang tertib hukum di Indonesia mengedepankan sifat memaksa hukum terhadap tiap individu untuk dapat sewajarnya berlaku patuh dan taat pada hukum, hal ini menjelaskan mengapa patuh hukum tidak mendarah daging di kehidupan sehari-hari warga negara Indonesia.
Perkembangan dunia dalam zaman dengan segala perubahan-perubahan didalamnya kini tidak boleh dihindari dan diabaikan oleh bangsa Indonesia. Oleh karena itu, manusia Indonesia harus selalu tanggap dan adaptif dengan kemutakhiran dunia, tetapi juga harus jeli dan kritis dalam menyikapinya. Kenyataan buruk yang sudah kita ketahui tentang terjadinya pergeseran moralitas