



Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
berisi keadaan, kondisi dan perkembangan psikologi di era pencerahan ilmu pengetahuan.
Typology: Lecture notes
1 / 5
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Perkembangan Psikologi pada masa Renaissance Oleh : Faiz Badridduja, 2020011055 Sejarah panjang psikologi dimulai dengan pertanyaan- pertanyaan para filsuf Yunani kuno tentang apa artinya menjadi manusia dan berupaya memaham sifat pengetahuan. Menurut Plato pikiran manusia dapat melihat kilasan keabadian dibalik kefanaan, Plato juga percaya bahwa tubuh hanya kuburan jiwa dalam memperkenalkan antara hubungan jiwa dan raga. Sebaliknya, Aristoteles memandang dunia, alam semesta dan kemampuan manusia untuk bernalar dan mengindra itu cocok untuk masuk ke hirearki makhluk hidup dari tumbuhan hingga dewa-dewa dalam mitologi Yunani kuno. Dua pandangan diatas membentuk dua mazhab besar dalam perkembangan filsafat modern, Rene Descartes seorang pengikut Rasionalisme Plato menyatakan bahwa pengetahuan itu adalah faktor bawaan oleh karenanya sumber pengetahuan adalah rasio, sementara tubuh (termasuk otak) itu hanya mekanisme yang rumit. Pandangan ini dibantah oleh para pengikut Empirisme Aristoteles seperti Jhon Locke dan David Hume dengan mendebat bahwa pikiran hanyalah kertas kosong, sedangkan pengetahuan terhadap dunia itu merupakan hasil asosiasi gagasan-gagasan yang bersumber pada pengalaman indrawi. Immanuel Kant seorang filsuf Prussia berusaha menjembatani dua mazhab tersebut dan meletakkan model pikiran yang terdiri atas bakat-bakat yang mengintegrasikan informasi sensoris dengan kategori-kategori abstrak atau nalar, ia menambahkan bahwa baik pengetahuan apriori seperti disampaikan Descartes dan pengetahuan aposteriori seperti yang diterangkan Hume merupakan dua sumber pengetahuan manusia yang bisa diintegrasikan. a. Rene Descartes Kontribusi besar Rene Descartes bagi psikologi adalah pandangannya tentang hubungan jiwa dan raga dimana ia mengemukakan teori dualisme yaitu materi dan nonmateri, baginya jiwa dan raga merupakan dua substansi yang sangat berbeda akan tetapi saling berinteraksi secara timbal balik.
Karena raga dipandanganya sebagai materi maka jiwa diyakininya sebagai substansi yang nonmateri, ia juga menambahkan bahwa jiwa itu tempat penalaran dan proses- proses kognitif, jiwa juga bertugas untuk menyediakan informasi tentang dunia, akan tetapi tak dapat dijelaskan oleh hukum- hukum alam. Penjelasan menarik dari Descartes adalah properti-properti raga yang justru secara umum itu adalah fungsi dari jiwa yaitu memori, persepsi, mimpi, imajinasi dan lain-lain. Descartes juga berpendapat bahwa pengaruh raga terhadap jiwa itu jauh lebih besar daripada pengaruh jiwa terhadap raga. Meski begitu, ia menjelaskan detail tentang interaksi antara raga dan jiwa yang terjadi di dalam otak, yaitu terdapat kelenjar yang bernama pineal, kelenjar pineal inilah yang digunakan jiwa untuk memerintah raga baik melakukan sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. b. David Hume Bagi Hume, jiwa merupakan produk pengalaman ketika berinteraksi dengan dunia nyata, Hume juga meyakini bahwa interaksi tersebut tidaklah terjadi secara langsung akan tetapi melalui persepsi, Persepsi inilah yang menurut Hume sebagai isi substansial dari jiwa itu sendiri. Hume membagi persepsi menjadi dua, yaitu impresi dan ide. Yang termasuk impresi adalah pengindraan, perasaan dan emosi, sedangkan yang termasuk ide hanyalah pikiran. Impresi memiliki kekuatan aktif yang lebih tingi daripada ide. Kumpulan persepsi (baik impresi atau ide) itu terbentuk melalui imajinasi dan asosiasi, melalui imajinasi satu ide bisa menjadi banyak ide dan gagasan yang tan terbatas, sementara asosiasi ia bagi jadi tiga hukum asosiasi yaitu law of resemblance merupakan asosiasi antara ide yang sama atau mirip, law of contiguity merupakan asosiasi antara satu ide dan ide yang lain yang terjadi dalam waktu dan tempat yang sama, law of causality merupakan asosiasi antara sebab dan akibat. Meski begitu, Hume termasuk tokoh yang meyakini bahwa emosi merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perilaku manusia melebihi pengaruh rasio, ia memandang bahwa nalar
rumus itu mampu menjelaskan fenomena-fenomena mental yang lebih kompleks. Wilhelm Wundt berhasil membuktikan bahwa kesadaran terhadap dua stimulus yang berbeda dalam satu waktu itu mungkin terjadi, hal ia lakukan ketika melakukan pengukuran pada sistem syaraf pusat dengan menggunakan thought meter , saat itu Wundt masih menjadi asisten Helmholtz. Tahun 1874, Wundt menuliskan Principles of Psysiological Psychology yang menyuguhkan pemikiran akan perlunya cabang ilmu baru perkawinan antara psikologi dan fisiologi yaitu experimental psychology. 1875, ia mengajar di Universitas Leipzig dan mendirikan Laboratorium Psikologi pertama pada 1879. Di Amerika, William James berhasil membuat teori psikologi pragmatis pada tahun 1890, yaitu teori yang menyatakan bahwa psikologi itu menentang konsep rasionalis yang menyatakan bahwa mind (pikiran) dan soul (jiwa) itu sesuatu yang benar-benar terpisah dari raga itu palsu atau bohong belaka, keduanya sangat berkaitan sebagai suatu kesatuan yang saling berinteraksi. Teori itu juga menjelaskan bahwa pikiran manusia tidak bisa dipahami sebagai sesuatu yang terpisah dengan dunia nyata, ia harus dipahami secara dinamis yaitu dipengaruhi oleh dunia dan bereaksi terhadap dunia. Mind (pikiran) itu adalah instrumen untuk berfikir, merasa, mau, memilih, percaya, mengindra, dan semua itu adalah fungsi mental yang pada dasarnya adalah kegiatan atau suatu bentuk perbuatan, dan menyimpulkan bahwa cara terbaik memahami mind (pikiran) adalah mempelajari bagaimana ia beroperasi. Semuanya termuat dalam karyanya Principles of Psychology (terbit 1890) yang secara umum menunjukan suatu usaha mempelajari mind (pikiran) bukan dari pandangan teoritis, melainkan pandangan aksi (action/tindakan) atau hasil praktis yang dihasilkan dan berhubungan dengan mind.
Daftar Pustaka Alan Porter, segala sesuatu yang perlu Anda ketahui tentang PSIKOLOGI , alih bahasa : Dharmawati Chen, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama (2020), Cetakan pertama. Ahmad Tafsir Prof, Dr, Filsafat Ilmu , Bandung : Rosda Karya (2003), Cetakan kedua belas. Agus Abdul Rahman, Dr, Sejarah Psikologi : dari Klasik hingga Modern , Depok : Rajawali Pers (2018), Cetakan kedua