Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Penjualan Angsuran dan Cicilan, Summaries of Accounting

tentang bagaimana penjualan angsuran

Typology: Summaries

2020/2021

Uploaded on 02/25/2022

ainal-fikri
ainal-fikri 🇮🇩

4 documents

1 / 26

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
353
BAB 7
AKUNTANSI untuk PENJUALAN
ANGSURAN
Pengertian Penjualan Angsuran
Perhitungan Bunga dan Pencatatannya
Perlakuan Akuntansi Lainnya
Pembatalan Penjualan Angsuran
Penjualan Angsuran untuk Barang Bergerak dan Barang Tidak
Bergerak
Contoh Transaksi dan Laporan Keuangannya
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa
pfd
pfe
pff
pf12
pf13
pf14
pf15
pf16
pf17
pf18
pf19
pf1a

Partial preview of the text

Download Penjualan Angsuran dan Cicilan and more Summaries Accounting in PDF only on Docsity!

BAB 7

AKUNTANSI untuk PENJUALAN

ANGSURAN

☺ Pengertian Penjualan Angsuran ☺ Perhitungan Bunga dan Pencatatannya ☺ Perlakuan Akuntansi Lainnya ☺ Pembatalan Penjualan Angsuran ☺ Penjualan Angsuran untuk Barang Bergerak dan Barang Tidak Bergerak ☺ Contoh Transaksi dan Laporan Keuangannya

AKUNTANSI untuk

PENJUALAN ANGSURAN

( Installment Sales)

1. PENGERTIAN PENJUALAN ANGSURAN

Penjualan menurut akuntansi, dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu penjualan biasa dan penjualan angsuran. Penjualan biasa terdiri dari penjualan tunai dan penjualan kredit. Penjualan tunai adalah penjualan yang pembayarannya langsung lunas (diterima sekaligus). Penjualan kredit adalah penjualan yang pembayarannya tidak diterima sekaligus (tidak langsung lunas) pembayarannya bisa diterima melalui 2 (dua) tahap atau lebih. Penjualan angsuran adalah penjualan yang pembayarannya tidak diterima sekaligus (tidak langsung lunas), tetapi pembayarannya diterima melalui lebih dari 2 (dua) tahap. Istilah penjualan angsuran dengan penjualan kredit hampir sama, tetapi penjualan kredit yang dibayar hanya 2 X pembayaran bukan merupakan penjualan angsuran. Untuk menghindari risiko karena pembeli tidak membayar dan supaya penjual tidak mengalami kerugian, maka biasanya saat membeli ada beberapa perjanjian, antara lain:

Bunga Dihitung dari Pokok Pinjaman

Besarnya bunga, pokok pinjaman, dan jumlah kas yang diterima dalam setiap angsuran adalah sebagai berikut:

Angsuran Pokok Bunga (Rp) Kas yg Diterima/ Sisa Pinjaman Tanggal Pinjaman (Rp) (2)=5% Dibayar (Rp) (4) = ( (1) = 8.000.000 : 4 x 8.000.000 (3)= (1) + (2) awal – (1)

5-4-07 - 7.000.000 8.000. 5-5-07 2.000.000 400.000 2.400.000 6.000. 5-6-07 2.000.000 400.000 2.400.000 4.000. 5-7-07 2.000.000 400.000 2.400.000 2.000. 5-8-07 2.000.000 400.000 2.400. Jumlah 8.000.000 1.600.000 16.600.

Jurnal yang harus dibuat Pembeli dan Penjual adalah:

Keterangan Jurnal yang Dibuat Pembeli Jurnal yang Dibuat Penjual 5 April 2007 Pembelian 15.000.000 Kas 7.000. Saat Jual-Beli Utg Pembelian Angsuran 8.000.000 Piut. Penj. Angs 8.000. Kas 7.000.000 Penj. Angs 15.000. 5 Mei 2007 Utg Pembelian Angs 2.000.000 Kas 2.400. Angsuran 1 Biaya bunga 400.000 Piut Penj Angs 2.000. Kas 2.400.000 Pendapatan bunga 400. 5 Juni 2007 Utg Pembelian Angs 2.000.000 Kas 2.000. Angs. Kedua Biaya bunga 400.000 Piut Penj Angs 2.000. Kas 2.400.000 Pendapatan bunga 400.

Untuk angsuran ke–3 dan ke–4 cara membuat jurnal adalah sama.

Bunga dihitung dari sisa pinjaman Pada tanggal 5 April 2007, dealer ”Dwijaya” menjual sebuah sepeda motor Suzuki dengan harga Rp 15.000.000 dan cara pembayaran adalah:

  • Uang muka Rp 7.000.000,00.
  • Sisanya sebesar Rp 8.000.000,00 diangsur sebanyak 4 kali setiap bulan yaitu setiap tanggal 5. Angsuran pertama dimulai pada tanggal 5 Mei 2007.
  • Bunga yang dibebankan sebesar 5% per bulan.

Besarnya bunga, pokok pinjaman, jumlah kas yang diterima/dibayar setiap angsuran adalah sebagai berikut:

Angsuran Pokok Bunga (Rp) Kas yg Diterima/ Sisa Pinjaman Tanggal Pinjaman (Rp) (2)=5% Dibayar (Rp) (4) = ( (1) = 8.000.000 : 4 x 8.000.000 (3)= (1) + (2) awal – (1)

5-4-2007 - - 7.000.000 8.000. 5-5-2007 2.000.000 400.000 2.400.000 6.000. 5-6-2007 2.000.000 300.000 2.300.000 4.000. 5-7-2007 2.000.000 200.000 2.200.000 2.000. 5-8-2007 2.000.000 100.000 2.100.000 - Jumlah 8.000.000 800.000 16.000.

Jurnal yang harus dibuat adalah:

Keterangan Jurnal yang Dibuat Pembeli (dlm Rp,00) Jurnal yang Dibuat Penjual (dlm Rp,00)

5 April 2007 Pembelian 15.000.000 Kas 7.000. Saat Jual-Beli Utg Pembelian Angs 8.000.000 Piut. Penj. Angs 8.000. Kas 7.000.000 Penj. Angs 15.000.

5 Mei 2007 Utg Pemb Angs 2.000.000 Kas 2.400. Angsuran I Biaya bunga 400.000 Piut Penj Angs 2.000. Kas 2.400.000 Pendapatan bunga 400. 5 Juni 2007 Utg Pemb. Angs 2.000.000 Kas 2.300. Angsuran II Biaya bunga 300.000 Piut Penj Angs 2.000. Kas 2.300.000 Pendapatan bagi 300.

Sistem Anuitas Bila menggunakan sistem anuitas, maka jumlah kas yang diterima/ dibayar setiap bulan dicari dengan rumus sebagai berikut:

NA =

SP ––––– an > P

Keterangan: NA = Nilai angsuran per periode SP = Sisa penjualan semula an>P = Nilai tunai dari Rp 1,00 yang akan diterima setiap periode selama ‘n’ periode yang akan datang dengan tingkat bunga ‘p%’ per periode. Nilai ini dapat dilihat pada tabel bunga atau dihitung sendiri dengan memakai rumus deret ukur menurun.

a. Pengakuan Laba Kotor Dasar pengakuan laba yang dapat dipakai dalam penjualan angsuran adalah:

  1. Dasar Penjualan ( Accrual Basis )
  2. Dasar tunai ( Cash Basis ) Penjelasannya adalah sebagai berikut 1. Dasar Penjualan ( Accrual Basis ) Bila menggunakan dasar ini, laba kotor diakui pada saat penjualan angsuran terjadi tanpa memperhatikan apakah pembayarannya sudah diterima atau belum. Cara ini sama dengan pencatatan penjualan kredit biasa. Metode ini dapat digunakan bila memenuhi 3 kondisi:
    • Jangka waktu pembayaran relatif pendek.
    • Kemungkinan terjadinya pembatalan sangat kecil.
    • Biaya-biaya yang berhubungan dengan penjualan angsuran bisa ditaksir dengan teliti. Contoh : Pada tanggal 7 januari 2007 terjadi transaksi penjualan angsuran di PT ”Anugerah” senilai Rp70.000.000,00 dengan syarat pembayaran sebagai berikut:
    • Uang muka Rp20.000.000 dibayar pada saat transaksi penjualan.
    • Sisanya dibayar sebanyak 5 kali angsuran tahunan, setiap akhir tahun.
    • Beban pokok penjualan Rp50.000.000,00. Laba kotor yang sudah diakui dari penjualan angsuran tersebut dan dicatat pada tahun 2007 oleh PT”Anugerah” sebesar Rp20.000.000, (Rp70.000.000,00 - Rp50.000.000,00). Tabel penerimaan pembayaran dari penjualan angsuran ini adalah sebagai berikut: Tanggal Keterangan Jumlah 7-1-2007 Uang muka Rp20.000.000, 31-12-2007 Angsuran ke–1 Rp10.000.000, 31-12-2008 Angsuran ke–2 Rp10.000.000, 31-12-2009 Angsuran ke–3 Rp10.000.000, 31-12-2010 Angsuran ke–4 Rp10.000.000, 31-12-2011 Angsuran ke–5 Rp10.000.000, Jumlah Rp70.000.000,

2. Dasar tunai ( Cash Basis ) Dalam metode ini laba kotor diakui saat pengumpulan kas. Setiap pengumpulan kas terdiri dari: a. pembayaran atas beban pokok penjualan dan b. pembayaran atas laba kotor Ada 3 metode untuk memperlakukan penerimaan piutang penjualan angsuran, yaitu: 1. Harga pokok kemudian laba kotor ( cost recovery method ) Dalam metode ini penerimaan kas pertama dianggap sebagai penutup beban pokok penjualan dahulu, setelah beban pokok penjualan tertutup, baru penerimaan kas berikutnya diakui sebagai laba kotor. 2. Laba kotor kemudian harga pokok Dalam metode ini penerimaan kas pertama dianggap sebagai perolehan laba kotor dahulu, setelah laba kotor tercapai baru sisa penerimaan kas berikutnya diakui sebagai penutup harga pokok. 3. beban pokok penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional (metode penjualan angsuran) Perbandingan pemakaian ketiga metode di atas dapat dilihat pada contoh berikut: Pada tanggal 7 Januari 2007 terjadi transaksi penjualan angsuran di PT ”Anugerah” senilai Rp70.000.000,00 dengan syarat pembayaran sebagai berikut:

  • Uang muka Rp20.000.000 dibayar pada saat transaksi penjualan.
  • Sisanya dibayar sebanyak 5 kali angsuran tahunan, setiap akhir tahun.
  • Beban pokok penjualan Rp50.000.000, Tabel penerimaan pembayaran dari penjualan angsuran ini adalah sebagai berikut: Tanggal Keterangan Jumlah 7-1-2007 Uang muka Rp 20.000.000, 31-12-2007 Angsuran ke 1 Rp10.000.000, 31-12-2008 Angsuran ke 2 Rp10.000.000, 31-12-2009 Angsuran ke 3 Rp10.000.000, 31-12-2010 Angsuran ke 4 Rp10.000.000, 31-12-2011 Angsuran ke 5 Rp10.000.000, Jumlah Rp70.000.000,

Dalam metode ini setiap periode penerimaan kas diakui adanya pembayaran beban pokok penjualan dan realisasi laba kotor. Dari ketiga metode di atas, yang paling banyak dipakai adalah perlakuan yang ketiga, yaitu beban pokok penjualan dan laba kotor diakui secara proporsional setiap menerima kas.

Tukar Tambah atau Trade In Tukar tambah adalah penjualan di mana pembeli menyerahkan barangnya sebagai uang muka ( down payment/DP ) kekurangannya dibayar secara angsuran. Dalam penjualan angsuran sering terjadi cara tukar tambah untuk menarik pembeli. Dalam tukar tambah, barang yang diserahkan sebagai uang muka dicatat berdasar realisasi bersihnya dengan syarat: nilai realisasi bersih tidak boleh melebihi nilai pokok pengganti ( current replacement cost ). Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga jual barang dikurangi biaya perbaikan, biaya pemasaran, dan biaya-biaya lain serta taksiran laba yang diharapkan. Selisih antara harga yang disepakati dengan nilai realisasi bersih dimasukkan ke rekening cadangan kelebihan harga. Pada akhir periode rekening cadangan kelebihan harga mengurangi rekening penjualan angsuran. Jadi harga penjualan angsuran sebenarnya adalah sebesar rekening penjualan dikurangi cadangan kelebihan harga. Contoh: Pada awal tahun 2007 toko elektronik ”Metrika” menjual mesin cuci ”Electrolux” secara angsuran sebesar Rp7.500.000. Cara pembayarannya adalah sebagai berikut:

  • Sebagai uang muka diterima sebuah mesin cuci merk ”Yamoto” dengan nilai yang disepakati sebesar Rp2.000.000,00.
  • Sisanya diangsur sebanyak 10 kali angsuran bulanan, masing-masing Rp550.000,00 Mesin cuci yang diterima diperkirakan membutuhkan biaya perbaikan sebesar Rp500.000,00. Setelah diperbaiki diperkirakan dapat dijual dengan harga Rp2.400.000,00. Dalam penjualan mesin cuci ”Electrolux” perusahaan memperhitungkan laba normal sebesar 10% dari harga jual. Harga perolehan mesin cuci “Electrolux” sebesar Rp5.600.000,00.

Perhitungan: Harga yang disepakati Rp2.000.000, Harga jual mesin cuci ”Yamoto” Rp2.400.000,00. Biaya perbaikan Rp500.000, Laba normal 10% x Rp46.000.000,00 Rp240.000, (Rp 740.000,00) Taksiran nilai realisasi bersih (Rp1.660.000,00) Kelebihan harga Rp340.000,

Jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut: Untuk mencatat penjualan Piutang penjualan angsuran Rp5.500.000, Persediaan Barang Dagangan (mesin cuci ”Yamoto”) Rp1.660.000, Cadangan kelebihan harga Rp340.000, Penjualan angsuran Rp7.500.000,

Untuk mencatat beban pokok penjualan angsuran Beban pokok penjualan angsuran Rp5.600.0000, Persediaan Barang Dagangan Rp 5.600.0000,

Pembatalan Penjualan Angsuran

Dalam penjualan angsuran kadangkala pembeli tidak dapat melunasi angsurannya sehingga terjadi pembatalan penjualan angsuran. Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh penjual adalah:

  1. Barang yang sudah dijual dimiliki kembali Penjual harus menilai kembali barang tersebut. Dalam penilaian kembali harus dipertimbangkan cadangan untuk perbaikan dan laba normal yang diharapkan apabila barang tersebut dijual lagi (nilai realisasi bersih).
  2. Piutang penjualan angsuran yang belum dibayar dibatalkan.

Laba kotor diakui saat penjualan Perhitungan: (dlm ribuan Rp) (dlm ribuan Rp) Harga jual 30. Piutang yang sudah ditagih 15.

Piutang yang belum ditagih 15.

Taksiran nilai realisasi bersih 12.

Rugi pembatalan penjualan angsuran 3.

Jurnal:

Persediaan barang dagangan 14.

Rugi pembatalan angsuran 1.

Piutang penjualan angsuran 15.

Laba kotor diakui secara proporsional dengan penerimaan kas

Perhitungan: (dlm ribuan rupiah) (dlm ribuan rupiah)

Harga jual 30.

Piutang yang sudah ditagih 15.

Piutang yang belum ditagih 15.

Laba kotor belum direalisasi

25% x Rp15.000.000,00 = 3.

Beban pokok penjualan yang belum dibayar 11.

Taksiran nilai realisasi bersih 14.

Laba pembatalan penjualan angsuran 2.

Jurnal:

Persediaan barang dagangan 14.

Laba kotor belum direalisasi 3.

Piutang penjualan angsuran 15.

Laba pembatalan angsuran 2.

Laporan Keuangan Perusahaan yang menjual barangnya secara angsuran Laporan Keuangannya sama seperti pada perusahaan umumnya, yaitu: a. Neraca, b. Laporan laba-rugi dan c. Laporan perubahan modal/saldo laba. Di antara ketiga jenis laporan tersebut, hanya neraca dan laporan laba rugi yang berbeda, sedangkan laporan perubahan modal/saldo laba sama. Seperti pada perusahaan yang tidak menjual secara angsuran. Perbedaan tersebut disebabkan karena di neraca dan laporan laba rugi terdapat rekening yang berhubungan dengan penjualan angsuran. Di neraca rekening yang berhubungan dengan penjualan angsuran adalah:

  • Piutang penjualan angsuran Piutang penjualan angsuran disajikan dalam Neraca sebagai elemen Aktiva Lancar setelah Piutang Usaha
  • Laba kotor yang belum direalisasi Laba kotor yang belum direalisasi perlakuannya sama dengan pendapatan yang ditangguhkan. Cara penyajian yang lazim adalah:

a. Disajikan di kelompok Aktiva sebagai pengurang Piutang Penjualan Angsuran

b. Disajikan di kelompok Pasiva sebagai Pendapatan yang Ditangguhkan

Sebelum diberikan ulasan lebih detil dan contoh tentang penyusunan laporan keuangan, maka terlebih dahulu akan diberikan ulasan tentang penjualan angsuran untuk barang bergerak dan barang tidak bergerak.

Penjualan Angsuran untuk Barang Tidak Bergerak dan Barang Bergerak Dalam praktik penjualan angsuran dapat dipakai baik untuk barang bergerak maupun barang tidak bergerak. Dalam penjualan angsuran pada umumnya laba kotor diakui secara proporsional dengan penerimaan kas. Hal ini disebabkan ada kemungkinan terjadi pembatalan penjualan angsuran. Dengan metode ini bila terjadi pembatalan penjualan angsuran di catatan perusahaan tidak timbul rugi,

dengan pembayaran tiap kuartal @ Rp16.000.000,00. Bunga hipotik sebesar 15% per tahun yang dihitung dari sisa pinjaman hipotik yang belum dibayar.

  • Komisi dan biaya-biaya lainnya guna menyelesaikan akta hipotik sejumlah Rp7.000.000,00 telah dibayar tunai oleh PT Graha Sentosa. Angsuran pokok dan bunga hipotik untuk pertama kali dimulai pada tanggal 5 Januari 2007

Berikut ini adalah jurnal yang dibuat oleh PT Graha Sentosa

Laba diakui dalam Laba diakui secara Keterangan periode penjualan proporsional dengan (dalam ribuan rupiah) pembayaran yang diterima (dalam ribuan rupiah)

29-9- D i j u a l s e b u a h r u m a h d e n g a n harga Rp200 juta harga pokok rumah Rp160.000.000,

Piutang 200.000 Piutang 200. Rumah 140.000 Rumah 160. Laba penj. rmh 60.000 Laba penj. Rmh 40.

P e n e r i m a a n pembayaran pertama R p 4 0 j u t a d a n hipotik untuk saldo yang belum dibayar Rp160 juta

Kas 40.000 Kas 75. Hipotik 160.000 Hipotik 125. Piutang 200.000 Piutang 200.

Biaya yang dikeluarkan

Biaya penj. 7.000 Biaya penj. 7. Kas 7.000 Kas 7. 31-12- Bunga yang masih harus diterima atas hipotik 15% untuk jangka waktu 3 bulan Rp 160 juta x 15% x3/ = Rp4.000.000,

Piutang 6.000 Piutang 6. bunga Bunga Pend. 6.000 Pendp. 6. Bunga Bunga

% LK ase = Rp 60 jt/ Rp200 jt x 100%= 30%. Penerimaan kas tahun 2006 Rp 40jt. Jadi LKD 30%xRp 40jt=Rp 12jt

LKBD 12. LKD 12.

Menutup rekening nominal

Laba 12.000 LKD 12. Pendp 6.000 Pendp 6. Bunga Bunga Bi Penj. 7.000 Bi penj. 7. Laba/Rugi 11.000 Laba/Rugi 11.

1-1- (Penyesuaian kembali)

Pendp. 6.000 Pendp. Bunga bunga 6. Piut. Bunga 6.000 Piut. 6. Bunga

5-1- Diterima pembayaran a n g s u r a n h i p o t i k sebesar Rp16 jt & bunga hipotik sebesar 160 juta x 15% x 4/ = Rp4.000.000,

Kas 24.000 Kas 24. Hipotik 16.000 Hipotik 16. Pendp. 8.000 Pendp. 8. bunga bunga

5-5- Diterima pembayaran a n g s u r a n h i p o t i k sebesar Rp16 jt & bunga hipotik sebesar 144 jt rb x 15% x 4/ = Rp7.200.000,

Kas 23.200 Kas 23. Hipotik 16.000 Hipotik 16. Pendp. 7.200 Pendp. 7. bunga bunga

5-9- Diterima pembayaran a n g s u r a n h i p o t i k sebesar Rp16 jt & bunga hipotik sebesar Rp128 juta x 15% x 4/ = Rp6.400.000,

Kas 22.400 Kas 22. Hipotik 16.000 Hipotik 16. Pendp. 6.400 Pendp. 6. bunga bunga

31-12- Bunga yang masih harus diteirma atas hipotik 15% untuk jangka waktu 4 bulan Rp112 juta x 15% x 4/12 = Rp5.600.

Piut. 5.600 Piut. 5. Bunga Bunga Pend. 5.600 Pend. 5. Bunga Bunga

menutup rekening nominal ke laba atau rugi. Penerimaan kas tahun 2007 Rp69., juta. Jadi LKD 40% x R p 6 9 , 6 j u t a = Rp9.600.000,

LKD 9. Pendpt. 27.200 Piut. 27. Bunga Bunga Laba/rugi 27.200 Laba/rugi 36.

Jurnal yang dibuat saat pembatalan dan pemilikan kembali rumah adalah sebagai berikut:

Laba Diakui dalam Periode Laba Diakui Proporsional dg Penjualan (dalam Rp 000,00) Pembayaran yg Diterima (dlm Rp 000,00)

Rumah 86.000 Rumah 100. Rugi pemilik kembalikan 10.000 LKBD 28. Piut. Penj. Angs 96.000 Piut. Penj. Angs 96. Laba pemilikan 32. kembali

Nilai Laba Kotor yg belum Direalisasi (LKBD) adalah (dlmRp 000,00)

Harga Jual Rumah 200. Uang Muka 40. Hipotik = 4 x 16.000 64.000 104.

Laba Kotor yg Blm Direalisasi: 30 % x 96.000 28.

Laba yang telah diakui sebelum terjadi pembatalan penjualan angsuran:

Laba kotor dari uang muka = 30% x Rp40.000.000,00 = Rp12.000. Laba kotor angsuran hipotik = 30% x Rp64.000.000,00 = Rp19.200.

Rp31.200.

Penjualan Barang Bergerak

Dalam praktik, selain penjualan biasa (reguler) perusahaan juga melakukan penjualan angsuran. Tujuan perusahaan juga menjual secara angsuran adalah untuk menaikkan omzet penjualan. Bila hal ini yang terjadi dalam perusahaan, maka dalam menyusun laporan keuangan harus dipisahkan antara piutang penjualan reguler dan piutang penjualan angsuran.

Contoh: Berikut ini adalah neraca PT ”Sari” 1 Januari 2008:

PT Sari Neraca Per 1-1- (dalam ribuan rupiah)

Kas 96.500 Utang dagang 45. Persedian barang dagangan 300.000 LKBD th 2006 15. Piutang dagang 100.000 LKBD th 2005 8. Piutang Penjualan Th 2006 60.000 Modal saham 350. Piutang Penjualan angs. Th 2005 42.500 Laba yang ditahan 180. Total Aktiva 599.000 Total Aktiva 599.

Sedangkan transaksi-transaksi yang terjadi selama tahun 2007 di PT Sari adalah sebagai berikut:

(dlm Rp 000,00)

Penjualan tunai sebesar Rp 70. Penjualan kredit sebesar 230. BPP 130. Penjualan angsuran sebesar 500. BPP angsuran 350. Pembelian barang dagangan secara kredit 550. Penerimaan kas diperoleh dari: Piutang dagang 120. Piutang penjualan angsuran 2007 300. Piutang penjualan angsuran 2006 50. Piutang penjualan angsuran 2005 40. Pengeluaran kas untuk: Pembayaran utang dagang 300. Biaya operasi 75.