






Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
Proses pembuatan parfum yang baik agar bisa
Typology: Papers
1 / 10
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Filasavita Prasasti Iswara, Dwiarso Rubiyanto dan Tatang Shabur Julianto Jurusan Ilmu Kimia, FMIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Email: filasavita@ymail.com
ABSTRACT
This study was conducted to determine the harmful compounds in perfumes by gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS). Perfume samples (A, B, C) obtained from the supermarket and the refill perfume fragrance that is almost the same. Methodology is the determination of specific gravity and refractive index. Chemical analysis performed using gas chromatography-mass spectrometry (GC-MS). Based on the results obtained three samples of data that have perfume composition profiles of the same constituent that is solvent, fixative agents, and perfuming agents. Compounds that are solvent are methanol, ethanol. Compounds that are fixative agent is 1,2-Butanediol, 3-ethoxy-1-propanol, limonene, dipropylene glycol, 2-(2-hydroxypropoxy)-1-propanol, 3,3’-oxybis-2-butanol. The compound is a substance which is dihydrojasmonat methyl fragrance, alpha-hexyl cinnamaldehyde. Dihydrojasmonat methyl is a compound that becomes the deciding factor perfume that smells like jasmine.
Keywords : Perfume, Perfume composition, Jamine , Methyl dihydrojasmonato, Gas chromatography- mass spectrometry
PENDAHULUAN
Parfum adalah produk yang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi saat ini aroma parfum yang ditawarkan sudah semakin beragam, baik yang dikhususkan untuk pria, wanita, ataupun untuk keduanya. Kata parfum sendiri berasal dari bahasa latin “ per fumum ” yang berarti melalui asap. Riwayat parfum telah ada sejak zaman Mesopotamia kuno sekitar lebih dari 4000 tahun yang lalu. Pada zaman dahulu, orang-orang menggunakan tanaman herbal, rempah- rempah dan bunga dan dicampurkan bersama untuk membuat wewangian. Selanjutnya pada pertengahan abad ke- parfum mulai dicampur minyak dan alkohol. Meskipun demikian, parfum baru
mengalami kemajuan pesat pada abad ke- dengan munculnya beragam aroma wewangian dan botol yang indah. Setiap produk wewangian mengandung pelarut tambahan yang berfungsi sebagai media atau fondation baik parfum itu asli atau sintesis. Persentase kandungan bahan kimia dalam parfum antara kisaran 30 % tergantung dari jenis produknya. Namun dari beberapa analisa pasar, 95 % bahan kimia yang terkandung di dalam produk wewangian adalah bahan kimia sintetik yang berbahan dasar petroleum yang merupakan turunan benzene, aldehid atau zat yang umumnya terkenal beracun. Salah satu organisasi di Amerika yang menangani masalah
kesehatan lingkungan menemukan zat kimia beracun dari 815 sampel yang mereka ambil. Tes yang dilakukan pada tahun 1991 menemukan zat-zat yang terkandung adalah kloroform yang dapat juga ditemui pada pelembut pakaian dan p -diklorobenzena yang telah diketahui bersifat karsinogenik pada produk penyegar ruangan dengan dosis yang tinggi. Menurut Cook (2009) ahli gizi holistik dan naturopati sekaligus penulis buku kesehatan popular mengatakan terdapat 500 lebih bahan kimia berbahaya yang menjadi bahan dasar pembuatan wewangian di parfum. Kebanyakan berasal dari bahan kimia sintetis yang diperoleh dari bahan petrokimia, dan telah terbukti mengandung neurotoxin (racun yang bisa merusak pembuluh darah atau syaraf otak). Dan terdapat juga kandungan karsinogenik (bahan yang dianggap sebagai penyebab kanker). Penelitian ini amat mengejutkan, karena hampir semua wanita bahkan pria mengenakan parfum. Siapa sangka banyak bahan kimia yang terkandung dalam parfum atau wewanian lain yang tak kalah berbahaya dibandingkan bahaya asap rokok.
Ada beberapa alasan mengapa konsumen menggunakan parfum. Dari hasil penelitian Borgave & Chaudari (2010), konsumen merasa lebih baik dan merasa lebih percaya diri setelah menggunakan parfum. Hasil penelitian lainnya dari Borgave & Chaudari (2010), adalah konsumen menilai wangi parfum berada di urutan pertama yang dipertimbangkan pada saat akan membeli parfum. Urutan selanjutnya adalah merek, harga, dan kemasan parfum itu sendiri.
Parfum diyakini sebagai salah satu indikator untuk meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Varian aromanya yang semakin beragam, membuat para wanita gemar untuk menjadikannya sebagai koleksi meja rias.
TUJUAN
METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tiga sampel parfum dan aquades. B. Peralatan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gas chromatography- spectrometry massa (GC-MS), thermometer, refraktometer, piknometer, gelas ukur 10mL, pipet ukur 5mL, labu ukur 10mL, dan corong.
C. Prosedur Penetapan Berat Jenis Penetapan berat jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer ukuran 5 ml dalam keadaan bersih, kering, dan kosong dan ditimbang. Kemudian piknometer diisi dengan aquades 5 ml dan ditimbang. Setelah itu piknometer dibersihkan, dikeringkan, dan ditimbang. Piknometer diisi dengan sampel parfum dan ditimbang. Penetapan Indeks Bias
Gambar 4 menunjukkan fragmentasi massa (m/z) sampel parfum A dari puncak 1 pada gambar 3. Fragmentasi massa pada gambar 4 dibandingkan dengan nilai SI (similarity index) pada pustaka instrument kromatografi gas-spektrometri massa. Angka SI yang lebih besar dari 95% dianggap menyerupai fragmentasi puncak 1 pada senyawa A. Sehungga disimpulkan bahwa puncak 1 tersebut adalah methanol. Bila ditemukan nilai SI yang sama dari fragmentasi sebuah puncak maka dipilih fragmentasi senyawa dengan berat molekul terendah sebagai fragmentasi puncak yang dianalisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, selain melakukan analisis secara kimia juga dilakukan analisis secara fisik. Dimana tujuan dari analisis fisik ini untuk mengetahui identitas dari sampel parfum. Analisis fisika meliputi wujud sampel, berat jenis dan indeks bias. Berikut adalah data hasil dari analisis fisika maupun kimia : Tabel 1. Data Analisis Fisika dan Kimia
Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan kromatografi gas dilakukan dengan cara sampel parfum diinjeksikan kedalam ruang injeksi yang telah dipanaskan. Sampel kemudian dibawa oleh gas pembawa melalui kolom untuk dipisahkan. Didalam kolom fase diam akan menahan komponen-komponen secara selektif berdasarkan koefisien distribusinya dan akan dialirkan ke detektor yang memberi sinyal untuk kemudian dapat diamati pada sistem pembaca. Identifikasi sampel parfum dengan menggunakan spektrometri massa dengan data spektra massa standar yang tersimpan dalam kepustakaan instrument kromatografi gas-spektroskopi massa. Perbandingan dilakukan dengan melihat nilai SI atau indeks spektra senyawa yang ada pada komputer. Semakin tinggi nilai SI, maka senyawa itu akan semakin mirip dengan senyawa yang dianalisis. Sehingga dapat ditampilkan bahwa sampel tersebut sama
dengan senyawa yang memiliki SI tertinggi dalam data komputer yang diberikan komputer. Dengan metode ini, maka alat kromatografi gas-spektrometer massa dapat digunakan untuk menentukan nama senyawa tanpa memerlukan senyawa standar yang digunakan dalam metode spiking pada kromatografi gas (Hapsari, 2008). Adapun profil kromatogram dari setiap sampel dapat dilihat pada gambar :
Gambar 1. Hasil Kromatogram Sampel Parfum Dari data kromatogram di atas dapat diartikan bahwa komposisi parfum dapat
kita kelompokkan menjadi tiga. Apabila dihubungkan dengan data hasil spektrometri massanya senyawa tersebut terdiri dari pelarut, zat pengikat, dan zat wangi. Analisis komposisi kimia dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pelarut
Gambar 2. Hasil Spektrometri Massa Etanol
Gambar 3. Struktur Etanol Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) etanol adalah senyawa yang mudah terbakar, jika terjadi kontak langsung dengan mata dapat menyebabkan iritasi, mata kemerahan, nyeri, kornea, peradangan, dan kerusakan kornea. Selain itu, bahaya untuk kulit jika dalam waktu pendek maupun panjang dapat menyebabkan kulit kemerahan, gatal, peradangan. Bahkan jika digunakan berulang-ulang dapat menyebabkan reaksi alergi kulit pada sebagian kecil individu atau manusia. Berkaitan dengan karsinogen atau bahan yang dianggap sebagai penyebab kanker, mengkonsumsi alkohol dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya kanker, tumor ganas rongga mulut, faring, laring, esophagus dan hati. Berikut adalah batas paparan dari etanol : Tabel 2. Batas Paparan Etanol Departemen/Lembaga Batas Paparan US (OSHA) 1900 mg/m^3 US (ACGIH) 1900 mg/m^3
Parfum B
Parfum
Parfum A
a) 1,2-Butanediol
Gambar 6. Hasil Spektrometri Massa 1,2- Butanediol
Gambar 7. Struktur 1,2-Butanediol Senyawa 1,2-butanediol memiliki rumus molekul C 4 H 10 O 2
b) 3-etoksi-1-propanol
dengan berat molekul 90 gram/mol. Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) senyawa ini dapat memberikan potensi bahaya seperti iritasi mata, dapat menyebabkan cedera kornea, dapat menyebabkan iritasi kulit. Jika dikonsumsi dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan ginjal, dan dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat. Selain itu, bahaya jika terhirup dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan, dan efek yang sama dengan bahaya jika dikonsumsi. Bahkan efek yang kronis dapat menyebabkan cedera pada ginjal.
Gambar 8. Hasil Spektrometri Massa 3- etoksi-1-propanol
Gambar 9. Struktur 3-etoksi-1-propanol Senyawa ini memiliki rumus molekulC 5 H 12 O 2
c) Limonena
dengan berat molekul 104 gram/mol. Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) memiliki potensi berbayahaya. Dapat menyebabkan iritasi
pada kulit, dan jika berulang dapat menyebabkan dermatitis yang ditandai dengan kemerahan, pembengkakan. Dapat juga masuk ke aliran darah melalui kulit yang luka atau lecet. Menyebabkan iritasi pada mata. Jika tertelan akan menyebabkan kerusakan pada hati dan ginjal, gangguan saluran pencernaan. Selain itu jika terhirup akan menyebabkan gangguan pada saluran pernafasan.
Gambar 10. Hasil Spektrometri Massa Limonena
Gambar 11. Struktur Limonena Limonena mengambil namanya dari sari lemon. Sebagai kulit lemon, seperti buah jeruk lainnya mengandung sejumlah senyawa yang memberikan kontribusi untuk bau mereka. Limonena memiliki berat jenis 0,84 g/cm^3
d) Dipropilen Glikol
. Hal ini digunakan untuk wewangian, dan dalam dunia kesehatan manfaatnya sangat luas termasuk sebagai kemoprevensi kanker. Dalam material safety data sheet (MSDS) limonena mempunyai potensi yang berbahaya seperti iritasi mata, iritasi kulit. Radang mata ditandai dengan mata kemerahan, berair, dan gatal-gatal. Peradangan kulit ditandai dengan gatal- gatal, dan kulit kemerahan.
Gambar 12. Hasil Spektrometri Massa dipropilen Glikol
Gambar 13. Struktur Dipropilen Glikol Dipropilen glikol merupakan senyawa yang memiliki rumus molekul (CH 3 CHOHCH 2 ) 2 O berwujud cairan kental, sedikit larut dalam air dengan titik didih 233 o
e) 2-(2-Hidroksipropoksi)-1-propanol
C, larut dalam toluene dan dalam air. Fungsi dipropilen glikol dalam parfum adalah sebagai zat fiksatif. Zat fiksatif berfungsi sebagai perekat atau pengawet aroma. Zat fiksatif juga berfungsi sebagai penetral cairan kimia karena di dalam fiksatif terdapat sedikit pH yang berfungsi atau ber-efek tidak menimbulkan iritasi pada kulit namun pada batas paparan tertentu. Berdasarkan data material safety data sheet (MSDS) Dipropilen glikol dapat menyebabkan iritasi mata ringan sementara, kontak yang terlalu lama tidak akan menyebabkan iritasi kulit yang signifikan. Potensi efek kesehatan yang lain adalah sedikit berbahaya jika terjadi kontak kulit, kontak mata, dan tertelan. Berikut adalah batas paparan dari dipropilen glikol : Sifat toksik yang rendah membuat dipropilen glikol menjadi zat aditif yang ideal untuk parfum dan produk perawatan kulit dan rambut.
Gambar 14.Hasil Spektrometri Massa 2- (2-hidroksipropoksi)-1-propanol
Gambar 15. Struktur 2-(2-hidroksipropoksi)- 1-propanol Senyawa ini mempunyai rumus molekul C 6 H 14 O 3
Kota
. Senyawa ini memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau, dan toksisitas rendah. Berdasarkan material safety data sheet (MSDS) menyebutkan bahwa ada gambaran darurat dari senyawa ini. Cairan dan uap yang mudah terbakar dapat menyebabkan kerusakan organ seperti mata dan kulit. Hindari kontak langsung dengan kulit dan pakaian. Dan digunakan dalam keadaan ruangan dengan ventilasi yang memadai. Berikut adalah batas paparan dari senyawa 2-(2-Hidroksipropoksi)-1- propanol : Tabel 4. Batas Paparan 2-(2- hidroksipropoksi)-1-propanol Batas Paparan SUVA (Switzerland, 1/2009)
400 mg/m^3 STEL
200 mg/m^3 TWA MAK-Were Liste (Germany, 7/2009)
400 mg/m^3 PEAK
200 mg/m^3 TWA TRG S900 AGW (Germany, 7/2009)
67 mg/m^3 TWA
536 mg/m^3 PEAK
f) 3,3'-oksibis-2-Butanol
namun dapat menyebabkan luka seperti lecet, terkelupas, atau kulit yang iritasi tidak boleh terkena senyawa ini. Bahaya jika menghirup uap ini dapat menyebabkan mengantuk atau pening, dapat disertai dengan kehilangan refleksi, kurangnya koordinasi, dan vertigo. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa senyawa ini dapat menyebabkan iritasi pernafasan pada beberapa orang. Respon tubuh terhadap iritasi tersebut dapat menyebabkan kerusakan paru-paru lebih lanjut.
KESIMPULAN
Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Dwiarso Rubiyanto S.Si., M.Si dan bapak Tatang Shabur Julianto, S.Si., M.Si yang telah memberikan arahan untuk penelitian ini.
Alla. S, Malosse. C, Cassel. S, Rollia. F, Frerot. B., 2002, Mevalonolactone a Volatile Compound Product, C. R Biol , 325 (9):941- Borgave, S. & Chaudari, J.S., 2010, Adolescents’ Preferences and Attitudes towards Perfumes in India. Journal of Policy and Organizational Management ISSN: 0976–7738 & E-ISSN: 0976–7746, Vol. 1, Issue 2, 2010, PP-01-08. Cook, S.M., 1999, The 4-Week Ultimate Body Detox , Canada Hapsari, S.P., 2008 , Isolasi dan Analisis Komponen Penyusun Minyak Kemangi (Ocimum Citriodorum) dengan Kromatografi Gas-Spektrometri Massa , Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.