Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Materi Penunjang Promosi Kesehatan untuk Midterm, Summaries of Public Health

Ringkasan tentang materi promosi kesehatan di jurusan kesehatan masyarakat

Typology: Summaries

2020/2021

Available from 03/03/2023

khotami-nurfa-ainun-nisa
khotami-nurfa-ainun-nisa 🇮🇩

3 documents

1 / 6

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Materi UTS Promosi Kesehatan
Diabetes Melitus
Diabetes mellitus is a chronic disorder charactaerized by fasting and postprandial
hyperglycemia with plasma glucose levels that are above defined limits during oral glucose
tolerance testing or random blood glucose measurements, as defined by established criteria
(Thomas et al. 2016).. Keterlambatan penanganan pada diabetes melitus dapat mengakibatkan
timbul nya penyakit lain, seperti obesitas, kebutaan, gagal ginjal, hipertensi, penyakit jantung,
dan stroke. Dikarenakan diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh,
maka penyakit ini dikenal sebagai “Mother of Disease”.
Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF), wilayah Asia Tenggara
dimana Indonesia berada menempati peringkat ketiga dengan prevalensi sebesar 11,3%.
Sedangkan Indonesia sendiri menempati peringkat ketujuh di antara sepuluh negara jumlah
penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta. Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia
Tenggara yang masuk ke dalam peringkat tersebut, dengan itu dapat disimpulkan bahwa
Indonesia berkontrubusi besar terhadap kasus diabetes di Asia Tenggara (Kementrian kesehatan
republik indonesia 2020).
Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi dua (RI 2020), sebagai berikut:
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes yang disebabkan karena adanya kerusakan pada sel beta pankreas sehingga
tidak ada produksi insulin pada tubuh, maka dari itu membutuhkan asupan insulin dari
luar tubuh untuk mencerna gula dalam darah.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes yang disebabkan karena kenaikan gula dalam darah akibat penurunan sekresi
insulin oleh kelenjar pankreas.
Diabetes melitus dijuluki sebagai “Silent Killer” karena banyak individu yang tidak
menyadari bahwa dirinya menyandang diabetes melitus, hal tersebut diperkuat dengan data
penelitian yang dilakukan oleh International Diabetes Federation (IDF) yang menjelaskan
pf3
pf4
pf5

Partial preview of the text

Download Materi Penunjang Promosi Kesehatan untuk Midterm and more Summaries Public Health in PDF only on Docsity!

Materi UTS Promosi Kesehatan Diabetes Melitus Diabetes mellitus is a chronic disorder charactaerized by fasting and postprandial hyperglycemia with plasma glucose levels that are above defined limits during oral glucose tolerance testing or random blood glucose measurements, as defined by established criteria (Thomas et al. 2016).. Keterlambatan penanganan pada diabetes melitus dapat mengakibatkan timbul nya penyakit lain, seperti obesitas, kebutaan, gagal ginjal, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke. Dikarenakan diabetes melitus dapat menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh, maka penyakit ini dikenal sebagai “Mother of Disease”. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF), wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia berada menempati peringkat ketiga dengan prevalensi sebesar 11,3%. Sedangkan Indonesia sendiri menempati peringkat ketujuh di antara sepuluh negara jumlah penderita terbanyak, yaitu sebesar 10,7 juta. Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang masuk ke dalam peringkat tersebut, dengan itu dapat disimpulkan bahwa Indonesia berkontrubusi besar terhadap kasus diabetes di Asia Tenggara (Kementrian kesehatan republik indonesia 2020). Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi dua (RI 2020), sebagai berikut:

  1. Diabetes Melitus Tipe 1 Diabetes yang disebabkan karena adanya kerusakan pada sel beta pankreas sehingga tidak ada produksi insulin pada tubuh, maka dari itu membutuhkan asupan insulin dari luar tubuh untuk mencerna gula dalam darah.
  2. Diabetes Melitus Tipe 2 Diabetes yang disebabkan karena kenaikan gula dalam darah akibat penurunan sekresi insulin oleh kelenjar pankreas. Diabetes melitus dijuluki sebagai “Silent Killer” karena banyak individu yang tidak menyadari bahwa dirinya menyandang diabetes melitus, hal tersebut diperkuat dengan data penelitian yang dilakukan oleh International Diabetes Federation (IDF) yang menjelaskan

bahwa ada sekitar 232 juta orang tidak menyadari bahwa dirinya menyandang diabetes melitus. Maka dari itu mengetahui gejala-gejala diabetes melitus sangat penting agar banyak individu mengetahui apakah dirinya menyandang diabetes melitus atau tidak. Ada beberapa gejala diabetes melitus menurut (Kemenkes 2019), sebagai berikut:

  1. Meningkatnya frekuensi buang air kecil
  2. Rasa haus berlebih
  3. Penurunan berat badan
  4. Sering merasa lapar
  5. Terjadi permasalahan pada kulit
  6. Kesemutan atau mati rasa
  7. Pandangan kabur
  8. Ada keterlambatan dalam penyembuhan luka. Diagnosa diabetes melitus dilakukan dengan pengukuran kadar gula darah. Pemeriksaan kadar gula darah yang dianjurkan yaitu pemeriksaan dengan menggunakan bahan plasma darah vena ataupun melalui tes urine. Kriteria diagnosa diabetes melitu meliputi 4 hal, yaitu:
  9. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126mg/dl. Puasa yaitu kondisi dimana tidak ada asupan kalori minimal selama 8 jam
  10. Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram
  11. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200mg/dl dengan keluhan klasik
  12. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandardisasi oleh National Glychohaemoglobin Standardization Program (NGSP). Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria diabetes melitus maka akan dimasukkan ke dalam kelompok prediabetes, yaitu ketika hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam < 140 mg/dl. HbA1c (%) pada penyandang diabetes yaitu ≥6,5%, prediabetes 5,7%-6,4%, sedangkan normalnya yaitu <5,7%. Untuk glukosa darah puasa (mg/dl) bagi penyandang diabetes yaitu ≥126 mg/dl, prediabetes 100-126 mg/dl, dan normal <100 mg/dl. Lalu glukosa plasma 2 jam setelah TTGO (mg/dl) pada penyandang diabetes yaitu ≥200 mg/dl, prediabetes 140-199 mg/dl, dan normalnya adalah <140 mg/dl (Kementrian kesehatan republik indonesia 2020).

mengendalikan penyakit diabetes melitus dengan menggunakan metode retrospektif yang didasarkan pada data rekam medis pasien diabetes melitus di rumah sakit tersebut. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh sebuah data yang menunjukkan bahwa penggunaan terapi terbanyak yaitu terapi antidiabetik kombinasi dengan 2 macam obat sebanyak 56%, sebagian dari obat-obat tersebut adalah insulin rapid-acting, insulin prandial, dan insulin basal. Hal tersebut menunjukkan bahwa kombinasi 2 jenis insulin dapat menurunkan kadar gula darah berlebih. Penelitian tersebut juga berhasil mendapatkan presentase efektivitas terapi antidiabetik tunggal maupun kombinasi pada pasien yang telah menjalani rawat inap di rumah sakit tersebut. Pasien dengan kadar gula darah sewaktu ≤200 mg/dl setelah rawat inap yaitu 63%, dimana sebanyak 27% penderita mencapai target dengan menjalani terapi antidiabetik tunggal, 34% pasien mencapai target dengan terapi kombinasi 2 macam obat antidiabetik, serta sebanyak 6% pasien yang mencapai target terapi antidiabetik kombinasi 3 macam obat. Dilakukan uji efektivitas terapi antidiabetik dengan menggunakan Paired T-test , dan hasil uji nya yaitu pemberian terapi antidiabetik tunggal rata-rata GDS awal 326.31 dan GDS akhir 2.30 dengan selisih sebanyak 324.09, rentang selisih kadar gula darah sebelum dan sesudah menjalani terapi antara 358.885 sampai 289.287. pada pemberian terapi antidiabetik kombinasi 2 macam obat didapatkan rata-rata GDS awal 387.50 dan GDS akhir 190.04 dengan selisih sebanyak 197.46, rentang selisih sebelum dan sesudah menjalani terapi 228.478 sampai 166.448. dan pada pemberian terapi antidiabetik kombinasi 3 macam obat didapatkan rata-rata GDS awal 418.43 dan GDS akhir 204.14 dengan selisih sebanyak 214.29, rentang selisih kadar gula darah pada saat sebelum dan sesudah menjalani terapi yaitu 349.408 sampai 79.164. Terapi antidiabetik dapat dikatakan efektif jika keberhasilannya mencapai kadar gula target, yaitu target kadar gula darah sewaktu (GDS) ≤200 mg/dl ( American Diabetes Association. 2013). Dapat disimpulkan dari data hasil penelitian tersebut efektifitas terapi antidiabetik yang paling tinggi adalah terapi antidiabetik kombinasi 2 macam obat, dengan presentasi sebesar 34% yang dilihat dari kadar gula pasien sesudah menjalani terapi ≤200 mg/dl. Dan dari hasil uji Paired T-test menunjukkan bahwa ada penurunan kadar gula darah yang signifikan setelah mejalani terapi antidiabetik tunggal, kombinasi 2 macam obat, maupun kombinasi 3 macam obat. Maka dapat dikatakan bahwa terapi antidiabetik terbukti efektif untuk mengendalikan kadar gula darah pada penyandang diabetes melitus (Megawati, Agustini, and Krismayanti 2020)

Kementrian Kesehatan (2010) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya diabetes melitus salah satu nya yaitu pola makan yang salah dan aktivitas fisik yang kurang. Hal tersebut disebabkan karena gaya hidup zaman sekarang yang cenderung lebih suka mengonsumsi makanan yang tinggi lemak, gula, mengonsumsi junkfood , makanan kaleng yang dapat meningkatkan kadar gula darah. Aktifitas fisik juga sangat berpengaruh untuk penurunan kadar gula pada tubuh, mengurangi faktor resiko terjadinya kardiovaskuler, serta dapat meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki insulin. Hal ini didukung dengan adanya penelitian Dafriani, Putri, 2017 dengan judul Hubungan Pola Makan dan Aktifitas Fisik Terhadap Kejadian Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. Rasidin Padang, yang membuktikan bahwa pola makan dan aktivitas fisik sangat berpengaruh terhadap diabetes melitus (Putri 2017) Maka dari itu pengaturan pola makan dan latihan fisik sangat perlu dilakukan para penyandang diabetes melitus karena hal tersebut dapat menormalkan kadar gula dalam darah setelah menjalani perawatan terapi antidiabetik. Efektivitas dari penjagaan pola makan dan latihan fisik sudah dibuktikan dalam jurnal Situmeang, Augustianny, dkk. 2019 dengan judul Efektivitas Aktivitas Fisik dan Pola Makan Terhadap Kecepatan Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus, yang membuktikan bahwa aktivitas fisik dan pengaturan pola makan efektif untuk menurukan kadar gula darah pada penyandang diabetes melitus (Situmeang, Sinaga, and Simamora 2019). Referensi Anon. n.d. “Hari Diabetes Sedunia – CHBP UGM.” Retrieved October 4, 2021 (https://chbp.fk.ugm.ac.id/2020/11/17/hari-diabetes-sedunia/). Atlas, I. D. F. Diabetes. 1955. International Diabetes Federation. Vol. 266. Kemenkes. 2019. “Tanda Dan Gejala Diabetes - Direktorat P2PTM.” Www.P2Ptm.Kemkes.Co.Id. Retrieved October 4, 2021 (http://p2ptm.kemkes.go.id/artikel- sehat/tanda-dan-gejala-diabetes). Kementrian kesehatan republik indonesia. 2020. “Tetap Produktif, Cegah Dan Atasi Diabetes