








































Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
The results of an experiment to measure the radiation levels at various locations on the campus of the bandung institute of technology (itb) using two radiation detection devices: pokega and gmc-500+. The study aimed to determine the radiation values at each designated coordinate point and to compare the performance of the two instruments. Detailed data on the count per minute (cpm) and dose rate (μsv/h) measurements obtained from the two devices, as well as a comparison of the results. It also discusses the factors that may influence the radiation levels, such as soil conditions, building heights, and the presence of natural radioactive materials. The findings suggest that the pokega method is more effective for mapping radiation levels compared to the gmc-500+ approach. Valuable insights into the radiation levels in the itb campus and the use of different radiation detection techniques for environmental monitoring.
Typology: Study Guides, Projects, Research
1 / 48
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Radiasi merupakan salah satu cara perambatan energi dari suatu sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau bahan penghantar tertentu. Eksperimen ini berfokus pada pengukuran radiasi di wilayah Institut Teknologi Bandung dengan tujuan menentukan nilai faktor determinasi dari hubungan CPM (cacahan) terhadap laju dosis radiasi, menentukan nilai radiasi dari detektor POKEGA dan GMC pada tiap titik koordinat yang ditentukan, dan menentukan peta radiasi nuklir di lingkungan ITB menggunakan Google Earth Pro. Hasil eksperimen yang dilakukan menunjukkan kesimpulan diperoleh hasil faktor determinasi sebesar 0,9855 dan nilai konversi CPM ke laju dosis sebesar 0,0066. Diperoleh hasil nilai rata-rata CPM POKEGA pada rentang 1,967 hingga 3, dan dengan GMC-500+ pada rentang 19,125 hingga 22,312. Diperoleh hasil nilai rata-rata laju dosis POKEGA pada rentang 0,0387 μSv/h hingga 0,0843 μSv/h dan dengan GMC-500+ pada rentang 0,1219 μSv/h hingga 0,0843 μSv/h Kata Kunci : Radiasi, CPM, POKEGA, GMC i
Radiasi merupakan salah satu cara perambatan energi dari suatu sumber energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau bahan penghantar tertentu. Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil atom yang tidak stabil untuk memancarkan radiasi sehingga menjadi inti yang stabil. Radiasi dapat terjadi secara natural maupun secara antropogenik (buatan). Eksperimen ini berfokus pada radioaktivitas yang terjadi di lingkungan Institut Teknologi Bandung. Tujuan dari eksperimen ini sebagai berikut:
II.1 Radiasi Radiasi adalah emisi Radiasi adalah emisi dan propagasi (perambatan dan propagasi (perambatan) energi melalui n) energi melalui materi atau ruang materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel. Berdasarkan sifatnya, radiasi dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu radiasi pengion dan radiasi non pengion. Bila berinteraksi dengan materi, radiasi pengion dapat menyebabkan ionisasi, sedang radiasi non pengion tidak menyebabkan ionisasi. Yang termasuk dalam kategori radiasi pengion, yang biasa disebut radiasi adalah gelombang elektromagnetik (sinar gamma dan sinar-X ), partikel bermuatan listrik (sinar a, b, dan lain-lain), dan partikel tidak bermuatan listrik (neutron, partikel antara) (Leo, William R. 1987). II.1.1 Radioaktivitas Radioaktivitas berasal dari degradasi atom-atom yang tidak stabil untuk mencapai bentuk yang lebih stabil. Semua materi di sekitar kita terdiri dari atom, masing- masing memiliki inti yang terbuat dari proton dan neutron. Sedangkan jumlah proton (nomor atom) adalah yang menentukan sebuah unsur (contohnya, semua atom karbon memiliki inti yang mengandung enam proton), jumlah neutron dalam atom dari unsur yang diberikan dapat bervariasi. Beberapa kombinasi proton dan neutron menghasilkan inti yang tidak stabil, dengan energi berlebih yang tersimpan di dalamnya. Bentuk-bentuk yang berbeda dari suatu unsur disebut isotop. Isotop dari suatu unsur memiliki jumlah proton yang sama, tetapi jumlah neutron yang berbeda. Isotop dari sebuah unsur yang memiliki kombinasi neutron dan proton yang stabil disebut isotop stabil dan tidak mengalami peluruhan. Isotop yang memiliki kombinasi neutron dan proton yang tidak stabil disebut isotop radioaktif, radionuklida, atau radioisotop. Seiring berjalannya waktu, radioisotop- radioisotop ini secara spontan kehilangan materi nuklir dan energi (proton, neutron, dan/atau elektron) untuk mencapai keadaan yang lebih stabil. Pelepasan radiasi ini diukur sebagai radioaktivitas. (Reichelt et al, 2023)
foton, yang merupakan paket radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi yang bergerak dalam gelombang. sinar gamma tidak memiliki massa dan bisa melakukan perjalanan tanpa batas melalui udara. Lembaran tebal timah atau beberapa meter beton diperlukan untuk menghentikan sinar gamma.(Reichelt et al,
Gambar II.1 Ilustrasi penetrasi sinar radiasi alfa, beta dan, gamma. II.1.3 Sumber Radiasi Zat-zat radioaktif terjadi secara alami di seluruh biosfer, dan kehidupan telah berevolusi di lingkungan radioaktif ini. Tingkat latar belakang alami menyediakan referensi untuk tingkat yang dapat diterima dan penting untuk dipahami sebelum kita mencoba mengukur peningkatan antropogenik. Elemen-elemen radioaktif dapat ditemukan dalam konsentrasi yang berbeda di seluruh dunia sebagai hasil dari proses alami dan buatan. Sampai saat ini, sekitar 3000 radioisotop alami dan buatan telah diidentifikasi. {Reichelt et al, 2023) II.1.3.1 Radioaktivitas Alami Radioisotop dari unsur yang terjadi secara alami terdiri dari Bahan Radioaktif Alami Terjadi Secara Alami dan tersebar luas di lingkungan, terdapat di tanah, pasir, tanah liat, batuan, udara, air, dan jaringan tumbuhan dan hewan. Radioisotop ini mengalami peluruhan radioaktif yang menghasilkan satu atau lebih jenis radiasi. Sinar kosmik dari matahari dan luar angkasa disebut radiasi ionisasi dan secara konstan menyerang Bumi. Sebagian besar zat radioaktif yang terjadi secara alami (terutama radium dan radon) adalah hasil dari peluruhan
uranium dan torium. Mereka dapat dimobilisasi, didistribusikan ulang, dan dikonsentrasikan oleh aktivitas manusia seperti pertambangan dan pembakaran bahan bakar fosil serta pertambangan pupuk. Ketika Bahan Radioaktif Alami Terjadi Secara Alami Dikonsentrasikan, atau potensi paparan telah ditingkatkan, karena aktivitas manusia, mereka disebut Bahan Radioaktif Alami Terjadi Secara Alami yang Ditingkatkan secara Teknologi. II.1.3.2 Radioaktivitas Buatan Dari lebih dari 3000 isotop radioaktif yang diketahui, hanya sekitar 84 yang terjadi secara alami. Sebagian besar isotop radioaktif diproduksi secara artifisial di reaktor dan akselerator untuk tujuan penelitian, pembangkit energi, dan/atau pengobatan medis, atau hasil dari peluruhan radioaktif isotop tersebut. Emisi antropogenik isotop radioaktif menambahkan pada tingkat latar belakang radioaktivitas alami. Banyak penelitian telah mengeksplorasi risiko bagi lingkungan laut dari produksi dan distribusi radioaktivitas antropogenik di seluruh dunia. Studi ini bervariasi tidak hanya dalam lokasi tetapi juga dalam sumber risiko radioaktif. II.2 Detektor Radiasi II.2.1 Detektor Geiger-Mueller Salah satu alat ukur untuk dapat mendeteksi keberadaan radiasi adalah detektor Geiger-Muller. Pada prinsipnya, pendeteksian dan pengukuran radiasi dengan menggunakan alat ukur radiasi memanfaatkan prinsip-prinsip kemampuan interaksi antara radiasi dengan materi. Setiap alat ukur radiasi selalu dilengkapi dengan detektor yang mampu mengenali adanya radiasi. Apabila. Apabila radiasi melewati radiasi melewati bahan suatu detektor, detektor, maka akan terjadi terjadi pemindahan pemindahan energi dari radiasi radiasi yang datang ke bahan detektor. Perpindahan energi ini menimbulkan berbagai jenis tanggapan yang berbeda-beda dari bahan detektor tersebut. Jenis tanggapan yang ditunjukan oleh suatu detektor terhadap radiasi tergantung pada jenis radiasi dan 8 bahan detektor detektor yang digunakan. digunakan. Pendeteksian keberadaan dan atau besarnya
III.1 Metode Eksperimen ini dimulai dengan menentukan wilayah pengukuran radiasi dengan membagi wilayah menjadi 9 grid. Pada tiap grid dilakukan pengukuran data radiasi secara bersamaan menggunakan GMC 500+ dan POKEGA. Dengan mengelilingi tiap grid, data diukur dengan interval 2 menit hingga mendapat sekitar 15 data radiasi terukur. III.2 Hipotesis Hipotesis dari eksperimen ini adalah nilai CPM dan intensitas yang didapatkan pada tiap tiap lokasi akan berbeda-beda akibat adanya perbedaan kondisi tanah, ketinggian lokasi dan bangunan.
IV.1 Hasil Eksperimen IV.1.1 Data Radiasi POKEGA dan GMC-500+ serta Peta Radiasi Diperoleh tabulasi data koordinat, CPM, dan radiasi pada grid 1 hingga 4 dan 6 hingga 9 untuk masing-masing alat yaitu POKEGA dan GMC-500+ yang terlampir pada Tabel 1. hingga Tabel 8. di Lampiran. Berikut adalah nilai rata-rata CPM dan laju dosis menggunakan POKEGA dan GMC-500+. Tabel IV.1 rata-rata CPM dan laju dosis POKEGA dan GMC-500+ Grid Rata-rata CPM Rata-rata Laju Dosis (μSv/h) POKEGA GMC-500+ POKEGA GMC-500+ 1 2,714 19,857 0,0529 0, 2 2,733 20 0,0547 0, 3 2,617 21,067 0,0513 0, 4 3,187 22,312 0,0612 0, 6 2,444 20,556 0,0478 0, 7 1,967 20,067 0,0387 0, 8 4,5 19,125 0,0843 0, 9 2,7 19,8 0,046 0, Selain itu, diperoleh juga peta radiasinya untuk masing-masing alat yaitu POKEGA dan GMC-500+.
Gambar IV.2 Peta radiasi grid 2 menggunakan POKEGA
Gambar IV.3 Peta radiasi grid 3 menggunakan POKEGA
Gambar IV.5 Peta radiasi grid 6 menggunakan POKEGA
Gambar IV.6 Peta radiasi grid 7 menggunakan POKEGA
Gambar IV.8 Peta radiasi grid 9 menggunakan POKEGA
Berikut adalah peta radiasi menggunakan GMC-500+. Gambar IV.9 Peta radiasi grid 1 menggunakan GMC-500+