







Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
tentang makalah persyataran dwonloade materi
Typology: Cheat Sheet
1 / 13
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islamic World View Dosen Pengampu: Elis Nurhasanah., S. Sy., M.Si Disusun oleh:
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Islamic World View. Selain itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Elis Nurhasanah., S. Sy., M. Si, selaku Dosen pengampu mata kuliah Islamic World View. Penulis ucapkan terimakasih juga kepada semua pihak yang telah membantu Penulis menyelesaikan Tugas Makalah ini. Dalam penulisan makalah ini Penulis merasa masih banyak kekurangan baik itu pada meteri, teknis penulisan dan lainnya. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan utuk kesempurnaan makalah ini Tasikmalaya, 21 Oktober 2021 Penyusun Kelompok 7
Syari’ah berasal dari kata syara’a.Kata tersebut menurut ar-Razi dalam bukunya Mukhtar-us Shihab adalah nahaja (menempuh), awdhaha (menjelaskan) dan bayyan-al masalik (menunjukan jalan). Sedangkan menurut Al-Jurjani Syari’ah juga berarti mahzab dan thriqah mustaqim atau jalan yang lurus. Kata Syari’ah secara Bahasa memiliki banyak arti. Menurut Imam al-Qurthubi Syari’ah adalah agama yang ditetapkan Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang terdiri dari berbagai Hukum dan Ketentuan. Hukum ketentuan Allah SWT disebut sebagai Syari’at, karena dinilai memiliki kesamaan dengan sumber air yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup, karena hal tersebut ibn-ul Manzur menyebutkan syari’at artinya sama dengan agama Syari’ah secara harfiah adalah jalan menuju sumber (mata) air yaitu jalan yang lurus yang harus diikuti oleh setiap muslim. Syari’at adalah jalan hidup umat muslim, ketetapan-ketetapan Allah SWT dan ketentuan Rasul-Nya, baik itu sebuah larangan, maupun sebuah suruhan, yang meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia Dari segi sumber hukum Syari’at adalah norma hukum dasar yang ditetapkan oleh Allah SWT, yang wajib diikuti oleh umat muslim berdasar iman yang berkaitan dengan akhlak. Norma hukum dasar hukum dijelaskan lebih rinci lagi oleh Nabi Muhammad SAW, oleh karena itu Syari’at ada dalam Al-quran dan Hadits. B. DEFINISI KONSEP SPIRITUAL Secara Etimologi “spirit’ berasal dari Bahasa latin “spiritus” yang artinya adalah “roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa hidup” Spiritual adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan nilai kehidupan.
Pendapat keempat mengatakan Tasawuf berasal dari kata Shaf, yaitu menggambarkan orang-orang yang selalu ada dibarisan depan dalam beribadah kepada Allah SWT dan dalam melaksanakan kebajikan. Sementara pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf bukan berasal dari Bahasa Arab melainkan dari Bahasa Yunani yaitu Sophia yang artinya hikmah atau filsafat Secara terminologis tasawuf juga didefinsikan secara beragam, dan dari berbagai sudut pandang. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan cara pandang terhadap kau sufi. Ma’ruf al Karkhi mendefinisikan tasawuf ialah “ mengambil hakikat dan meninggalkan yang ada ditangan makhluk”. Abu Bakar Al Kattani mengatakan bahwa tasawuf adalah Budi Pekerti, barang siapa yang memberikan bekal budi pekerti atas mu, berarti ia memberikan bekal bagimu atas dirimu dalam tasawuf. Menurut Abbudin Nata, bahwa walaupun setiap tokoh sufi berbeda pendapat tentang tasawuf pada Intinya Tasawuf adalah upaya melatih niwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah 2.2 Tujuan dan Makna Spiritual dalam Islam A. Tujuan Spiritual Tujuan spiritualisme antara manusia dengan Tuhan yaitu: Peningkatan kualitas iman dan taqwa Penigkatan kualitas ibadah Peningkatan kualiatas akhlak Tercapainya kedamaian haqiqi Keselamatan dunia dan akhirat B. Makna Spiritual dalam Islam Spiritualisme merupakan bentuk karakteristik sistem pemikiran yang meyakini eksistensi realitas immaterial yang tidak dapat diserap oleh indra. Pada dasarnya manusia adalah makhluk spiritual karena selalu terdorong oleh kebutuhan untuk mengajukan pertanyaan mendasar atau pokok.
Spiritualisme menguatkan manusia Ketika mengalami musibah dan mengahadapi masa depan yang belum tentu. Dengan spiritualisme manusia dapat menembus rasa sakit, sengsara, musibah, serta ramalan-ramalan masa depan yang tidak memiliki pengaharapan. Spiritualisme juga mengandung makna rohaniah atau sesuatu yang berkenaan dengan rohani dan batin. Rohani merupakan karunia Allah yang dibrikan kepada manusia yang ada di dalam hati. Hati selalu berkata jujur, suara hati merupaka kunci spiritual karena hati merupakan pancaran sifat-sifat Allah, sifat-sifat Illahi dimasukan kepada jiwa manusia sehingga manusia memiliki keinginan -keinginan dalam hidupnya. 2.3 FUNGSI DAN ASPEK SPIRITUAL DALAM ISLAM
1. Fungsi Spiritual dalam Islam Pada sejarah islam terdapat Khazanah Spiritualisme yang berharga, yaitu Sufisme, yang berkembang mengikuti dialektika zaman sejak Nabi Muhammad SAW diutus sampai sekarang. Pada zaman islam klasik Tasawuf merupakan kepentingan individual. Pada zaman pertengahan, berubah menjadi tarekat. Spiritualisme pada generasi pertama islam berfungsi untuk mendorong hidup lebih seimbang, bagi masyarakat terbelakang. Peran spiritualisme dalam masa yang akan datang menjadikan islam tidak hanya sekedar Ethical religion dimana Islam lebih berfungsi sebagai ajaran etika mendampingi proses modernisasi dan sekularisasi. Tidak hanya itu, islam juga memiliki kecenderungan sebagai civil religion yang diamalkan dan dihayati, dimana menjadi reaksi terhadap cepatnya perubahan masyarakat akibat kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. 2. Aspek Spiritual dalam Islam Kebutuhan spiritual merupakan bentuk harmonisasi dalam dimensi kehidupan. Maksud dimensi disini adalah menemukan arti, tujuan, menderita, kematian. Kebutuhan yang dimaksud disini adalah kebutuhan akan harapan dan keyakinan hidup dan kebutuhan akan keyakinan terhadap diri sendiri, dan Allah SWT.
Jiwa yang dimaksud ayat diatas adalah “wahai jiwa yang telah mencapai ketentraman” (Ayat 27). Yang telah menyerah penuh dan bertawakal kepada Tuhannya: Telah tenang karena telah mencapai yakin terhadap Tuhan. Penjelasan ayat 28 “kembalilah kepada Tuhanmu dengan rela dan diridhai” dimana maksudnya setelah payah dalam perjuangan hidup di dunia yang fana, sekarang pulanglah Kembali kepada Tuhanmu, dengan perasaan sangat lega karena ridha dan Tuhan pun ridha, karena telah menyaksikan sendiri kepatuhanmu kepadanya dan tak pernah mengeluh. Penjelasan ayat 29 “masuklah kedalam golongan hamnba-hambaku” disana telah menunggu hamba-hamba-Ku yang lain yang taraf perjuangan hidup nya sama dengan mu, Bersama-sama ditempat yang tinggi dan mulia, Bersama para Nabi dan Rasul, para shadiqin dan syuhada Ayat 30 “dan masuklah kedalam surgaku”. Disitulah kamu berleps menerima nikmat yang tidak akan pernah putus-putus daripada Tuhan. Manusia pada dasarnya memili ruh dalam arti nyawa, namun faktanya dalam tubuh manusia tidak ada dua unsur pembentuk yang menarik manusia kepada dua kecenderungan yang berbeda. Yakni unsur jasad menarik kecenderungan pada Duniawi dan unsur jiwa/ruh kecenderungan menarik pada kepentingan ukhrowi (moral dan ritual). Nyatanya kecenderungan perbuatan manusia dipengaruhi oleh kebutuhan fisik dan Naluriah. Nilai-nilai spiritual dalam islam tidak dapat diukur dengan tingkat keativan seseorang dalam menjalankan ibadah atau melakukan kegiatan agama lainnya. Hal tersebut merupakan bagian kecil dari spiritual sesungguhnya. Karena spiritual dalam islam melibatkan seluruh dimensi dalam diri manusia, yaitu hati, akal, dan fikiran. Sehingga manusia dalam kehidupannya dapat melepaskan diri dari hal-hal yang menyangkut humanisme dan berpijak terhadap nilai-nilai ilahiah (segala sesuatu yang datangnya dari Allah). Penafian humanisme dalam kehidupan bukan berarti tidak dapat mengembangkan berbagai potensi yang sudah diberikan oleh sang Pencipta. Aspek ini lebih kedalam, bagaimana manusia lebih dapat menjalankan nilai-nilai ilahiah sebagai subjek (realitas universal). Sehingga tidak ada lagi muncul subjektifitas dari manusia baik dalam aspek ibadah maupun sosial. Nilai spiritual bisa didapat apabila seorang muslim sudah memiliki cara pandang yang benar, rujukan
yang benar, dan metode yang benar dalam menjalankan syari'at agamaagama, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammadiyah SAW. Nabi Muhammad SAW dalam menjalankan tugasnya sebagai nabi dan rasul ditugaskan untuk menegakan suatu realitas manusia yang sesungguhnya, dimana pada saat realitas itu terjadi, manusia akan menemukan eksistensi yang sebenarnya. Perjuangan tersebut tentunya tidak hanya dihadapkan pada perjuangan fisik, tetapi juga perjuangan mengubah suatu keyakinan atau kepercayaan, cara pandang, paradigma masyarakat quraisy tentang tuhan dan aspek bersifat lainnya. Hal tersebut merupakan konsep spiritual dalam islam yang sesungguhnya. Dimana seluruh potensi yang ada pada diri dioptimalkan untuk membangun suatu realitas yang sesuai dengan kehendak sang pencipta. Spiritualitas dalam islam adalah spiritualitas yang menyatu dengan dinamika kehidupan manusia dalam kesehariannya. Kerohanian dalam Islam bukanlah dimensi yang bersebrangan dengan kehidupan dunia, bahkan ruh yang kenyataannya ialah kesadaran hubungan antara seorang muslim dengan Allah harus dibawa kemanapun seorang muslim itu pergi, dalam kondisi apapun, dan dlam menjalani aktivitas serta urusan apapun. Hal tersebutlah arti sejati dzikrullah (mengingat Allah), yakni sadar bahwa selalu diawasi oleh Allah dimanapun dan kapanpun sehingga mendorong seorang muslim untuk selalu hidup dengn syari’at islam tanpa lepas sedikitpun. Demikian cara orang-orang beriman untuk mentransendensasikan seluruh aktivitas di dunia dan mematuhi Allah SWT dalam setiap urusan yang dikerjakan
Agustiawan, M. N. (2020). Spiritualisme Dalam Islam. 110-Aricle Text , 91-103. Ali, M. (2011). Hukum Islam, pengantar Ilmu Hukum dan Taat Hukum. Jakarta: PT. Rajagarfindo. Hafiun, M. (2012). Teori Asal Usul Tasawuf. Jurnal Dakwah , 242-244. Nurhayati. (2018). Memahami Konsep Syari'ah, Fikih, Hukum dan Ushul Fikih. Jurnal Hukum Ekonomi Syariah , 3-4.