Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Laporan Praktikum Fisika Dasar M4, Lecture notes of Physics

Berisi Laporan Praktikum Fisika Dasar M4

Typology: Lecture notes

2020/2021

Available from 02/27/2023

ahmmad-azamuddiin
ahmmad-azamuddiin 🇮🇩

3 documents

1 / 7

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Laporan Praktikum “Fisika Dasar
Modul M4 Resonansi
Ahmmad Azamuddiin/21513075
Asisten: Ari Adrianto
Tanggal praktikum: 26 Oktober 2021
Teknik LingkunganTeknik Sipil Dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia
Abstrak Resonansi adalah peristiwa mengikuti bergetarnya
suatu benda karena adanya benda lain, pada saat bergetar dan
memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan bulat
dari frekuensi itu. Metode praktikum ini adalah mengatur
frekuensi bunyi yang dikeluarkan oleh sumber dari suara lalu
memperhatikan jarak yang telah terbentuk pada tabung
resonansi ketika terdapat bunyi yang paling nyaring.
Sedangkan bunyi adalah suatu golongan lungtudional yang
merambat dengan cara perapatan dan perenggangan yang
terbentuk dari partikel zat perantara serta dapat ditimbulkan
oleh bunyi yang mengalami getaran.
Kata kumciResonansi; Frekuensi; Gelombang Bunyi
I. PENDAHULUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami
gejala resonansi dan gelombang bunyi, memahami kerja
tabung resonansi, serta guna menentukan kecepatan bunyi di
udara.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berhadapan
dengan fenomena bunyi. Misalnyaa saat bermain gitar,
terompet, dawai, atau saat sedang menonton konser. Bunyi
bisa juga dalam bentuk yang lain, seperti ledakkan dan petir.
Bunyi berasal dari sumber bunyi yang digetarkan oleh tenaga
atau energi, kemudian getaran tersebut diantarkan oleh
penghantar atau dipancarkan keluar dan barulah kita bisa
mendengarkan bunyi tersebut.[1]
Bunyi memiliki kecepatan di udara sehingga bisa sampai
di telinga kita hanya dalam sepersekian detik saja. Namun,
kecepatan bunyi di udara dipengaruhi oleh beberapa factor
tergantung dengan medium yang dilewatinya. Semakin
tinggi tingkat kerapatan partikel dari medium yang dilaui,
maka semakin cepat bunyi merambat didalamnya. Medium
dalam bentuk cairan lebih cepat dari pada medium dalam
bentuk gas, missal bunyi lebih cepat melalui air dari pada
udara. Selain itu suhu medium juga sangat mempengaruhi,
semakin panas suhu medium yang dilalui maka semakin
cepat bunyi merambat, dan sebaliknya. penjelasan diatas lah
yang menjadi latar belakang dari percobaan resonansi
dengan menggunakan tabung resonansi ini.
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda
akibat getaran benda lain, dimana frekuensi benda yang
bergetar sama dengan sumber yang menggetarkannya.
Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang dapat
merambat melalui berbagai medium, baik gas, cair, maupun
padat. Gelombang bunyi dihasilkan oleh benda bergetar
sehingga menyebabkan gangguan kerapatan pada medium.
Gangguan kerapatan pada medium berlangsung melalui
interaksi molekul-molekul medium disepanjang arah
perambatan gelombang. Adapun Molekul hanya bergetar
kedepan dan kebelakang disekitar posisi kesetimbangan.
Semakin besar panjang ruang pada tabung, maka akan
semakin besar frekuensi bunyi yang akan dihasilkan, begitu
sebaliknya, semakin kecil panjang ruang pada tabung, maka
frekuensi yang dihasilkan akan semakin kecil.[2]
Pada percobaan ini, bila sumber bunyi dirambatkan
dalam tabung yang berisi udara, maka akan menyebabkan
terjadinya superposisi antara gelombang yang datang dengan
gelombang yang dipantulkan oleh dasar tabung itu sendiri,
dan terjadilah resonansi gelombang. Gelombang yang terjadi
adalah gelombang longitudinal diam (stasioner), yaitu
gelombang yang arah getarannya berhimpit dengan arah
rambatannya yang dimana arah rambatannya saling
berlawanan dan amplitude serta memiliki amplitude yang
berubah di setiap titik yang dilalui gelombang. Resonansi
terjadi bila frekuensi nada dasar dari kolom udara dalam
tabung resonansi sama dengan frekuensi sumber bunyi. Saat
yang beresonansi nada dasar maka terdapat satu simpul dan
satu perut, saat yang beresonansi nada atas pertama maka
terdapat dua simpul dan dua perut, dan berlaku untuk
seterusnya. Rumus yang berlaku adalah :
Ln + k =(2𝑛−1)
4 λ
Dimana L adalah panjang kolom udara (m), n adalah
nada ke-n (n=1,2,3,4,…) dan k adalah jarak dari mulut
tabung yaitu sekitar 0,3 kali diameter tabung, serta λ adalah
panjang gelombang (m). Apabila k disubtitusikan kedalam
rumus tersebut maka diperoleh persamaan panjang
gelombang yaitu :
λ = 2(Ln − Lx)
Dimana Lx = n 1. Sehingga dapat diperoleh rumus
kecepatan bunyi di udara adalah :
Vt = λ. F
Dimana F adalah frekuensi sumber bunyi dan Vt
adalah kecepatan bunyi di udara pada suhu percobaan.
Sedangkan pada suhu 0°C dapat menggunakan rumus :
Vo = Vt273
1+𝑡
Dimana t sama dengan suhu ruang pada saat
percobaan.
pf3
pf4
pf5

Partial preview of the text

Download Laporan Praktikum Fisika Dasar M4 and more Lecture notes Physics in PDF only on Docsity!

Laporan Praktikum “Fisika Dasar”

Modul M4 – Resonansi

Ahmmad Azamuddiin/ 21513075

Asisten: Ari Adrianto

Tanggal praktikum: 26 Oktober 2021

Teknik Lingkungan–Teknik Sipil Dan Perencanaan

Universitas Islam Indonesia

Abstrak — Resonansi adalah peristiwa mengikuti bergetarnya

suatu benda karena adanya benda lain, pada saat bergetar dan

memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan bulat

dari frekuensi itu. Metode praktikum ini adalah mengatur

frekuensi bunyi yang dikeluarkan oleh sumber dari suara lalu

memperhatikan jarak yang telah terbentuk pada tabung

resonansi ketika terdapat bunyi yang paling nyaring.

Sedangkan bunyi adalah suatu golongan lungtudional yang

merambat dengan cara perapatan dan perenggangan yang

terbentuk dari partikel zat perantara serta dapat ditimbulkan

oleh bunyi yang mengalami getaran.

Kata kumci—Resonansi; Frekuensi; Gelombang Bunyi

I. PENDAHULUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami

gejala resonansi dan gelombang bunyi, memahami kerja

tabung resonansi, serta guna menentukan kecepatan bunyi di

udara.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering berhadapan

dengan fenomena bunyi. Misalnyaa saat bermain gitar,

terompet, dawai, atau saat sedang menonton konser. Bunyi

bisa juga dalam bentuk yang lain, seperti ledakkan dan petir.

Bunyi berasal dari sumber bunyi yang digetarkan oleh tenaga

atau energi, kemudian getaran tersebut diantarkan oleh

penghantar atau dipancarkan keluar dan barulah kita bisa

mendengarkan bunyi tersebut.[1]

Bunyi memiliki kecepatan di udara sehingga bisa sampai

di telinga kita hanya dalam sepersekian detik saja. Namun,

kecepatan bunyi di udara dipengaruhi oleh beberapa factor

tergantung dengan medium yang dilewatinya. Semakin

tinggi tingkat kerapatan partikel dari medium yang dilaui,

maka semakin cepat bunyi merambat didalamnya. Medium

dalam bentuk cairan lebih cepat dari pada medium dalam

bentuk gas, missal bunyi lebih cepat melalui air dari pada

udara. Selain itu suhu medium juga sangat mempengaruhi,

semakin panas suhu medium yang dilalui maka semakin

cepat bunyi merambat, dan sebaliknya. penjelasan diatas lah

yang menjadi latar belakang dari percobaan resonansi

dengan menggunakan tabung resonansi ini.

Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda

akibat getaran benda lain, dimana frekuensi benda yang

bergetar sama dengan sumber yang menggetarkannya.

Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang dapat

merambat melalui berbagai medium, baik gas, cair, maupun

padat. Gelombang bunyi dihasilkan oleh benda bergetar

sehingga menyebabkan gangguan kerapatan pada medium.

Gangguan kerapatan pada medium berlangsung melalui

interaksi molekul-molekul medium disepanjang arah

perambatan gelombang. Adapun Molekul hanya bergetar

kedepan dan kebelakang disekitar posisi kesetimbangan.

Semakin besar panjang ruang pada tabung, maka akan

semakin besar frekuensi bunyi yang akan dihasilkan, begitu

sebaliknya, semakin kecil panjang ruang pada tabung, maka

frekuensi yang dihasilkan akan semakin kecil.[2]

Pada percobaan ini, bila sumber bunyi dirambatkan

dalam tabung yang berisi udara, maka akan menyebabkan

terjadinya superposisi antara gelombang yang datang dengan

gelombang yang dipantulkan oleh dasar tabung itu sendiri,

dan terjadilah resonansi gelombang. Gelombang yang terjadi

adalah gelombang longitudinal diam (stasioner), yaitu

gelombang yang arah getarannya berhimpit dengan arah

rambatannya yang dimana arah rambatannya saling

berlawanan dan amplitude serta memiliki amplitude yang

berubah di setiap titik yang dilalui gelombang. Resonansi

terjadi bila frekuensi nada dasar dari kolom udara dalam

tabung resonansi sama dengan frekuensi sumber bunyi. Saat

yang beresonansi nada dasar maka terdapat satu simpul dan

satu perut, saat yang beresonansi nada atas pertama maka

terdapat dua simpul dan dua perut, dan berlaku untuk

seterusnya. Rumus yang berlaku adalah :

Ln + k =

( 2 𝑛− 1 )

4

λ

Dimana L adalah panjang kolom udara (m), n adalah

nada ke-n (n=1,2,3,4,…) dan k adalah jarak dari mulut

tabung yaitu sekitar 0,3 kali diameter tabung, serta λ adalah

panjang gelombang (m). Apabila k disubtitusikan kedalam

rumus tersebut maka diperoleh persamaan panjang

gelombang yaitu :

λ = 2(Ln − Lx)

Dimana Lx = n – 1. Sehingga dapat diperoleh rumus

kecepatan bunyi di udara adalah :

Vt = λ. F

Dimana F adalah frekuensi sumber bunyi dan Vt

adalah kecepatan bunyi di udara pada suhu percobaan.

Sedangkan pada suhu 0°C dapat menggunakan rumus :

Vo = Vt√

273

1 +𝑡

Dimana t sama dengan suhu ruang pada saat

percobaan.

Alasan percobaan ini cukup penting untuk dijadikan

jurnal adalah karena pada kehidupan sehari-hari kita sering

mendengar bunyi, namun banyak pertanyaan seputar bunyi

yang membuat kita penasaran seperti bentuknya, bagaimana

proses terjadinya, kenapa bisa ada bunyi, dan lain

sebagainya. Oleh karena itu, percobaan ini bermanfaat untuk

menambah wawasan praktikan tentang resonansi bunyi dan

menjawab berbagai pertanyaan yang bersangkutan. Selain

itu, praktikan lebih mudah memahami tentang percobaan ini

karena bersangkutan dengan kehidupan sehari-hari. Manfaat

lain dari percobaan ini adalah guna menjadi referensi dan

landasan teori dalam percobaan lain.

II. METODE PRAKTIKUM

Alat dan bahan :

Gambar 1. Soundlevel Meter (gavshop.co.uk)

Gambar 2. Osiloskop (sge.com)

Gambar 3. Tabung Resonansi (sfscientific.com)

Gambar 4. Function Generator (res.cloudinary.com)

Langkah Percobaan :

Menghubungkan mic pada tabung

resonansi dengan sound level meter

Menyambungkan speaker dengan

tabung resonansi dengan function

generator

Mengukur dan mencatat suhu

ruang pada saat percobaan

Menyiapkan alat dan bahan

percobaan

20,8 cm 0,125 0,015 7

∑= 82,7 cm ∑=0,

∑𝐿 2

̅̅̅̅

𝑛

17 , 9

4

= 20,675 cm

|∑(𝐿 2 −𝐿 2

̅̅̅̅ )|

2

𝑛− 1

0 , 027 cm

2

4 − 1

= 0 , 015 cm

= ( 20 , 675 ± 0 , 015 ) cm

L3(cm)

𝛿L3 | 𝛿L

|

2

38,4 cm 0,425 0,180 7

38,8 cm 0,825 0,680 7

37,2 cm - 0,775 0,600 7

37,5 cm - 0,475 0,225 7

∑= 151,9 cm ∑=1,6 9

∑𝐿 3

̅̅̅̅

𝑛

151 , 9

4

= 37,975 cm

|∑(𝐿 3 −𝐿 3

̅̅̅̅ )|

2

𝑛− 1

1 , 69 cm

2

4 − 1

= 0 , 975 cm

= (1,69 ± 0 , 975 ) cm

L4(cm)

𝛿L4 | 𝛿L

|

2

∑= 206 cm ∑= 1,

∑𝐿 4

̅̅̅̅

𝑛

206

4

= 51,5 cm

|∑(𝐿 4 −𝐿 4

̅̅̅̅ )|

2

𝑛− 1

1 , 7 cm

2

4 − 1

= 0 , 981 cm

= (1,7 ± 0 , 981 ) cm

Untuk F= 2 000 Hz

L1(cm)

𝛿L1 |𝛿L1|

2

∑= 23 cm ∑= 0,

∑𝐿 1

̅̅̅̅

𝑛

23

4

= 5,75 cm

|∑(𝐿 1 −𝐿 1

̅̅̅̅ )|

2

𝑛− 1

0 , 01 cm

2

4 − 1

= 0 , 005 cm

= ( 5 , 75 ± 0 , 005 ) cm

L2(cm)

𝛿L2 | 𝛿L

|

2

∑= 53,8 cm ∑= 3,

∑𝐿 2

̅̅̅̅

𝑛

53 , 8

4

= 13,45 cm

|∑(𝐿 2 −𝐿 2

̅̅̅̅ )|

2

𝑛− 1

3 , 098 cm

2

4 − 1

= 1, 789 cm

= (13,45 ± 1 , 789 ) cm

L3(cm)

𝛿L3 | 𝛿L

|

2

∑= 81,9 cm ∑=2,

∑𝐿 3

̅̅̅̅

𝑛

81 , 9

4

= 22,275 cm

|∑(𝐿 3 −𝐿 3

̅̅̅̅ )|

2

𝑛− 1

2 , 247 cm

2

4 − 1

= 1,29 8 cm

= ( 22 , 275 ± 1 , 298 ) cm

L4(cm)

𝛿L4 | 𝛿L

|

2

∑= 125,1 cm ∑= 1,

∑𝐿 4

̅̅̅̅

𝑛

125 , 1

4

= 31,275 cm

|∑(𝐿 4 −𝐿 4

̅̅̅̅ )|

2

𝑛− 1

1 , 7 cm

2

4 − 1

= 0 , 981 cm

= (1,7 ± 0 , 981 ) cm

Untuk F= 3 000 Hz

L1(cm)

𝛿L1 |𝛿L1|

2

∑= 28 cm ∑=0,

∑𝐿 1

̅̅̅̅

𝑛

28

4

= 7 cm

|∑(𝐿 1 −𝐿 1

̅̅̅̅ )|

2

𝑛− 1

0 , 2 cm

2

4 − 1

= 0 , 115 cm

= ( 7 ± 0 , 115 ) cm

L2(cm)

𝛿L2 | 𝛿L

|

2

∑=57,7 cm ∑=1,

∑𝐿 2

̅̅̅̅

𝑛

57 , 7

4

= 14,425 cm

| ∑(𝐿 2 −𝐿 2

̅̅̅̅ )

|

2

𝑛− 1

1 , 4965 cm

2

4 − 1

= 0 , 865 cm

= ( 14 , 425 ± 0 , 865 ) cm

L3(cm)

𝛿L3 |𝛿L3|

2

∑= 70,9 cm ∑= 3 , 025

∑𝐿 3

̅̅̅̅

𝑛

70 , 9

4

= 1 7, 725 cm

|∑(𝐿 3 −𝐿 3

̅̅̅̅ )|

2

𝑛− 1

3 , 025 cm

2

4 − 1

= 1 , 747 cm

= ( 17 , 725 ± 1 , 747 ) cm

L4(cm)

𝛿L4 |𝛿L4|

2

∑= 94 cm ∑= 5 , 051

∑𝐿 4

̅̅̅̅

𝑛

94

4

= 23,5 cm

|∑(𝐿 4 −𝐿 4

̅̅̅̅ )|

2

𝑛− 1

5 , 051 cm

2

4 − 1

= 2 , 91 cm

= ( 23 , 5 ± 2 , 91 ) cm

2. Menentukan Nilai Rerata Panjang Gelombang dan

Ketidakpastiannya

Untuk F= 1 000 Hz

) = 2(20,675-4,475) =32,4 cm= 0,32 m

) = 2(37,975-20,675)=34,6 cm=0,34 m

) = 2(51,5-37,975)=27,05 cm=0,2 7 m

2

∑= 0,93m ∑=0,

∑𝜆

̅

𝑛

0 , 93

3

= 0,31 m

|∑(𝜆−𝜆

̅ )|

2

𝑛− 1

0 , 0026

2

3 − 1

= 0,0019 m

= ( 31 ± 0 , 19 ) x 10

  • 2

m

Untuk F= 2 000 Hz

) = 2(13,45-5,75)=15,4 cm=0,15 m

) = 2(22,275-13,45)=17,65 cm=0,18 m

) = 2(31,275-22,275)=18 cm= 0,18 cm

2

∑= 0,51 m ∑=0,

∑𝜆

̅

𝑛

0 , 51

3

= 0,17 m

|∑(𝜆−𝜆

̅

)|

2

𝑛− 1

0 , 0006

2

3 − 1

=0,0004 m

= ( 17 ± 0 , 04 ) x 10

  • 2

m

Untuk F= 3 000 Hz

) = 2(14,425-7)=14,85=0,14 m

) =2(17, 725 - 14,425)= 6,6 cm=0,07 m

) =2(23,5 - 1 7, 725 )= 11,55 cm=0,11 m

2

∑= 0,32 m ∑=0,

∑𝜆

̅

𝑛

0 , 32

3

= 0,106 m

|∑(𝜆−𝜆

̅

)|

2

𝑛− 1

0 , 002468

2

3 − 1

= 0,0018 m

= (10,6 ± 0 , 18 ) x 10

  • 2

m

3. Menghitung Kecepatan Bunyi di Udara

A. Frekuensi 1000 Hz

  1. Vt = 𝜆. 𝑓 = 0,31 x 1000= 310 m/s

2

2

2

− 2

2

= 1,9 m/s

Jadi Vt ± ∆𝑉𝑡 = ( 310 ± 1,9) m/s

  1. Vo = Vt√

273

1 +𝑡

273

1 + 301 𝐾

= 294,74 m/s

273

1 +𝑡

2

2

273

1 + 301

2

2

= 1,71 m/s

Jadi Vo ± ∆𝑉𝑜 = (294,74 ± 1,71) m/s

B. Frekuensi 2000 Hz

  1. Vt = 𝜆. 𝑓 = 0,17 x 2 000= 34 0 m/s

2

2

2

| 0 , 0004

2

= 0, 8 m/s

Jadi Vt ± ∆𝑉𝑡 = ( 340 ± 0,8) m/s

  1. Vo = Vt√

273

1 +𝑡

273

1 + 301

= 323 , 27 m/s

273

1 +𝑡

2

2

273

1 + 301

2

2

= 0,72 m/s

Jadi Vo ± ∆𝑉𝑜 = (323,27 ± 0,72) m/s

C. Frekuensi 3000 Hz

  1. Vt = 𝜆. 𝑓 = 0,106 x 3 000 = 318 m/s

2

2

2

2

= 5,4 m/s

Jadi Vt ± ∆𝑉𝑡 = ( 318 ± 5,4) m/s

  1. Vo = Vt√

273

1 +𝑡

273

1 + 301

= 302,34 m/s

273

1 +𝑡

2

2

273

1 + 301

2

2

= 4,89 m/s

Jadi Vo ± ∆𝑉𝑜 = (302,34 ± 4,89) m/s

gelombang pada percobaan ini berkesinambungan dengan

nilai panjang kolom udara yang diperoleh pada perhitungan

sebelumnya. Sehingga jika panjang kolom udara bernilai

kecil maka panjang gelombangnya juga memiliki nilai yang

kecil. Dalam perhitungan yang sudah praktikan lakukan

maka diperoleh data nilai rerata panjang kolom udara. Untuk

frekuensi 1000 Hz diperoleh nilai 𝐿 1

sebesar 4,475 cm, 𝐿 2

sebesar 20,675 cm, 𝐿 3

sebesar 37,975 cm, dan 𝐿 4

sebesar

51,5 cm. Untuk frekuensi 2000 Hz diperoleh nilai 𝐿 1

sebesar

5 ,75 cm, 𝐿 2

sebesar 13, 45 cm, 𝐿 3

sebesar 22, 275 cm, dan

sebesar 31,275 cm. Untuk frekuensi 3000 Hz diperoleh

nilai 𝐿 1

sebesar 7 cm, 𝐿 2

sebesar 14, 425 cm, 𝐿 3

sebesar

17 ,7 25 cm, dan 𝐿 4

sebesar 23,5 cm. Sehingga grafik

hubungan antara n dan Ln adalah naik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Rosianah. 2014. Laporan Praktikum Fisika Dasar 2

Resonansi Bunyi. Cirebon.

[2] Alunso, Marcello.1980. Dasar-Dasar Fisika

Universitas. Jakarta:Erlangga

[3] Oktafinawan, Zulfikar Anshari. 2015. Jurnal Praktikum

Resonansi Gelombang Bunyi. Bandung.