































Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
File ini berisi tentang teori, analisis dan perhitungan momen dan putaran sudut pada beton bertulang saat kondisi crack, yield, dan ultimate serta perhitungan gaya geser nominal dan ultimate.
Typology: Lab Reports
1 / 39
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Oleh: Nama: Veronica NIM: 325 190065
i
iii
iv
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Beton Bertulang ini dengan tepat waktu. Adapun laporan praktikum ini disusun sebagai bagian dari tugas mata kuliah Struktur Beton Bertulang. Dalam penyusunan laporan ini, tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan praktikum ini, diantaranya:
4.3. Analisis Momen Nominal, Momen Ultimate, dan Putaran Sudut Ultimate
ix
Tabel 2.1 Nilai β 1 untuk Distribusi Tegangan Beton Rektangular (American Concrete Institute, 2015) ....................................................................................... 11 Tabel 2.2 Faktor Modifikasi λ (American Concrete Institute, 2015) ................... 15 Tabel 2.3 Faktor Reduksi Tegangan φ (American Concrete Institute, 2015) ...... 17 Tabel 4.1 Perbandingan Besar Gaya (P) antara Teori dengan Hasil Percobaan .. 24 Tabel 4.2 Tabel Momen vs Putaran Sudut ........................................................... 25
x
a = Tinggi distribusi tegangan persegi dari muka balok tekan bentang geser, m As = Luas tulangan tarik, m^2 A’s = Luas tulangan tekan, m^2 b = Lebar penampang, m c = Jarak serat tekan ekstrim ke sumbu netral, m C = Gaya tekan, kN Cc = Gaya tekan dalam beton dengan tidak adanya tulangan tekan, kN Cs = Tambahan gaya tekan akibat tulangan tekan, kN D = Diameter tulangan ulir, m d = Tinggi efektif; jarak dari muka tekan sampai titik berat dari tulangan tarik, m d’ = Jarak dari muka tekan dari penampang sampai titik berat dari tulangan tekan, m Ec = Modulus elastisitas beton, kN/m^2 Es = Modulus elastisitas baja, kN/m^2 f’c = Kekuatan tekan beton diukur pada 28 hari setelah di cor, kN/m^2 fr = Modulus keruntuhan, kN/m^2 fs = Tegangan satuan baja pada keadaan beban kerja, kN/m^2 fy = Tegangan leleh dari baja, kN/m^2 h = Tinggi total dari penampang, m Ig = Momen inersia bruto, m^4 k = Kekakuan lentur P = Beban terpusat, kN Pcr = Besar gaya saat kondisi Crack , kN Pu = Besar gaya saat kondisi Ultimate , kN Py = Besar gaya saat kondisi Yield , kN Mcr = Momen retak, kNm Mn = Kekuatan momen nominal, kNm My = Momen leleh, kNm Mmax = Momen maksimum, kNm
Dalam bidang konstruksi, beton merupakan material yang paling dominan digunakan. Akan tetapi, beton memiliki kelemahan terhadap gaya tarik namun kuat terhadap gaya tekan. Oleh karena itu, beton diberi tulangan baja untuk membantunya menahan gaya tarik tersebut dan dikenal dengan sebutan beton bertulang. Terdapat dua tipe keruntuhan yang mungkin terjadi pada penampang balok yaitu lentur dan geser. Dalam laporan praktikum ini berfokus pada analisis penampang untuk struktur balok dengan keruntuhan lentur tipe kegagalan tarik ( under-reinforced ). Pengujian dilakukan pada balok dengan panjang bentang 2. mm dan dimensi penampang 63 × 130 mm. Dari hasil pengujian tersebut, didapat nilai momen (M) dan besar gaya (P) saat kondisi ultimate berturut-turut sebesar 1,7194 kNm dan 2,7018 kN. Kata kunci: Desain beton bertulang, keruntuhan lentur, flexural failure, under-reinforced, ACI 318RM- 14
1.1. Latar Belakang Beton bertulang terdiri dari beton dan tulangan baja yang merupakan salah satu material konstruksi yang paling dominan digunakan. Beton memiliki kekuatan untuk menahan gaya tekan tetapi lemah menahan gaya tarik. Kekuatan tarik beton hanya berkisar 8-15% dari kekuatan tekannya. Nilai sebenarnya sangat dipengaruhi oleh jenis tes yang dilakukan untuk menentukan kekuatan tarik, jenis agregat, kekuatan tekan beton, dan adanya tegangan tekan yang disalurkan ke tegangan tarik. Oleh karena itu, beton perlu diberi tulangan baja untuk membantu menahan gaya tarik yang bekerja (Wight, 2016). Dalam mendesain beton bertulang sebaiknya beton mengalami kegagalan tarik ( under-reinforced ) dimana tulangan baja lemah dan leleh terlebih dahulu yang menyebabkan terjadinya deformasi pada balok yang merupakan tanda sebelum beton benar-benar hancur sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Dalam mendesain beton bertulang, perlu dilakukan analisis dan pengujian apakah dimensi penampang digunakan cukup dan mampu menahan beban yang bekerja atau tidak. Analisis dapat dilakukan secara analitis dengan menggunakan rumus-rumus yang ada atau analisis dengan komputer yang disertai dengan penjelasan mengenai prinsip cara kerja program, data masukan serta penjelasan mengenai data keluaran (Badan Standardisasi Nasional, 2002). Pengujian ini juga berguna untuk mengetahui tipe keruntuhan yang terjadi. Pada kasus ini, analisis akan dilakukan dengan perhitungan secara analitis pada balok dengan keruntuhan lentur tipe kegagalan tarik ( under- reinforced ).
Gambar 1. 1 Pembebanan Balok di Atas 2 Perletakan (Think Up, 2015) 1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah Ruang lingkup dan batasan masalah yang digunakan pada laporan praktikum ini adalah sebagai berikut:
Untuk tulangan baja yang digunakan pada beton bertulang harus tulangan baja ulir, kecuali baja polos diperkenankan untuk tulangan spiral atau tendon (Badan Standardisasi Nasional, 2002). Digunakannya tulangan baja ulir berguna untuk mencegah pergeseran dari tulangan relatif terhadap beton sekelilingnya (Salmon & Wang, 1993). Gambar 2. 3 Baja-baja Tulangan yang Berprofil ( Courtesy of Concrete Reinforcing Steel Institute ) (Salmon & Wang, 1993) 2.2. Jenis Keruntuhan 2.2.1. Keruntuhan Lentur 2.2.1.1. Keruntuhan Tarik ( Tension Failure / Under-Reinforced ) Keruntuhan tarik terjadi karena jumlah tulangan cukup sedikit dibandingkan tulangan ideal sehingga tulangan baja akan mengalami tegangan leleh terlebih dahulu (fs = fy) sebelum beton mencapai kapasitas maksimumnya atau hancur (εcu < 0,003) yang menghasilkan suatu ragam keruntuhan yang daktail dengan deformasi yang besar. Perlu diperhatikan bahwa tulangan baja tidak hancur pada kekuatan lentur kecuali tulangan baja yang terdapat pada penampang sangat kecil. Diperlukan tegangan baja yang sangat tinggi untuk menyebabkan fraktur (Park & Paulay, 1975). Jadi, pada keruntuhan tipe ini balok tidak hancur secara tiba-tiba, tetapi terjadi deformasi terlebih dahulu.
2.2.1.2. Keruntuhan Tekan ( Compression Failure / Over- Reinforced ) Keruntuhan tekan terjadi karena memiliki tulangan lebih banyak dari penampang ideal sehingga beton telah mencapai kapasitas maksimum atau hancur (εcu = 0,003) terlebih dahulu sebelum tulangan baja mengalami leleh (fs < fy). Balok dengan kondisi ini bersifat getas ( brittle ) sehingga kehancuran pada penampang balok dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa terjadinya deformasi (Park & Paulay, 1975). Gambar 2. 4 Balok dengan Keruntuhan Tarik (Think Up, 2015) Gambar 2. 5 Balok dengan Keruntuhan Tekan (Think Up, 2015)