Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Journal of Plant Physiology Osmosis, Exercises of Plant physiology

Percobaan dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk mendapat kevalidan data. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin besar rentang perbedaan konsentrasi suatu larutan sukrosa diluar dan larutan eosin didalam waluh maka laju osmosis akan semakin cepat dan Semakin lama perendaman Waluh pada suatu Larutan yang memiliki zat terlarut yang tidak dapat melewati membran maka semakin menurunnya kecepatan (laju) Osmosis

Typology: Exercises

2017/2018

Uploaded on 06/26/2018

AdityaW
AdityaW 🇮🇩

1 document

1 / 5

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa Terhadap Lama Waktu Proses
Osmosis Waluh (Cucurbita moschata)
Aditya Wardana1*(K4314001), Anisa Rosita2(K4314007), Dwi Retno Fatmawati3(K4314025), Ella
Nur Laila4(K4314027)
1,2,3,4 Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jalan Ir. Sutami No.36A, Surakarta, Indonesia
*Corresponding author: wardanaaditya49@gmail.com
Abstract: Waluh (Cucurbita moschata) adalah labu kuning salah satu komoditas yang melimpah di indonesia. Tetapi
umumnya memiliki ketahanan yang terbatas. Dikarenakan tergolong memiliki kandungan air yang tinggi. Salah
satu penanganannya adalah dengan teknik dehidrasi osmotik. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap lama waktu proses osmosis waluh sehingga dapat diketahui seberapa
banyak kadar air pada waluh yang dipengaruhi oleh larutan sukrosa ini. Peningkatan konsentrasi sukrosa dapat
mengakhibatkan dehidrasi osmotic waluh. Percobaan ini menggunakan perbedaan konsentrasi larutan sukrosa
sebesar 40%, 50%, dan 60% sebagai factor perlakuan. Dan Faktor Kontrolnya adalah larutan eosin 0,05%.
Parameter yang diamati adalah perubahan tinggi larutan sukrosa dan larutan eosin yang berkaitan dengan lama
waktu proses osmosis. Percobaan dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk mendapat kevalidan data. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa semakin besar rentang perbedaan konsentrasi suatu larutan sukrosa diluar dan
larutan eosin didalam waluh maka laju osmosis akan semakin cepat dan Semakin lama perendaman Waluh pada
suatu Larutan yang memiliki zat terlarut yang tidak dapat melewati membran maka semakin menurunnya kecepatan
(laju) Osmosis.
Keywords: Osmosis, Konsentrasi Larutan Sukrosa, Waluh, Waktu Proses Osmosis
PENDAHULUAN
Labu kuning adalah salah satu sayur yang
mengandung berbagai zat makanan seperti
karotenoid, vit K, B2, C, dan E dan jumlah serat
yang banyak. Buah ini sangat rentang terhadap
berbagai jenis mikroba yang merusak sehingga
sering digunakan dalam bentuk olahan kering.
Tetapi pengeringan dengan suhu tinggi dalam
waktu lama dapat merusak mikronutrien pada
waluh. Sehingga dilakukanlah penelitian tentang
proses dehidrasi osmotik ini.
Osmosis adalah fenomena secara fisik yang
sebenarnya telah dieksplorasi sejak lama, seperti
penggunaan garam untuk pengawetan makanan.
Dalam konsentrasi kadar garam tinggi,
kebanyakan bakteri, jamur dan organisme
patogen mengalami dehidrasi dan mati atau
setidaknya tidak aktif karena dehidrasi
konvensional.
Osmosis didefinisikan transport air
melewati membran selektif semipermeabel dari
daerah berkonsentrasi lebih tinggi ke daerah
berkonsentrasi lebih rendah yang disebabkan
oleh perbedaan tekanan osmotik (Cath, et. al.
2012) Membrane semipermeable juga disebut
sebagai membran selektif permeable karena
hanya zat-zat tertentu yang dapat melewati
membran (arumaningrum, dkk, 2014). Sehingga
memungkinkan lewatnya air tetapi menolak zat
terlarut seperti molekul besar atau ion. (Cath, et.
al. 2012)
Pada saat tekanan Osmotik terjadi, aliran
perpindahan zat yang melewati membran dapat
menyebabkan penumpukan zat terlarut pada
permukaan membran. Hal ini disebut dengan
polaritas konsentrasi. Sehingga menyebabkan
berkurangnya aliran perpindahan zat (Cath, et.
al. 2012).
Adanya stress osmotic (perlakukan) dari
lingkungan hipotonik atau hipertonik dapat
mengakibatkan kemampuan penyerapan sel
berkurang (jaya, 2012). Hal ini diduga karena
perbedaan tekanan osmosis yang tidak biasa
pada membran. Sehingga dapat merusak struktur
permeabilitas membran dengan adanya
penumpukan zat terlarut pada permukaan
membran. Faktor lain adalah perbedaan ukuran
molekul di lingkungan terhadap ukuran molekul
yang dapat melintasi membran. Selain faktor itu,
terdapat pula faktor suhu.
Suhu dapat mempengaruhi mobilitas
fosfolipid pada membran. Fosfolipid adalah
susunan Gugus fosfat dan rantai asam lemak
yang sangat bervariasi. Asam lemak inilah dapat
berubah sifat menjadi jenuh jika suhu menurun
dan menjadi tidak jenuh jika suhu meningkat.
Sehingga jika suhu semakin rendah maka
fosfolipid ini akan semakin tidak dapat
berpindah, sebaliknya jika suhu semakin
meningkat maka pergerakan dari fosfolipid ini
akan semakin cepat. (Lyons, 2012)
Kecepatan dari mobilitas fosfolipid ini
berbanding lurus dengan kecepatan transer pada
membran (Stein, 2012). Perlu diperhatikan
bahwa suhu juga mempengaruhi Protein pada
membran. Membran memiliki kandungan
Protein yang berbeda-beda tiap sisinya. Seperti
Protein Integral, Protein Perifer dan
Glikoprotein. Protein ini juga dapat terdegradasi
menjadi susunan protein yang lebih sederhana.
Dan tentu saja jika hal ini terjadi maka membran
tersebut akan benar-benar rusak.
Membran pada waluh memiliki spesifikasi
yang berbeda-beda sesuai jenis dan fungsi
jaringannya. Spesifikasi itu seperti susunan
fosfolipid, ketebalan fosfolipid (panjang rantai
asam lemak), dan susunan Proteinnya.
Waluh mengandung kepekatan19 karotenoid
sampai 320 µg/g dimana 74% terdiri dari β-karoten.
karotenoid merupakan pigmen larut lemak yang
berwarna kuning, jingga, jingga-kemerahan.
kandungan air dalam daging buah waluh yaitu 80% -
90% (magdalena,2015).
Membran sel daging buah waluh (Cucurbita
moshata) mengandung asam lemak yang tidak
tersaturasi. Membran tersebut juga mengandung
β-Sitosterol yang merupakan phytostrerol
sebagai komponen integral pada membrane sel
tumbuhan waluh). Pada Membran daging buah
waluh juga terdapat berbagai macam asam amino
yang menyusun Protein pada membran sel.
Seperti pada Konsentrasi Alanine 0,22 ; Arginine
0,07 ; Glisin 0,05 ; Histidin 0,3 ; Isoleusine
0,11 ; Leusin 0,15 ; Lisin 0,07 ; Proline 0,12 ;
Serin 0,12 ; Threonine 0,06 ; Tyrosine 0,08 dan
Valin 0,18. Pada konsentasi β-Sitosterol 277,58.
Asam Lemak juga menyususun fosfolipid pada
Wardana et al. Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa Terhadap Lama Waktu Proses Osmosis Waluh, Surakarta
pf3
pf4
pf5

Partial preview of the text

Download Journal of Plant Physiology Osmosis and more Exercises Plant physiology in PDF only on Docsity!

Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa Terhadap Lama Waktu Proses

Osmosis Waluh ( Cucurbita moschata )

Aditya Wardana1*(K4314001), Anisa Rosita^2 (K4314007), Dwi Retno Fatmawati^3 (K4314025), Ella

Nur Laila 4 (K4314027)

1,2,3,4 (^) Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jalan Ir. Sutami No.36A, Surakarta, Indonesia *Corresponding author: wardanaaditya49@gmail.com

Abstract: Waluh ( Cucurbita moschata) adalah labu kuning salah satu komoditas yang melimpah di indonesia. Tetapi umumnya memiliki ketahanan yang terbatas. Dikarenakan tergolong memiliki kandungan air yang tinggi. Salah satu penanganannya adalah dengan teknik dehidrasi osmotik. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap lama waktu proses osmosis waluh sehingga dapat diketahui seberapa banyak kadar air pada waluh yang dipengaruhi oleh larutan sukrosa ini. Peningkatan konsentrasi sukrosa dapat mengakhibatkan dehidrasi osmotic waluh. Percobaan ini menggunakan perbedaan konsentrasi larutan sukrosa sebesar 40%, 50%, dan 60% sebagai factor perlakuan. Dan Faktor Kontrolnya adalah larutan eosin 0,05%. Parameter yang diamati adalah perubahan tinggi larutan sukrosa dan larutan eosin yang berkaitan dengan lama waktu proses osmosis. Percobaan dilakukan dengan 3 kali pengulangan untuk mendapat kevalidan data. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin besar rentang perbedaan konsentrasi suatu larutan sukrosa diluar dan larutan eosin didalam waluh maka laju osmosis akan semakin cepat dan Semakin lama perendaman Waluh pada suatu Larutan yang memiliki zat terlarut yang tidak dapat melewati membran maka semakin menurunnya kecepatan (laju) Osmosis.

Keywords: Osmosis, Konsentrasi Larutan Sukrosa, Waluh, Waktu Proses Osmosis

PENDAHULUAN

Labu kuning adalah salah satu sayur yang mengandung berbagai zat makanan seperti karotenoid, vit K, B2, C, dan E dan jumlah serat yang banyak. Buah ini sangat rentang terhadap berbagai jenis mikroba yang merusak sehingga sering digunakan dalam bentuk olahan kering. Tetapi pengeringan dengan suhu tinggi dalam waktu lama dapat merusak mikronutrien pada waluh. Sehingga dilakukanlah penelitian tentang proses dehidrasi osmotik ini. Osmosis adalah fenomena secara fisik yang sebenarnya telah dieksplorasi sejak lama, seperti penggunaan garam untuk pengawetan makanan. Dalam konsentrasi kadar garam tinggi, kebanyakan bakteri, jamur dan organisme patogen mengalami dehidrasi dan mati atau setidaknya tidak aktif karena dehidrasi konvensional. Osmosis didefinisikan transport air melewati membran selektif semipermeabel dari daerah berkonsentrasi lebih tinggi ke daerah berkonsentrasi lebih rendah yang disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotik (Cath, et. al.

  1. Membrane semipermeable juga disebut sebagai membran selektif permeable karena hanya zat-zat tertentu yang dapat melewati membran (arumaningrum, dkk, 2014). Sehingga memungkinkan lewatnya air tetapi menolak zat terlarut seperti molekul besar atau ion. (Cath, et. al. 2012) Pada saat tekanan Osmotik terjadi, aliran perpindahan zat yang melewati membran dapat menyebabkan penumpukan zat terlarut pada permukaan membran. Hal ini disebut dengan polaritas konsentrasi. Sehingga menyebabkan

berkurangnya aliran perpindahan zat (Cath, et. al. 2012). Adanya stress osmotic (perlakukan) dari lingkungan hipotonik atau hipertonik dapat mengakibatkan kemampuan penyerapan sel berkurang (jaya, 2012). Hal ini diduga karena perbedaan tekanan osmosis yang tidak biasa pada membran. Sehingga dapat merusak struktur permeabilitas membran dengan adanya penumpukan zat terlarut pada permukaan membran. Faktor lain adalah perbedaan ukuran molekul di lingkungan terhadap ukuran molekul yang dapat melintasi membran. Selain faktor itu, terdapat pula faktor suhu. Suhu dapat mempengaruhi mobilitas fosfolipid pada membran. Fosfolipid adalah susunan Gugus fosfat dan rantai asam lemak yang sangat bervariasi. Asam lemak inilah dapat berubah sifat menjadi jenuh jika suhu menurun dan menjadi tidak jenuh jika suhu meningkat. Sehingga jika suhu semakin rendah maka fosfolipid ini akan semakin tidak dapat berpindah, sebaliknya jika suhu semakin meningkat maka pergerakan dari fosfolipid ini akan semakin cepat. (Lyons, 2012) Kecepatan dari mobilitas fosfolipid ini berbanding lurus dengan kecepatan transer pada membran (Stein, 2012). Perlu diperhatikan bahwa suhu juga mempengaruhi Protein pada membran. Membran memiliki kandungan Protein yang berbeda-beda tiap sisinya. Seperti Protein Integral, Protein Perifer dan Glikoprotein. Protein ini juga dapat terdegradasi menjadi susunan protein yang lebih sederhana. Dan tentu saja jika hal ini terjadi maka membran tersebut akan benar-benar rusak. Membran pada waluh memiliki spesifikasi yang berbeda-beda sesuai jenis dan fungsi jaringannya. Spesifikasi itu seperti susunan fosfolipid, ketebalan fosfolipid (panjang rantai asam lemak), dan susunan Proteinnya. Waluh mengandung kepekatan19 karotenoid sampai 320 μg/g dimana 74% terdiri dari β-karoten. karotenoid merupakan pigmen larut lemak yang berwarna kuning, jingga, jingga-kemerahan. kandungan air dalam daging buah waluh yaitu 80% - 90% (magdalena,2015).

Membran sel daging buah waluh ( Cucurbita

moshata ) mengandung asam lemak yang tidak

tersaturasi. Membran tersebut juga mengandung

β-Sitosterol yang merupakan phytostrerol

sebagai komponen integral pada membrane sel

tumbuhan waluh). Pada Membran daging buah

waluh juga terdapat berbagai macam asam amino

yang menyusun Protein pada membran sel.

Seperti pada Konsentrasi Alanine 0,22 ; Arginine

0,07 ; Glisin 0,05 ; Histidin 0,3 ; Isoleusine

0,11 ; Leusin 0,15 ; Lisin 0,07 ; Proline 0,12 ;

Serin 0,12 ; Threonine 0,06 ; Tyrosine 0,08 dan

Valin 0,18. Pada konsentasi β-Sitosterol 277,58.

Asam Lemak juga menyususun fosfolipid pada

membrane sel waluh seperti

pada konsentrasi Asam

Palmitik 12,78 ; Asam Stearik

7,33 ; Asam Oleic 31,34 ; Asam

Lionik 35,72 (Mi Young Kim,

et. al, 2012).

Selain kandungan diatas, daging buah waluh

mengandung sukrosa sebesar 5,4 %. Sukrosa

merupakan senyawa disakarida yang memiliki

berat molekul sebesar 342,30 dan titik cairnya

186 oC. selain sukrosa terdapat pula kandungan

Karbohidrat 6,5 g; Lemak 0,1 g; Protein 1 g

(Igfar, 2012).

Pada percobaan ini hanya menyajikan

pengaruh perbedaan konsetrasi larutan terhadap

kemampuan osmosis dari membran waluh.

Sehingga akan didapat besarnya volume zat yang

terosmosis tiap satuan waktu.

Bahan dan metode

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini

adalah aquades murni yang didapat dari hasil

destilasi air (H 2 O); bubuk sukrosa (C 12 H 22 O 11 )

yang memiliki berat molekul 342.29648 g/mol,

memiliki kelarutan dalam air 2000 g/L (25 °C)

mudah larut dalam air pada suhu ruang dan

Densitas 1.587 g/cm 3 sehingga berupa padatan;

pewarna eosin (C 20H 6 Br 4 Na 2 O 5 ) dengan berat

molekul 691.854179 g/mol berupa bubuk

crystalline merah; dan buah waluh ( Cucurbita

moschata ) yang dibeli pada tanggal 23 September

2016 pada jam 20.00 di (Pasar Legi, Surakarta,

Indonesia) dengan kondisi utuh dan memiliki berat 15

kg. Alat yang digunakan dalam percobaan adalah

gelas beker 250 ml, tabung ukur 25 ml, pipet

tetes, pisau atau cutter, penggaris mika, seng

sebagai pelubang waluh. (https://

pubchem.ncbi.nlm.nih.go)

Metode yang digunakan adalah dengan

prinsip mangkuk, sehingga bagian luar waluh

yang berdimensi (PxLxT: 5 cm x 5 cm x 5 cm)

diisi dengan aquades dan eosin 0.05% dan

bagian dalam dilubangi dengan dimensi (PxLxT:

4 cm x 4 cm x 4 cm) dan diisi dengan larutan uji

dengan ketentuan Konsentrasi larutan sukrosa

40%, 50%, dan 60%. Larutan sukrosa ini

memiliki Tekanan Osmotik yang tergolong

rendah (> 200 atm pada Konsentrasi > 5M pada

suhu 25 0 C) (Cath, et. al. 2012).

Larutan sukrosa dibuat dengan melarutkan

sukrosa bubuk (Konsentrasi 40%, 50%, dan 60%

) berturut-turut sebanyak 0,8 gram, 1 gram, dan

1,2 gram dalam 2 ml aquades. Aquades 30 ml

diberi eosin 0.05% sebanyak 10 tetes (0,5 mL).

Dan disusun seperti pada Fig. 1 dengan kondisi

suhu kamar (27 0 C), gelas beker diisi dengan

Larutan eosin, dicelupkan waluh yang telah

dilubangi seperti mangkuk, pada bagian lubang

waluh diisi dengan larutan sukrosa uji.

Perendaman dilakukan selama 3 jam dengan

interval waktu setiap 1 jam untuk pengukuran

tinggi larutan eosin dan larutan sukrosa pada

mistar plastik diluar waluh dan didalam waluh.

Pengukuran tinggi ini mengindikasikan pada

perubahan volume larutan, dikarenakan luas

permukaan dasar sama dengan luas permukaan

atas larutan sehingga luasan permukaan ini

diabaikan. Dilakukan pengulangan sebanyak 3

kali dengan cara yang sama

Fig. 1 Gambar ilustrasi Penyusunan Percobaan. Gelas Beker diisi dengan Larutan eosin, dicelupkan waluh yang telah dilubangi dan lubang tersebut diisi dengan larutan sukrosa uji.

hasil dan pembahasan Pada Percobaan ini parameter yang diamati adalah tinggi larutan sukrosa dan larutan eosin pada berbagai tingkatan Konsentrasi Larutan Sukrosa dan Interval waktu dalam suhu kamar (27 0 C). Hasil yang diperoleh disajikan pada Tabel 1.

  1. Pengaruh peningkatan Konsentrasi larutan sukrosa terhadap laju osmosis pada waluh

Semakin besar gradien atau perbedaan atau selisih Konsentrasi larutan sukrosa terhadap larutan isotonis sukrosa waluh maka akan semakin banyak transportasi zat yang melewati membran. Hal ini

Potongan waluhGelas bekerPenggarisPenggaris

(5x5x3)cm

Lubang waluh

  1. Pengaruh lamanya waktu Perendaman dalam Larutan Sukrosa terhadap perubahan volume kedua larutan (eosin dan sukrosa)

Semakin lama perendaman dalam Larutan sukrosa maka semakin menurunnya kecepatan (laju) Osmosis yang mampu dilakukan oleh membran waluh. Hal ini dikarenakan aliran perpindahan zat yang melewati membran dapat menyebabkan penumpukan zat terlarut pada permukaan membran. Penumpukan zat terlarut ini berupa zat yang tidak mampu melewati membran sehingga tertahan dipermukaan membran waluh. (Cath, et. al. 2012) Jika hal ini tetap dibiarkan maka molekul zat terlarut ini akan semakin memenuhi permukaan membran dan mengurangi luas permukaan membran yang digunakan sebagai osmosis. Sehingga menyebabkan berkurangnya aliran perpindahan zat.

Berkurangnya aliran perpindahan zat ini akan

semakin menurunkan laju osmosis. Terlihat pada

Tabel 3 pada jam ke 0 (awal) tinggi larutan eosin

2,3 cm dan tinggi larutan sukrosa 2,2 cm. Pada

jam ke 1 (setelah 1 jam) tinggi larutan eosin

menurun menjadi 2,2 cm tetapi pada larutan

sukrosa meningkat menjadi 2,4 cm. pada jam ke

2 (setelah 2 jam) tinggi larutan eosin menurun

menjadi 2 cm dan larutan sukrosa tetap. Pada

jam ke 3 pada kedua larutan tingginya tetap

sama.

Tabel 3 menunjukkan perubahan tinggi larutan

eosin dan sukrosa terhadap lamanya waktu

(setiap penambahan 1 jam) didapat dari rata

tinggi larutan eosin dan sukrosa dari ketiga

Konsentrasi sukrosa (40%, 50%, dan 60%)

Fig 2 menunjukkan adanya perubahan tinggi larutan eosin dan sukrosa terhadap lama waktu osmosis. Peningkatan dan Penurunan tinggi larutan ini menunjukkan adanya perubahan aliran perpindahan zat yang melewati membran waluh. Fig 2. Pada perubahan tinggi larutan sukrosa terlihat adanya peningkatan hal ini karena sukrosa memiliki besar molekul 4,7 Å yang lebih kecil dari Glukosa 10 4 Å yang sebagai penyusun utama membran antar sel sehingga memungkinkan tidak adanya hambatan jika dibanding dengan besar molekul air 0,942 Å. Tetapi pada perubahan tinggi larutan eosin ini mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan eosin merupakan zat terlarut yang memiliki ukuran molekul yang besar sehingga molekul ini akan menumpuk pada lapisan permukaan dan akan menghalangi molekul lain untuk berosmosis. Jika semakin menumpuk pada permukaan membran maka akan

mengurangi luas penampang membran waluh dan dapat menurunkan transfer zat membran.

kesimpulan Dari hasil percobaan osmosis waluh ini dapat disimpulkan bahwa Semakin besar gradien atau perbedaan atau selisih Konsentrasi larutan sukrosa terhadap larutan isotonis sukrosa waluh maka akan semakin banyak transportasi zat yang melewati membran. Hal ini diakhibatkan semakin besarnya tekanan osmosis pada membran. Dan Semakin lama perendaman dalam Larutan sukrosa maka semakin menurunnya kecepatan (laju) Osmosis yang mampu dilakukan oleh membran waluh. Hal ini dikarenakan aliran perpindahan zat yang melewati membran dapat menyebabkan penumpukan zat terlarut pada permukaan membran. Penumpukan zat terlarut ini berupa zat yang tidak mampu melewati membran sehingga tertahan dipermukaan membran waluh.

DAFTAR PUSTAKA

Arumaningrum, D., Susilo, B., & Argo, B. D.

(2014). Pengaruh Proporsi Sukrosa dan

Lama Osmosis Terhadap Kualitas Sari Buah

Naga Putih (Hylocereus undatus). Jurnal

Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 3

Cath, T., Y., Childress, A., E., Elimelech, M.

(2012). Forward osmosis: Principles,

applications, and recent developments.

Journal of Membrane Science, 18(1), 70–87.

Dowlut, M., Hall, D., G. (2012). An Improved

Class of Sugar-Binding Boronic Acids,

Soluble and Capable of Complexing

Glycosides in Neutral Water. J. AM. CHEM.

SOC. 128 No 13 2(1) 4226-4227.

VOL. 128, NO. 13

Freddy, Zefania Iqnes, Niken Silmi Surjandari,

and

Noegroho Djarwanti. (2016). Stabilisasi Tanah

Gambut Menggunakan Campuran Gypsum

Sintetis (CaSO4. 2H2O) dan Garam Dapur

(NaCl) Ditinjau dari Pengujian Triaksial

UU. Matriks Teknik Sipil 4.

Jaya, D., F. Hadi, D. Kusumasari A., dan E

Riswardani. (2012). Pengeringan Wortel

(Daucus carota) secara Dehidrasi Osmosis.

Seminar Nasional Teknik Kimia. Soebardjo

Brotohardjono IX. Program Studi Teknik

Kimia. UPN “Veteran” Jawa Timur.

Jang, Y., et. al. (2014). Cucurbit[7]uril: A High-

Affinity Host for Encapsulation of Amino

Saccharides and Supramolecular Stabilization

of Their a-Anomers in Water. Angew. Chem.

Int. Ed, 53 5(1) 1003-

Lyons, J., M., Graham, D., Raison, J. (2012).

Low Temperature Stress In Crop Plants: The

Role of The Membrane. New York: Academic

Press, Inc.

Mi Young, et.al. (2012 ). Comparison of the

chemical compositions and nutritive values of

various pumpkin (Cucurbitaceae) species and

parts. The Korean Nutrition Society and the

Korean Society of Community Nutrition 7 (2)

Ninna, K., Juswono, U. P., & Saroja, G. (2015).

Pengaruh Kosentrasi Gula dan Variasi

Medan Listrik Dalam Madu Lokal Terhadap

Perubahan Sudut Putar Polarisasi. Physics

Student Journal, 2(1), pp-679.

Magdalena, Astri, et al. (2014). Pengaruh Suhu

Dan Konsentrasi Larutan Gula Terhadap

Proses Dehidrasi Osmosis Daging Buah

Waluh (Cucurbita Moschata). PhD Thesis

Fakultas Pertanian Vol. 2 No. 4

Russell, J., B., dan Baldwin, R., L. (2012).

Comparison of Substrate Affinities Among

Several Rumen Bacteria: a Possible

Determinant of Rumen Bacterial

Competition. Applied and Environmental

Microbiology. 6(2) 531-

Stein, W., D. (2012). Transport and Diffusion

across Cell Membranes. London: Academic

Press, Inc.