







Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
menjelaskan bagaimana implementasi pancasila setelah era reformasi
Typology: Slides
1 / 13
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Kata Pengantar Puji syukur kita ucapkan kepada Allah S.W.T. karena-nya pada kali ini saya dapat menyelesaikan tugas mandiri mata kuliah Pancasila - PPKN, sebagai penunjang pemenuhan nilai mata kuliah tersebut. Terima kasih kepada pihak UPB yang telah bersedia membimbing saya selama proses pembuatan makalah ini. Saya sadari, dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, Baik dalam penyampaian kalimat maupun penulisannya. Karena saya akui bahwa, saya sangat kesulitan dalam penyususnan dan penulian makalah ini. Saya harap pembaca berkenan memberikan kritik maupun saran yang dapat membangun dan mengubah kinerja saya lebih baik lagi kedepannya. Demikianlah, saya harap isi dari makalah ini dapat berguna baik siapa saja yang membacanya. Atas perhatian para pembaca, saya selaku penulis mengucapkan terimakasih banyak Batam, 18 januari 2022 Penulis i
Pancasila diimplementasikan hanya secara normatif dan teoritis serta belum benar-benar diamalkan dengan baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Pancasila dalam sistem kenegaraan menjadi multi tafsir dan cenderung untuk kepentingan penguasa.Oleh karena itu ketika orde baru jatuh, maka Pancasila juga mulai ditinggalkan. Sejarah implementasi Pancasila memang tidak menunjukkan garis lurus, bukan dalam pengertian keabsahan substansialnya, tapi dalam konteks implementasinya.Tantangan terhadap Pancasila sebagai kristalisasi pandangan politik berbangsa dan bernegara bukan hanya berasal dari faktor domestik, tetapi juga internasional.Banyak ideologi-ideologi mancanegara yang turut bertarung di Indonesia. Kini gelombang demokratisasi, Hak Asasi Manusia, neo-liberalisme, serta neo-konservatisme dan globalisme bahkan telah memasuki cara pandang dan cara berpikir masyarakat Indonesia. Hal demikian bisa meminggirkan Pancasila dan bisa menghadirkan sistem nilai dan idealisme baru yang bertentangan dengan kepribadian bangsa.Dalam suasana demikian, bisa saja solidaritas global menggeser kesetiaan nasional.Internasionalisme menggeser nasionalisme.Kini bangsa Indonesia harus kembali kepada nilai-nilai Pancasila yang sangat istimewa agar tidak terjadi disintegrasi bangsa.Terbentuknya negara yang dinamakan Indonesia tahun 1945 oleh karena kesadaran dan kesepakatan bangsa untuk mendasarkan diri kepada Pancasila. Dengan Pancasila, persatuan dankesatuan bangsa dari Sabang sampai Meraoke tetap akan utuh dan apa yang dinamakan negara dan bangsa Indonesia akan tetap ada. I. 2. RUMUSAN MASALAH Dari deskripsi diatas menyebabkan beberapa pertanyaan muncul, yaitu:
perekonomian, sebagaimana termaktub dalam Pasal 33 dan 34 UUD 1945. Bahkan, yang tampak adalah kaidah-kaidah individualisme. Di sinilah perlunya kita melakukan "revitalisasi" dan menerjemahkan Pancasila sesuai kebersamaan, termasuk Pasal 33 dan 34 UUD 1945, dalam mewujudkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat dan melaksanakannya dengan konsisten. Pancasila adalah kesepakatan para pendiri bangsa Indonesia dari segala suku agama dan golongan dari sabang sampai merauke. Pancasila juga alat untuk keamanan dan kemakmuran bersama untuk masyarakat Indonesia hanya saja implementainya belum bisa dilaksanakan sebaik – baiknya karena keadilan dan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia belum juga terwujud sampai saat ini. Pancasila juiga merupakan kepribadian seluruh rakyat Indonesia hanya saja nilainilai luhur itu sudah sangat pudar terkikis oleh perilaku yang hanya mementingkan aspek ekonomi dan gaya hidup yang buruk. Pancasila jarang terdengar Setelah di era lalu selalu diucapkan oleh siapa pun seakan mantra sakti, kini cenderung melupakan Pancasila dalam pidato-pidato resmi. “Mereka seolah ingin melepaskan diri dari stigma masa lalu. Hal ini ditenggarai sebagai peringatan dini, bahwa pancasila mulai tererosi dari jiwa bangsa. Kita telah salah kaprah dalam menerapkan ajaran dan justru menyerang di medan damai. Kemana nilai bangsa kita sebagai bangsa yang toleran dan bangsa yang ramah? Semua hilang ditelan bumi, yang tersisa adalah penderitaan. Parameter perubahan menjadi sangat banyak dan sensitif pada perubahan yang lain, sementara lingkupan luas dan masing-masing perubahan sulit diperkirakan. Para pakar ekonomi dunia meramal Indonesia bakal menjadi lima besar ekonomi dunia, dengan catatan menggunakan energi nuklir. Sementara itu, banyak masalah yang mendera bangsa ini, dimana keterpurukan ekonomi akibat melonjaknya minyak dunia. Namun bangsa yang besar adalah bangsa yang tahan uji, kuat dalam cobaan dan selalu melakukan terobosan guna terbebas dari penderitaan. Kita harus menembus segala rintangan sebagaimana dahulu kita dapat merebut kemerdekaan dari penjajah. Tak ada yang sulit jika ada kemauan, katanya.
Salah satu masalah krusial, lanjutnya, bagaimana agar sektor riil dapat berputar cepat. Perlu disadari bahwa ketakutan pemerintah daerah di era otonomi sekarang adalah banyaknya kasus korupsi APBD. Pemda sekarang lebih senang menyimpan anggarannya di Serfitikat Bank Indonesia (SBI), sehingga sektor riil tidak bergerak. Ketakutan ini sebagai ekses dari setiap penyalahgunaan anggaran yang selalu dikenai sanksi pidana. Lantas kemana Hukum Administrasi? Jika memang mereka melanggar administrasi maka sanksinya adalah sanksi administrasi, bukan selalu dipidana atau dipenjarakan. setiap warga negara berhak ikut proses revitalisasi Pancasila, karena negara yang kokoh terintegrasi adalah yang tidak ada benturan ideologi, tidak ada separatisme yang mengancam, kuat kohesi sosialnya, friksifriksi sosial diselesaikan dengan damai dan santun kemudian dinamika konvergensi sentripetalterus berkembang. Keberhasilan Pancasila sebagai ideologi, diukur dari terwujudnya kemajuan yang pesat, kesejahteraan yang tinggi dan persatuan yang mantap dari seluruhrakyat Indonesia. Satu lagi contoh Implementasi Pancasila mengalami degrasi dengan semakin maraknya tindak korupsi yang dilakukan. Inilah yang membuat masyarakat jenuh dengan doktrin Pancasila sehingga pasca-Reformasi, popularitas Pancasila semakin memudar. Saat ini, terjadi degradasi yang sangat signifikan terhadap Pancasila karena masyarakat tidak bisa menemukan dan bahkan kembali mempertanyakan manfaat dasar dari nilai tersebut. Kondisi Bangsa Indonesia saat ini ialah lemahnya nasionalisme; lemahnya SDM (sumber daya manusia); lunturnya disiplin; Pancasila teralineasi atau terasingkan; demokrasi cenderung menjadi tujuan; ambiguitas atau kedwiartian dalam pengaturan ekonomi yang menyimpang dari kepentingan nasional, moral dan budaya bangsa yang sedang sakit; postur kekuatan hankam yang memprihatinkan; hujatan terhadap TNI sebagai bagian dari Orde Baru, dll. Sebuah kenyataan yang memilukan ketika terdapat pemboman dan gerakan separatis di negeri ini. Pancasila sebagai falsafah negara ternyata tidak mampu menjadi sebuah jawaban dari penyelesaian permasalahan yang dibutuhkan. Pancasila tidak
dengan cara mengintegrasikan normanorma dasar, teori ilmiah, dan fakta objektif (Kuntowibisono, 1993), sehingga memungkinkan berlangsung proses interpretasi dari reintepretasi secara kritis dan jujur. Tingkat akhir akan menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang dinamis, akomodatif, dan antisipatif terhadap kecenderungan zaman. II. 2. DAMPAK PERKEMBANGAN GLOBALISASI / ERA MODERN PADA PENERAPAN PANCASILA “Ketahanan ideologi Pancasila kembali diuji ketika dunia masuk pada era globalisasi di mana banyaknya ideologi alternatif merasuki ke dalam segenap sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa,” kata Deputi Bidang Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. membuka Focus Group Discussion (FGD) tentang Mencari Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi bertempat di Ruang Gatot Kaca, Senin, 9 Maret 2020. Reni menjelaskan bahwa Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka, yakni ideologi yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup bangsa. Namun, di sisi lain diharuskan adanya kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru. Apabila Indonesia tidak cermat, maka masyarakat akan cenderung ikut arus ideologi luar tersebut, sedangkan ideologi asli bangsa Indonesia sendiri yakni Pancasila malah terlupakan baik nilai-nilainya maupun implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Anggota Komisi I DPR RI Dave Akbarshah Fikarno Laksono, M.E., menjelaskan mengenai tantangan yang dihadapi saat ini. Tantangan pertama adalah banyaknya ideologi alternatif melalui media informasi yang mudah dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme, ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga membuat masyarakat mengalami penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta daya tarik pembelajaran Pancasila. Kemudian tantangan selanjutnya adalah eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada menguatnya kecenderungan
politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda di tengah arus globalisasi. Pada kesempatan tersebut Dave juga memberikan rekomendasi implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi. Pertama, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi muda dan masyarakat. Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai Pancasila melalui pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang berkelanjutan di semua lini dan wilayah. Oleh karena itu, Dave menganggap perlu ada kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN). Menanggapi pernyataan Dave, Analis Kebijakan Direktorat Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) Dr. Juandanilsyah, S.E., M.A., menjelaskan bahwa Pancasila saat ini diajarkan dan diperkuat melalui mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dengan penekanan pada teori dan praktik. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh perkembangan global juga berdampak pada anak-anak. Menurut Juan, Pancasila di masa mendatang akan mempertahankan otoritas negara dan penegakan hukum serta menjadi pelindung hak-hak dasar warga negara sebagai manusia. Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat merusak dan mengajak siswa untuk mempertahankan identitas bangsa serta meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa. “Seharusnya representasi sosial tentang Pancasila yang diingat orang adalah Pancasila ideologi toleransi, Pancasila ideologi pluralisme, dan Pancasila ideologi multikulturalisme,” kata Pakar Psikologi Politik Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Moeloek. Representasi sosial tentang Pancasila yang dimaksud adalah kerangka acuan nilai bernegara dan berbangsa yang menjadi identitas Bangsa Indonesia. Hamdi menjelaskan bahwa jika Pancasila menjadi acuan, maka
“Ketahanan ideologi Pancasila kembali diuji ketika dunia masuk pada era globalisasi di mana banyaknya ideologi alternatif merasuki ke dalam segenap sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa,” kata Deputi Bidang Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. membuka Focus Group Discussion (FGD) tentang Mencari Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Globalisasi bertempat di Ruang Gatot Kaca, Senin, 9 Maret 2020. Reni menjelaskan bahwa Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka, yakni ideologi yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup bangsa. Namun, di sisi lain diharuskan adanya kewaspadaan nasional terhadap ideologi baru. Apabila Indonesia tidak cermat, maka masyarakat akan cenderung ikut arus ideologi luar tersebut, sedangkan ideologi asli bangsa Indonesia sendiri yakni Pancasila malah terlupakan baik nilai-nilainya maupun implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. III. 2. DAFTAR PUSTAKA https://node1.123dok.com/dt03pdf/123dok/002/953/2953662.pdf.pdf?X-Amz-Content- Sha256=UNSIGNED-PAYLOAD&X-Amz-Algorithm=AWS4-HMAC-SHA256&X-Amz- Credential=7PKKQ3DUV8RG19BL%2F20220121%2F%2Fs3%2Faws4_request&X-Amz- Date=20220121T151127Z&X-Amz-SignedHeaders=host&X-Amz-Expires=600&X-Amz- Signature=237ef16c8c8af4bb22c87dd35717ef999d585118b501df925aaa7b04c https://123dok.com/document/download/y8x41mwq?page=