






Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
Pengembangan hunian vertikal merupakan salah satu alternatif strategi memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat terutama Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), mengurangi backlog, dan mengoptimalkan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Penelitian ini bertujuan untuk membangun model pengembangan hunian vertikal menuju pembangunan perumahan berkelanjutan dan implikasinya terhadap kebijakan pembangunan perumahan bagi MBR.
Typology: Study notes
1 / 11
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Abstrak Pengembangan hunian vertikal merupakan salah satu alternatif strategi memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat terutama Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), mengurangi backlog, dan mengoptimalkan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Penelitian ini bertujuan untuk membangun model pengembangan hunian vertikal menuju pembangunan perumahan berkelanjutan dan implikasinya terhadap kebijakan pembangunan perumahan bagi MBR. Masyarakat Kota memiliki potensi minat yang besar terhadap hunian vertikal namun tingkat keterjangkauan terutama MBR masih sangat rendah. Untuk meningkatkan keterjangkauan masyarakat dalam memiliki hunian, maka peran pemerintah sangat diperlukan terutama dalam pemberian bantuan dan insentif kepemilikan hunian. Abstract The development of vertical housing is an alternative strategy to meet housing needs for the community, especially Low-Income Communities (MBR), reduce the backlog, and optimize the fulfillment of Green Open Space (RTH). This study aims to build a model of vertical housing development towards sustainable housing development. the people have a great potential for interest in vertical housing, but the level of affordability, especially MBR is still very low. To increase the affordability of the community in owning housing, the role of the government is very much needed, especially in providing assistance and incentives for housing ownership. NAMA :MELIZA NIM :E1B
(Sumber : Rusunawa Pelangi Benhil. ©Liputan6.com/Lady Farisco) A. Pengertian Hunian Vertikal Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah yang berfungsi untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Hunian vertikal banyak dibangun di wilayah kota dimana ketersediaan lahan untuk perumahan terbatas. Hunian Vertikal Merupakan Tempat tinggal, kediaman yang tegak lurus dari bawah ke atas atau kebalikannya, membentuk garis tegak lurus (bersudut 90º) dengan permukaan bumi, garis horizontal, atau bidang datar. (http://kbbi.web.id/vertikal) Diakses : 3 Maret 2019. B. Jenis-jenis Hunian Vertikal 1.Rusunawa Rusunawa atau Rumah Susun Sederhana Sewa adalah sebuah bangunan bertingkat dengan fungsi utama untuk hunian yang diperuntukkan bagi masyarakat yang perekonomiannya rendah.
Gambar 1 Tipe 24 dan 36 Hunian Kampung Vertikal Sumber : Yu Sing, 2011
Gambar 2 Tipe 16, 32, 48, 64 dan 80 Hunian Kampung Vertikal Sumber : Yu Sing, 2011 Menurut SNI Tata Cara Perencanan Lingkungan Perumahan di Perkotaan (2004), terdapat standar ukuran tipe hunian tergantung tipe rumah susunnya. Rumah susun terbagi menjadi tiga tipe yaitu :
minimum 21 m2. Ruang serba guna juga dapat berupa balai warga atau balai pertemuan. Menurut SNI (2004) standar luas balai warga menyesuaikan jumlah penduduk pendukung. b. Ruang Perpustakaan Berdasarkan SNI (2004) perpustakaan atau taman bacaan di perencanaan lingkungan perumahan mempunyai standar luas lahan minimal yaitu 150 m dan luas lantai minimal 72 m2 yang melayani penduduk 2.500 orang c. Pos Hansip Menurut SNI (2004) pos hansip atau pos kamling pada perencanaan lingkungan perumahan mempunyai standar sesuai dengan jumlah penghuni yang dilayani. Luas lahan minimal 6 m2 dengan luas lantai 4 m2 dapat
3,Kriteria Perencanaan Umum Bangunan Rusuna harus memenuhi persyaratan fungsional, andal, efisien, terjangkau, sederhana namun dapat mendukung peningkatan kualitas lingkungan di sekitar nya dan peningkatan kerja. Desain kreatif bukan pada kemewahan material tetapi pada fungsi teknik dan fungsi sosial bangunan yang mampu mencerminkan bangunan gedung dengan lingkungannya. Biaya operasional dan pemeliharaan diusahakan serendah mungkin. Waktu pelaksanaan yang pendek dan dapat di manfaatkan secepatnya. Khusus Mempertimbangkan identitas setempat yang terwujud pada arsitektur bangunan. Masa bangunan simetri ganda hindari bangunan yang mengakibatkan puntiran pada bangunan. Dilatasi. Lantai dasar untuk fasos, fasum dan fasek. Unit hunian terdiri dari, 1 ruang duduk, 1 kamar mandi, 2 kamar tidur dan ruang service dengan total luas perunit 36 m. Luas sirkulasi maksimum 30%. Desain denah struktur harus efisien dengan tidak menggunakan balok anak. Struktur utama termasuk komponen penahan gempa. Setiap 3 lantai harus tersedia ruang bersama. Sistem konstruksi menggunakan formworka atau sistem pracetak bukan sistem konvensional. Dinding luar menggunakan beton pracetak
Lebar dan tinggi anak tangga harus memenuhi keselamatan dan kenyamanan dengan lebar tangga minimal 110cm. Railling/pegangan, rambat balkon dan selasar mempertimbangkan privasi dan keselamatan serta estetika. Penutup lantai mengunakan keramik. Penutup dinding KM/WC menggunakan keramik dengan tinggi 180cm dari level lantai. Penutup meja dapur menggunakan keramik. Elevasi km/wc dinaikan terhadap elevasi ruang unit hunian. Material kusen pintu dan jendela menggunakan bahan allumunium. Plafond ekspos. Utilitas menggunakan shaft. Ruang ME harus dirancang terintegrasi dan efisien.
D. Study Kasus Kampung Vertikal untuk Perumahan Perkotaan
Sementara itu di Malaysia, pembangunan kampung vertikal juga menjadi sebuah solusi untuk kebutuhan perumahan perkotaan. Dalam pelaksanaannya, pembangunan kampung vertikal tentunya harus dibarengi dengan standar minimal fasilitas umum dan fasilitas sosial berdasarkan jumlah warganya. Perlu adanya studi lanjutan dan peraturan-peraturan terkait untuk mengatur sistem, legalitas, dan operasional kampung vertikal ini. Maka dari itu, dibutuhkan kerjasama semua pihak untuk dapat menciptakan lingkungan perkotaan yang menjunjung aspek kenyamanan dan keberlanjutan pada masa yang akan datang. (AA) E. Kesimpulan Hunian Vertikal Merupakan Tempat tinggal, kediaman yang tegak lurus dari bawah ke atas atau kebalikannya, membentuk garis tegak lurus (bersudut 90º) dengan permukaan bumi, garis horizontal, atau bidang datar. Pengembangan hunian vertikal merupakan salah satu alternatif strategi memenuhi kebutuhan perumahan bagi masyarakat terutama Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), mengurangi backlog, dan mengoptimalkan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Penelitian ini bertujuan untuk membangun model pengembangan hunian vertikal menuju pembangunan perumahan berkelanjutan dan implikasinya terhadap kebijakan pembangunan perumahan bagi MBR.