Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

hukum pernikahan dalam islam, Slides of Law

Hukum pernikahan dalam Islam yang pertama adalah wajib. Pernikahan hukumnya menjadi wajib jika orang yang akan membina rumah tangga tersebut sudah siap dari segi fisik, mental, dan finansial. Selain itu, orang tersebut juga merasa kesulitan untuk menghindari dari perbuatan zina.

Typology: Slides

2021/2022

Uploaded on 11/11/2023

salsabila-septina
salsabila-septina 🇮🇩

1 document

1 / 11

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
HUKUM
PERKAWINAN
KELOMPOK 7
1. RENITA OKTAVIONA
43222010112
2. PUTRI PERMATASARI
FASIHAH 43222010114
3. RADEN RORO SALSABILA
SWN 43222010144
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9
pfa

Partial preview of the text

Download hukum pernikahan dalam islam and more Slides Law in PDF only on Docsity!

HUKUM

PERKAWINAN

KELOMPOK 7

  1. RENITA OKTAVIONA 43222010112
  2. PUTRI PERMATASARI FASIHAH 43222010114
  3. RADEN RORO SALSABILA SWN 43222010144

pengertian

Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Perkawinan disebut juga “pernikahan”, berasal dari nikah yang menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi). Adapun dasar hukum perkawinan dalam Islam adalah firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum ayat 21

Wa min āyātihī an khalaqa lakum min anfusikum azwājal litaskunū ilaihā wa ja'ala bainakum mawaddataw wa raḥmah, inna fī żālika la`āyātil liqaumiy yatafakkarụn Artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya

dalil-dalil yang menjadi dasar hukum
disyari’atkannya perkawinan tersebut di atas,
maka bisa ditegaskan hukum asal perkawinan
adalah mubah (boleh). Namun berdasarkan,
illat-nya atau dilihat dari segi kondisinya, maka
perkawinan tersebut dapat berubah
hukumnya menjadi wajib, sunnah, makruh,
haram dan mubah.
a. Nikah itu akan berubah hukumnya menjadi wajib, apabila seseorang
dipandang telah mampu benar mendirikan rumah tangga, sanggup
memenuhi kebutuhan dan mengurus kehidupan keluarganya, telah
matang betul pertumbuhan rohani dan jasmaninya. Dalam keadaan
seperti ini, ia wajib melaksanakan perkawinan, sebab kalau ia tidak
kawin ia akan cenderung berbuat dosa (zina).
b. Nikah dapat berubah hukumnya menjadi anjuran atau sunah, kalau
dilakukan oleh seseorang yang pertumbuhan rohani dan jasmaninya
dianggap telah wajar benar untuk hidup berumah tangga. Kalau ia
kawin dalam keadaan yang demikian, ia akan mendapat pahala dan
kalau ia belum mau berumah tangga, asal mampu menjaga dirinya ia
tidak berdosa.

Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah). Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkai pekerjaan itu. Sah yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan syarat. Pernikahan yang didalamnya terdapat akad, layaknya akad-akad lain yang memerlukan adanya persetujuan kedua belah pihak yang mengadakan akad. Adapun rukun nikah adalah:

  1. Mempelai laki-laki; 2. Mempelai perempuan; 3. Wali;
  2. Dua orang saksi; 5. Shigat ijab kabul. Pernikahan dianggap sah apabila telah memenuhi rukun nikah yang disebutkan di atas, begitu pula sebaliknya apabila salah satu rukun tidak dipenuhi dalam melangsungkan pernikahan, maka pernikahan itu tidak sah.

1. Rukun dan syarat

nikah

1. Syarat-syarat mempelai laki-laki (calon suami). a. Bukan mahram dari calon isteri; b. Tidak terpaksa atas kemauan sendiri; c. Orangnya tertentu, jelas orangnya; d. Tidak sedang ihram. 2. Syarat-syarat mempelai perempuan (calon istri). b. Tidak ada halangan syarak, yaitu tidak bersuami, bukan mahram, tidak sedang masa iddah; b. Merdeka, atas kemauan sendiri; c. Jelas orangnya; dan d. Tidak sedang berihram.

5. Syarat-syarat ijab qabul. a. Ada ijab (pernyataan) mengawinkan dari pihak wali b. Ada qabul (pernyataan) penerimaan dari calon suami c. Memakai kata-kata “nikah”, “tazwij” atau terjemahannya seperti “kawin”; d. Antara ijab dan qabul, bersambungan, tidak boleh terputus; e. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya; f. Orang yang terkait ijab dan qabul tidak sedang dalam keadaan haji dan umrah; g. Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimal empat orang yaitu calon mempelai pria atau wakilnya, wali dari calon mempelai wanita atau wakilnya, dan dua orang saksi.

terima

kasih