




Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik Toksikologi, yang mempengaruhi
Typology: Lecture notes
1 / 8
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Zat Beracun
Makhluk Hidup
Contoh Sifat Fisika-kimia: Asam benzoat lebih mudah diabsorbsi dari lambung daripada usus (kaitannya dg pH
dan pKa)
Contoh aksi spesifik: paration dan metilparation ketoksikan (LD50) lebih besar paration, berkaitan dengan penghambatan enzim asetilkolinesterase lebih besar paration shg asetilkolin menumpuk
Contoh yang tak spesifik: Asam dan basa kuat mampu merusak sel, mungkin dg cara presipitasi protein yang berakibat denaturasi protein. Larutan pekat dari pelarut organik, eter, kloroform, CCl4 aksinya tak spesifik.
SIFAT FISIKA-KIMIA Zat Beracun umumnya asam lemah atau basa lemah Ionisasi & kelarutan → keefektifan translokasi racun pKa racun & pH medium → ionisasi (Henderson Hasselbach)
Asam lemah : pKa – pH = log (tak terion)/(ion)
Basa lemah : pKa – pH = log (ion)/tak terion
Contoh : Asam benzoat
Lambung (pH = 2), tak terion : ion = 100 : 1
Plasma (pH = 7,4), tak terion : ion = 1 : 2512
Usus (pH = 6) → absorpsi di lambung > usus
STRUKTUR KIMIA
Menentukan aksi atau antaraksi Zat Beracun Zat Beracun mempunyai afinitas dan aktivitas Intrinsik
FAKTOR PENGOLAHAN
Pemanasan : mengurangi/menghilangkan (-) ketoksikan
Contoh :
Antivitamin (antagonis vitamin)
Tiaminase (ikan, kerang, bakteri) merusak vit B1.
Pemanasan tinggi → merusak tiaminase
Umur
Suhu Tubuh
Hipotermi / hipertermi → mempengaruhi translokasi racun
Menentukan ketersediaan racun pada sasaran
Kecepatan pengosongan Lambung
Menentukan keefektifan absorpsi racun
Faktor yang mempengaruhi pengosongan lambung : jenis makanan padat, jumlah cairan, kekentalan isi cairan cerna, pH, posisi tubuh, adanya tekanan (stress), antaraksi zat kimia
Kecepatan aliran darah
Menentukan translokasi racun, karena perfusi jaringan tergantung pasok darah. Faktor yang mempengaruhi aliran darah: kondisi istirahat, hipotermi, syok, gangguan jantung → mengurangi aliran darah, olah raga → meningkatkan aliran darah
Status Gizi
Defisiensi asam lemak & protein biasanya menekan aktivitas MFO. Heksobarbital & aminopirin didetoksikasi oleh MFO.
Tikus & mencit yang kurang nutrisi: meningkatkan toksisitas heksobarbital & aminopirin
Kehamilan
Tikus hamil lebih rentan terhadap aktivitas karsinogenik etilnitrosourea.
Genetika Mutasi DNA : mengubah struktur protein pembawa, reseptor, enzim pemetabolisme Mempengaruhi keefektifan ADME serta keefektifan antaraksi. INH : Slow acetylation (homozigot resesif gen) : Eskimos & Japanese (10-20%) Blacks & Eropa (40-60%) Rapid acetylation : asetilisoniazid→asetilhidrazin (kovalen dg makromolekul sel hati) → liver nekrosis Mempengaruhi target aksi racun (enzim, reseptor, protein) Mempengaruhi proses disposisi racun (metabolisme, ekskresi, distribusi)
KAPASITAS FUNGSIONAL CADANGAN
Hati, ginjal, paru → kapasitas fungsional cadangan
Dapat menutupi ketoksikan racun
Aflatoksin B1 → nekrosis sel hati
Metil merkuri (t1/2 = 2 bulan): dalam tubuh 6 – 10 bulan
Gudang penyimpanan tubuh : protein, lemak, tulang
Lipofil & tidak termetabolisme → ditimbun
Perbedaan daya tahan untuk mendapat tingkat toksik yang sama
Toleransi (Loomis) : kemampuan makhluk hidup untuk memperlihatkan respon yang kurang terhadap dosis khas zat kimia daripada yang diperlihatkan sebelumnya dengan dosis yang sama.
Berkurangnya respon terhadap pemejanan berulang pada dosis yang sama (adaptasi). Resistensi murni tidak berkaitan dengan peningkatan daya tahan tubuh ( sejak semula sudah kebal, pengaruh genetika), tidak melibatkan adaptasi
Contoh :
Faktor Lingkungan dan Sosial : penanganan hewan, cara pengandangan, jenis sangkar, bahan alas
Perubahan Suhu
Kolkisin & digitalis : lebih toksik pada tikus daripada katak. Suhu meningkat → toksisitas terhadap katak meningkat, tetapi lama respon lebih pendek. Pemanasan dan Pendinginan mencit meningkatkan toksisitas cafein. Toksisitas D-amphetamin rendah pada suhu dingin dan meningkat kembali dengan kenaikan temperatur. Nikotin, atropin, malation, sarin: toksisitas meningkat pada suhu dingin. Paration & organofosfat : toksisitas berkurang pada hipotermia. Tekanan Barometrik Ketinggian > 5000 ft :
Iradiasi
Mengurangi kecepatan metabolisme xenobiotik. Aktivitas Pseudocholinesterase berkurang pada usus tikus dan mencit. Meningkatkan toksisitas perangsang SSP, tetapi menurunkan toksisitas depresan SSP. Iradiasi tidak berefek pada analgesik morfin.
Cahaya
Siklus cahaya lebih berpengaruh dibanding intensitas cahaya pada metabolisme.
Diurnal rhythm :
Hydroxyndole-o-methyltransferase (pineal gland) → aktivitas tinggi pada malam hari (gelap). Aktivitas cytochrome P450 lebih tinggi pada awal fase gelap (tikus dan mencit).
Kelembaban
Tidak terlihat mempengaruhi vertebrata.
Berpengaruh pada Serangga (insects).
Lalat yang dibesarkan dengan diet mengandung kelembaban 40% → epoksidasi heptachlor (4X lipat) dibanding yang dibesarkan pada medium jenuh air.
Stres
Bising (noise) :
tikus : kecepatan metabolisme 2-naphtylamine meningkat
Cold stress + bising → additive