



Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
Pada Era Industri 4.0 saat ini, terdapat berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi generasi milenial sebagai penerus bangsa. Salah satunya yaitu kemajuan di bidang teknologi yang mempengaruhi segala aspek kehidupan. Teknologi yang semakin canggih menjadikan setiap penggunanya menjadi bergantung pada alat tersebut. Sehingga perilaku dan kehidupannya seolah diatur oleh perkembangan teknologi. Untuk menyiasatinya, keluarga khususnya orang tua sebagai media utama pembentuk generasi bangsa, hendaknya mampu bersikap dinamis, fleksibel, dan terbuka. Salah satu yang dapat dilakukan orang tua adalah menyiapkan anaknya agar memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada abad ke-21 Era Industri 4.0 saat ini. Melalui pengembangan keterampilan 4C (critical thinking, creativity and innovation, collaboration, dan communication) ini, anak diharapkan mampu menghadapi peluang dan tantangan dengan menyiapkan karakter anak yang resilience sehingga mampu bersaing di kehidupan masa depan yang kompleks.
Typology: Summaries
1 / 7
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Implementasi 4C pada Anak oleh Orang Tua dalam Rangka Menghadapi Peluang dan Tantangan di Era Industri 4. Ilmu Keluarga dan Konsumen | IPB University Syifa Salsabila | I Pada Era Industri 4.0 saat ini, terdapat berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi generasi milenial sebagai penerus bangsa. Salah satunya yaitu kemajuan di bidang teknologi yang mempengaruhi segala aspek kehidupan. Teknologi yang semakin canggih menjadikan setiap penggunanya menjadi bergantung pada alat tersebut. Sehingga perilaku dan kehidupannya seolah diatur oleh perkembangan teknologi. Untuk menyiasatinya, keluarga khususnya orang tua sebagai media utama pembentuk generasi bangsa, hendaknya mampu bersikap dinamis, fleksibel, dan terbuka. Salah satu yang dapat dilakukan orang tua adalah menyiapkan anaknya agar memiliki keterampilan yang dibutuhkan pada abad ke-21 Era Industri 4. saat ini. Melalui pengembangan keterampilan 4C ( critical thinking , creativity and innovation , collaboration , dan communication ) ini, anak diharapkan mampu menghadapi peluang dan tantangan dengan menyiapkan karakter anak yang resilience sehingga mampu bersaing di kehidupan masa depan yang kompleks. Kata kunci: industri 4.0, orang tua, anak, keterampilan 4C
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan menjadi proses yang krusial bagi perkembangan anak yang kelak akan menjadi penerus masa depan bangsa Indonesia. Saat ini dunia sedang memasuki Era Industri 4.0. Revolusi industri ke-4 ini terjadi sebagai akibat perkembangan teknologi seperti Internet of Things (IoT), robotronika, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Prof. Klaus Schwab (2017) melalui bukunya yang berjudul “ The Fourth Industrial Revolution ”, bahwa revolusi industri 4.0 ini ditandai oleh kemajuan teknologi- teknologi baru yang mengaburkan batas-batas antara dunia fisik, digital, dan biologis. Kemajuan pada teknologi dan informasi ini merambah ke seluruh aspek hingga pendidikan, dimana seluruh akses antara guru dan murid tidak ada lagi batasan. Sehingga, pendidikan yang dahulunya cenderung bersifat satu arah antara guru dan murid kini tidak lagi relevan untuk diterapkan pada saat ini. Oleh karena itu, keluarga sebagai institusi pertama dan utama dalam membentuk calon generasi bangsa, hendaknya mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. National Educational Association atau NEA (tanpa tahun) mengemukakan empat hal yang perlu dikembangkan dalam rangka menghadapi abad ke 21 dan era globalisasi itu sebagai 4C, yaitu:
Partnership for 21st^ Century Skills mengidentifikasi kecakapan abad 21 meliputi : berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi. Senada dengan hal tersebut, menurut National Education Associaton untuk mencapai sukses dan mampu bersaing di masyarakat global, peserta didik harus ahli dan memiliki kecakapan sebagai komunikator, keator, pemikir kritis, dan kolaborator.
1. Critical Thinking and Problem Solving Skills (keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah) Menuurut As’ari (2016), keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang dimaksudkan adalah: (1) kemampuan bernalar secara efektif menggunakan berbagai macam metode penarikan kesimpulan, baik yang bersifat induktif, deduktif, atau yang lain sesuai dengan situasinya, (2) keterampilan berpikir sistemik yang mencakup keterampilan menganalisis bagaimana bagian- bagian dari satu kesatuan utuh yang saling berinteraksi untuk menghasilkan luaran yang menyeluruh dalam suatu sistem yang kompleks, (3) keterampilan membuat keputusan, yang mencakup; (a) keterampilan menganalisis dan menilai klaim, bukti, dan keyakinan, (b) keterampilan menghasilkan sudut pandang lain yang utama, (c) mensintesis dan membuat keterkaitan antar informasi dan argumen, (d) memaknai informasi dan menarik kesimpulan berdasarkan analisis terbaik, (e) melakukan reflektif secara kritis terhadap pengalaman dan proses belajarnya, (4) memecahkan masalah berbagai macam masalah yang belum dikenal baik secara biasa maupun secara inovatif, serta mengajukan pertanyaan penting yang bisa digunakan untuk menghasilkan sudut pandang lain yang membuka peluang terselesaikannya masalah tersebut secara lebih baik. Umumnya, anak-anak adalah pemikir kritis yang mengajarkan orang tua karena rasa keingintahuan mereka. Terkadang orang tua justru merasa jengkel ketika anak memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi hingga orang tua kehabisan akal untuk menjawabnya. Dalam hal ini, seharusnya orang tua bangga karena memiliki anak yang berpotensi menjadi ‘ problem solver ‘, yaitu seseorang yang jeli melihat sisi lain sebuah masalah dan cara menyelesaikannya. Orang tua sebagai fasilitator dalam mengembangkan curiousity , harus menghindari jawaban dan pernyataan yang mematikan rasa ingin tahu anak. Hal ini dapat membuat anak enggan untuk mengeksplorasi hal baru yang ini diketahuinya. Saat anak bertanya suatu pertanyaan dasar, jangan memberikan jawaban secara langsung. Berikan anak jawaban dengan pertanyaan terbuka yang memancing mereka untuk menjawab sendiri pertanyaan tersebut. Hal ini dapat membantu anak untuk menemukan kemungkinan dari jawaban lain, menjawab dari sudut pandang yang berbeda, dan melatih anak dalam memahami hubungan sebab dan akibat. Apabila anak masih belum puas dengan jawaban atas pertanyaannya, dorong anak untuk mencari sumber lain untuk mendapatkan informasi. Kemudian bantu anak untuk membandingkan kebenarannya dan menyimpulkan jawaban atas pertanyaannya.
2. Communication Skills (keterampilan komunikasi) Sementara itu, keterampilan komunikasi yang dimaksud dalam 4C adalah: (1) Keterampilan mengartikulasikan ide dan pemikirannya secara efektif baik secara lisan, tertulis, ataupun dengan cara lain di dalam berbagai macam konteks, (2) Keterampilan untuk mendengarkan secara efektif guna memahami makna yang dimaksudkan oleh lawan bicaranya (baik yang berbentuk pengetahuan, tata nilai, sikap, maupun maksudnya) (3) Keterampilan untuk menggunakan komunikasi untuk berbagai keperluan (misalnya: memberitahukan, memerintahkan, memotivasi, atau mempengaruhi) (4) Keterampilan menggunakan media dan teknologi, dan mengetahui bagaimana menilai dampak dan keefektifannya di awal (5) Berkomunikasi secara efektif dalam berbagai macam lingkungan (termasuk dalam lingkungan multilingual maupun lingkungan multikultural). Dalam proses penyampaian pesan pada anak, hendaknya orang tua membangun komunikasi yang positif dengan anak. Komunikasi positif yaitu orang tua mampu memahami perasaan anak dan mendengarkan anak secara aktif. Ketika komunikasi yang terjalin pada anak baik, maka anak akan mudah untuk menyerap informasi yang ada. Ketika memberikan perintah atau informasi pada anak, berikan kesempatan untuk anak agar mereka mengekspresikan opini dan tanggapan mereka. Hal ini dapat melatih anak untuk menyampaikan pemikirannya secara verbal. 3. Collaboration Skills (keterampilan bekerjasama) Keterampilan bekerja sama yang dimaksudkan dalam 4C adalah: (1) Keterampilan bekerja secara efektif dan penuh respek dengan berbagai macam tim, (2) Keterampilan untuk berkompromi demi tercapainya tujuan bersama, (3) Keterampilan untuk menerima tanggungjawab bersama dalam pelaksanaan pekerjaan tim, dan keterampilan untuk menghargai kontribusi setiap anggota kelompok. Keterampilan-keterampilan tersebut dapat dilatih oleh orang tua kepada anaknya melalui pertemanan mereka dengan tetangga, teman sekolah, hingga bergabung dalam komunitas yang mempunyai hobi atau kegemaran yang sama untuk saling mengembangkan bakatnya. Selain menjadi anggota tim, anak juga dapat diberi tantangan untuk menkoordinir sebuah acara kecil. Melalui kepercayaan dan tanggung jawab yang diterimanya, anak menjadi terlatih untuk berkolaborasi dengan orang lain. Dengan bekerja sama, anak dapat berbagi ide, argumen, pengalaman, dan berbagai persepsi yang berbeda dengan teman sesama timnya. Hal ini pula menambah wawasan anak, melatih anak berinteraksi sosial, dan mempunyai sikap toleransi dalam menerima perbedaan. 5. Creativity and Innovation (kreativitas dan inovasi) Kreatifitas dan inovasi yang dimaksud dalam 4C adalah: (1) Keterampilan berpikir kreatif yang mencakup; (a) keterampilan untuk menggunakan berbagai
As’ari AR. Pengembangan Karakter dalam Pembelajaran Matematika: Prioritas dalam Rangka Mengembangkan 4C’s. A.R.As’ari di Universitas Muhammadiyah Surabaya. 2016. Chusna AA, Nurofik JM, Dermawan KI. Peran Pendidikan Keluarga dalam Menghadapi Tantangan Revolusi Industri 4.0. Prosiding Seminar Nasional & Call Paper Psikologi Pendidikan 2019 Fakultas Pendidikan Psikologi. hlm 128-132. 2019. E.G. Popkova, Y.V. Ragulina, A.V. Bogoviz. Industry 4.0: Industrial Revolution of the 21st^ Century. Studies in system, Decision and Control. Vol. 169. Switzerland (CH): Springer International Publishing. 2019. Karuniawan A, Cahyanti IK. Hubungan antara Academic Stress dengan Smartphone Addiction pada Mahasiswa Pengguna Smartphone. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental. 17 2(1): 12. 2013. Maulidah E. Character Building dan Keterampilan Abad 21 dalam Pembelajaran di Era Revolusi Indutri 4.0. Prosiding Seminar Nasional PGSD. hlm. 139-145. 2019. National Education Association. Preparing 21st Century Students for a Global Society: An Educator’s Guide to the “Four Cs”. hlm 215. 2019. Praherdiono H. Teori dan Implementasi Teknologi Pendidikan Era Belajar Abad 21 dan Revolusi Industri 4.0. Edisi pertama. Malang (ID): Seribu Bintang. 2019.