















































Study with the several resources on Docsity
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Prepare for your exams
Study with the several resources on Docsity
Earn points to download
Earn points by helping other students or get them with a premium plan
Community
Ask the community for help and clear up your study doubts
Discover the best universities in your country according to Docsity users
Free resources
Download our free guides on studying techniques, anxiety management strategies, and thesis advice from Docsity tutors
Laporan ini berisi hasil dari magang di sebuah UPTD Konservasi penyu Sumatera Barat. Membahas tentang perawatan tukik hingga melepasnya ke laut.
Typology: Study Guides, Projects, Research
1 / 55
This page cannot be seen from the preview
Don't miss anything!
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau OLEH RIZKI LESTARI NIM 2004111508
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. karena sudah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktek magang yang berjudul “ Teknik Perawatan dan Pelepasan Tukik Penyu Lekang ( Lepidochelys olivacea ) dalam Upaya Konservasi di UPT Kawasan Konservasi Penyu Pariaman, Sumatra Barat ” dengan baik dan tepat pada waktunya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Windarti, M. Sc selaku dosen pembimbing dalam laporan praktek magang ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan rekan-rekan yang selalu mendukung proses pembuatan laporan. Dalam penulisan laporan praktek magang ini, penulis menyadari bahwa masih ada kesalahan dalam penulisannya. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang mendukung untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan praktek magang ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca Pekanbaru, Maret 2023 Rizki Lestari
Tabel Halaman
tersebut dimulai dari penetasan telur penyu, perawatan tukik hingga pelepasan penyu. Konservasi penyu juga berperan dalam penangkaran penyu untuk dijadikan edukasi bagi masyarakat. Kegiatan tersebut akan membantu tingkat hidup penyu dan bereproduksi agar jumlah penyu terus meningkat (Ningsih et al ., 2 017). Menurut Wyneken dalam Parawangsa (2018), perlindungan dan penyelamatan populasi penyu dari banyaknya ancaman internal dan eksternal penyu merupakan program penting dalam konservasi penyu. Salah satunya adalah pemeliharaan tukik penyu yang sangat rawan terhadap ancaman dalam survival rate untuk melanjutkan kehidupannya dari pesisir pantai tropis menuju laut bebas. Saat ini, daya dukung habitat tukik penyu sangat kurang memadai akibat daerah pantai tempat peneluran penyu dijadikan tempat wisata yang melewati batas, banyaknya sampah, dan abrasi pantai. Maka dari itu penulis tertarik untuk melihat langsung dan belajar mengenai teknik pemeliharan dan pelepasan tukik penyu lekang dalam upaya konservasi di UPTD KPSDKP Provinsi Sumatera Barat.
1. 2. Tujuan dan Manfaat Pratek Magang Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk menambah ilmu mahasiswa baik soft skill berupa pengetahuan secara teori maupun hard skill yang berupa praktek langsung di lapangan di bidang yang berkaitan dengan teknik pemeliharaan dan pelepasan tukik penyu lekang ( Lepidochelys olivacea ). Manfaat dari praktek magang ini antara lain yaitu untuk menambah pengetahuan atau wawasan, keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang menyangkut konservasi tukik penyu lekang ( Lepidochelys olivacea ) dan dapat menjadi bekal dimasa yang akan datang dalam menghadapi dunia kerja.
2.1 Konservasi Penyu Penyu adalah biota laut yang masuk dalam kelas reptil dan hewan ovipar yang kehidupan populasinya terancam punah akibat pengaruh alam maupun kegiatan manusia. Keberadaan penyu menjadi penyangga dalam kehidupan manusia karena berpengaruh dalam keseimbangan eksosistem, naik turunnya pertumbuhan ekonomi perikanan, pengembangan ekowisata dan edukasi (Agmalia et al., 2014 ). Penyu diakui oleh internasional kedalam red list dalam IUCN dan Appendix I CITES yang artinya perdagangan internasional penyu untuk tujuan komersil dilarang dan harus menjadi perhatian khusus bagi kita untuk menjaganya tetap lestari (Bara et al., 2013). Berdasarkan Kementrian Perikanan dan Kelautan Indonesia (KKP), masih banyak masalah pengelolaan ruang laut yang patut dibenahi termasuk salah satunya adalah upaya konservasi penyu di Indonesia. Adapun undang-undang atau peraturan yang mengatur perlindungan tentang penyu yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 tahun 19 99 tentag Pengawetan Tumbuhan dan Satwa, Permen LHK No. 20 tahun 2018 tentang Jenis dan Satwa yang Dilindungi, Permen LHK No. 106 tahun 2018 tentang Perubahan Permen LHK No. 20 tahun 2018 menyatakan bahwa 6 jenis penyu tergolong satwa yang dilindungi oleh Undang-undang, Surat Edaran No. SE 526 tahun 2015 tentang Pelaksanaan Perlindungan Penyu, Telur, Bagian Tubuh, dan/atau Produk Turunannya.
ke arah ekor. Karapas penyu lekang berbeda dengan penyu lain, lateral scutes-nya berjumlah 6 sampai 10 buah pada kedua sisi karapas dan karapas cenderung melebar serta berwarna kuning keabu-abuan dengan ruas-ruas yang memanjang neural (Dumasari, 2014). Penyu lekang ( Lepidochelys olivacea ) mencari makan di area dekat muara dan teluk. Menurut Ario et al ., (2016) penyu lekang merupakan salah satu penyu yang bersifat karnivora, berparuh kuat dan besar untuk memangsa ubur-ubur, cumi-cumi, bintang laut, kerang, kima, kepiting, dan udang. Gambar 1. Penyu Lekang ( Lepidochelys olivacea ) Gambar 2. Bentuk tubuh Sumber: Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, 2022
2.3 Siklus Hidup Semua spesies penyu memiliki siklus yang sama. Pertumbuhan pada penyu sangat lambat sehingga membutuhkan waktu 20- 50 tahun untuk menuju penyu dewasa. Ketika penyu sudah dewasa, ia akan melakukan migrasi untuk mencari pasangannya. Perkawinan biasanya dilakukan dipagi hari, pada saat matahari terbit. Saat kawin, penyu jantan berada di punggung penyu betina dengan mencengkram bahu penyu betina menggunakan kuku yang terdapat pada kaki depan. Waktu yang dibutuhkan penyu untuk kawin dari awal hingga selesai kopulasi kurang lebih 4-6 jam (Yahya et al. 2018). Berdasarkan buku Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu, ketika akan bertelur penyu akan naik ke pantai. Hanya penyu betina yang datang ke daerah peneluran, sedangkan penyu jantan berada di daerah sub-tidal. Penyu bertelur dengan tingkah laku yang berbeda sesuai dengan spesies masing-masing. Penyu betina membuat lubang badan ( body pit) sebagai sarang dengan kedalaman 30 - 60 cm. Jika pasirnya terlalu kering dan tidak cocok untuk bertelur, si penyu akan berpindah ke lokasi lain. Penyu mempunyai sifat kembali ke rumah ( strong homing instinct ) yang kuat, yaitu migrasi antara lokasi mencari makan ( feeding grounds ) dengan lokasi bertelur ( breeding ground ). Migrasi ini dapat berubah akibat berbagai alasan, misalnya perubahan iklim, kelangkaan pakan di alam, banyaknya predator termasuk gangguan manusia, dan terjadi bencana alam yang hebat di daerah peneluran, misalnya tsunami). Setelah mengeluarkan semua telurnya, penyu betina akan kembali bermigrasi ke tempat makannya masing-masing ( post-nesting migration ) (KKP, 2019).
mencapai dewasa. Penyu bertelur ketika terjadi air pasang penuh, induk penyu akan berenang menuju ke pantai yang berpasir dan melakukan beberapa tahapan proses peneluran, yaitu merayap, membuat lubang badan, membuat lubang sarang, bertelur, menutup lubang sarang, menutup lubang badan, memadatkan pasir di sekitar lubang badan, istirahat, membuat penyamaran sarang dan kembali ke laut (Syaiful et al ., 2013). Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi keberhasilan penetasan telur penyu yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik adalah munculnya predator seperti hewan pemakan telur penyu dan manusia yang ingin mengambil telurnya. Sedangkan faktor abiotik seperti adanya mikroba pada sarang telur. Selain itu, mikroorganisme juga menyebabkan penurunan oksigen diikuti naiknya suhu dalam sarang telur. Suhu sarang dapat mempengaruhi pertumbuhan telur penyu. Menurut Rosalina (2022) suhu sarang yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mengakibatkan telur penyu tidak menetas dan kempes. Embrio akan menjadi tukik setelah melewati masa inkubasi kurang lebih selama hampir 2 bulan. Tukik yang siap untuk menetas akan memecahkan cangkang telur dengan menggunakan paruh ( Caruncle ) yang terdapat di ujung rahang atas. Tukik kemudian akan keluar dari dalam pasir secara bersamaan menuju kepermukaan pasir. Sekitar sarang penetasan dibatasi oleh pembatas yang dibangun dengan tujuan untuk menjaga tukik agar tetap disekitar sarang, tidak keluar dari tempat penetasan (Rosalina et al ., 2022). 2.3.3 Pemeliharaan dan Pelepasan Tukik Penyu Lekang Setelah telur penyu menetas dan sebelum dilepas ke pantai, perlunya pemeliharaan terhadap tukik penyu tersebut. Pelepasan tukik merupakan
serangkaian melepasliarkan tukik hasil penetasan semi alami dan pembesaran dikolam pembesar ke laut lepas. Tukik yang siap dilepaskan yaitu setelah tukik cukup kuat dalam menghadapi arus dan predator. Pelepasan tukik menjadi salah satu bentuk restocking penyu sehingga populasi penyu dilaut semakin banyak (Rosalina et al., 2022). Menurut Apriyandini (2017), tukik menetas setelah sekitar 7-12 minggu. Kelompok tukik memerlukan waktu dua hari atau lebih untuk mencapai permukaan pasir, biasanya pada malam hari. Untuk menemukan arah ke laut tukik berpatokan pada arah yang paling terang serta menggunakan topografi garis horison di sekitarnya. Begitu mencapai laut tukik menggunakan berbagai kombinasi petunjuk (arah gelombang, arus dan medan magnet) untuk orientasi ke daerah lepas pantai yang lebih dalam. Kegiatan tukik melewati pantai dan berenang menjauh adalah upaya untuk merekam 19 petunjuk-petunjuk yang diperlukan untuk menemukan jalan pulang saat mereka akan kawin
Tabel 2. Bahan yang digunakan selama praktek magang di UPTD KPSDKP No. Bahan Fungsi
pemeliharaan dan pelepasan tukik penyu lekang ( Lepidochelys olivacea ). 3. 4 Prosedur Praktek Magang Prosedur untuk bisa praktek magang di UPTD KPSDKP Provinsi Sumatera Barat adalah sebagaia berikut: Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing di kampus mengenai lokasi magang. Mencari informasi tentang kegiatan di UPTD KPSDKP Provinsi Sumatera Barat. Melakukan konsultasi kembali dengan dosen pembimbing mengenai tempat magang dan judul magang. Koordinasi dan melengkapi administrasi ke Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Mengajukan permohonan untuk melakukan magang di UPTD KPSDKP Provinsi Sumatera Barat. Melakukan diskusi dan konsultasi dengan pembimbing lapangan di UPTD KPSDKP Provinsi Sumatera Barat. Melakukan persiapan praktek kerja teknik pemeliharaan dan pelepasan tukik penyu lekang ( Lepidochelys olivacea ) dalam upaya konservasi. Menyusun laporan hasil magang. Konsultasi kepada pembimbing tentang hasil kegiatan praktek magang. Persetujuan untuk ujian magang, pengajuan ujian magang dan penyelesaian administrasi ujian magang ke Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau.