Docsity
Docsity

Prepare for your exams
Prepare for your exams

Study with the several resources on Docsity


Earn points to download
Earn points to download

Earn points by helping other students or get them with a premium plan


Guidelines and tips
Guidelines and tips

Application of Conditioned Stimulus, Essays (university) of Consumer Behaviour

Applying conditioned stimulus to a marketing campaign.

Typology: Essays (university)

2019/2020

Uploaded on 05/26/2020

natasya-gobardja
natasya-gobardja 🇮🇩

2 documents

1 / 9

Toggle sidebar

This page cannot be seen from the preview

Don't miss anything!

bg1
SOLUSI KELANGKAAN MENTAL HEALTH SERVICE
CONSUMER BEHAVIOR
Proposal
Disusun Oleh:
Natasya Gobardja / 13111810311
Piere Putra / 13111810335
Rachel CPS / 13111810359
Samuel Steven Wang / 13111810126
Shavira Wangsamulia / 13111810306
Stephanliong Kencana / 13111810406
Business 2L
Universitas Prasetiya Mulya
BSD City Kavling Edutown I.1, Jl. BSD Raya Utama, BSD City, Pagedangan, Tangerang,
Banten 15339
pf3
pf4
pf5
pf8
pf9

Partial preview of the text

Download Application of Conditioned Stimulus and more Essays (university) Consumer Behaviour in PDF only on Docsity!

SOLUSI KELANGKAAN MENTAL HEALTH SERVICE

CONSUMER BEHAVIOR

Proposal Disusun Oleh: Natasya Gobardja / 13111810311 Piere Putra / 13111810335 Rachel CPS / 13111810359 Samuel Steven Wang / 13111810126 Shavira Wangsamulia / 13111810306 Stephanliong Kencana / 13111810406 Business 2L Universitas Prasetiya Mulya BSD City Kavling Edutown I.1, Jl. BSD Raya Utama, BSD City, Pagedangan, Tangerang, Banten 15339

Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman, masyarakat dituntut untuk lebih produktif. Tingkat kompetitif yang terus meningkat ini membuat mereka harus bekerja lebih keras dengan tekanan yang lebih besar daripada sebelumnya. Standar sosial yang semakin tinggi juga membuat mereka memandang bahwa mereka yang tidak mencapai standar tersebut memiliki nilai yang lebih rendah dan tidak layak. Tentu saja dengan semua tekanan yang terus ada di berbagai aspek kehidupan, seperti sekolah, perkuliahan, pekerjaan, bahkan dalam keluarga, dapat menimbulkan seseorang memiliki sakit mental. Penyakit mental seperti stress, depresi, dan lain-lain membuat orang tidak dapat berpikir jernih dan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan. Ada yang melakukan segala macam cara untuk mencapai standar sosial tersebut, namun ada juga yang memilih untuk meninggalkan itu semua. Bunuh diri, menjadi sesuatu opsi pilihan untuk mereka keluar dari lingkar permasalahan tersebut. Namun ada beberapa cara untuk dapat mengatasi penyakit mental tersebut, yaitu dengan membagi beban yang dialami kepada orang lain (bercerita). Banyak orang yang merasa tidak ada orang yang peduli dengan hidup mereka, ataupun merasa sendiri, tidak ada yang mendukung. Di Indonesia, tingkat orang bunuh diri dari tahun 2012 sampai 2016 meningkat sebanyak 0,9%, dan jumlah psikiater jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah orang yang membutuhkannya (orang-orang depresi). Oleh karena itu, kami ingin memberikan sebuah solusi untuk menyediakan jasa prevensi tindakan bunuh diri. Untuk mencapai hal tersebut, kami akan memberi pelayanan via telepon yang mudah untuk orang jangkau ketika mereka membutuhkan tempat untuk bercerita. Dengan harapan dapat membantu mereka yang sudah merasa lelah dan letih lesu agar tidak ingin bunuh diri.

Mental health service di Indonesia sangatlah langka dimana hanya ada 773 psikiater untuk 260 juta jiwa di Indonesia. Hal ini sangat memprihatinkan karena orang-orang yang mengalami depresi membutuhkan seseorang untuk tempat curhat dan mencari solusi hampir tidak ada. Menurut data WHO penyebab utama orang melakukan bunuh diri adalah depresi. Pada tahun 2017 terdapat 3,7% populasi mengalami depresi. Oleh karena itu, di Indonesia menurut data WHO tahun 2016, angka bunuh diri Indonesia terus naik. Yaitu dari 4,3 persen di tahun 2012 menjadi 5,2 persen di tahun 2016. Orang-orang yang depresi membutuhkan seseorang untuk menjadi tempat cerita mereka. Mereka membutuhkan seseorang yang ingin mendengarkan dan memberikan solusi. Maka dari itu salah satu solusi untuk menurunkan tingkat bunuh diri di Indonesia adalah dengan membuat sebuah jasa psikiater yang bisa menolong orang-orang yang sedang dalam masalah dan tekanan.

Solusi

Berdasarkan problem statement yang telah dijelaskan diatas kami memiliki solusi yang kami harap dapat membantu mengurangi masalah yang ditimbulkan oleh langka nya pelayanan penyakit mental (scarcity of mental health service). Berbagai negara di Dunia ini telah memiliki suicide prevention hotline untuk para rakyatnya seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, Ghana, Brasil, Yunani, Jepang, dan masih banyak lagi. Melihat seberapa seriusnya penyakit mental bagi para remaja maupun dewasa tetapi masih kurangnya perhatian Indonesia terhadap penyakit ini membuat kami ingin mengambil langkah dalam membantu saudara- saudara kami yang sedang menghadapi penyakit mental ini. Oleh karena itu kami memiliki ide untuk membuat Suicide Prevention Hotline di Indonesia, kami akan merekrut para psikiater yang mampu menangani dan mengatasi telepon dari para pengguna hotline ini dan mencegah mereka untuk melukai diri mereka atau bahkan membunuh diri mereka. Di saat itu juga kami kan mengirimkan bantuan untuk menjemput penelpon di lokasi mereka untuk menyelamatkannya jika situasi nya sudah tidak aman. Melalui penelitian dan pengalaman terkadang orang yang sedang mengalami masalah seperti stress, depresi, kesepian, suicidal thoughts dan sakit mental lainnya membutuhkan tempat untuk bercerita dan bersandar seperti halnya membutuhkan teman. Jadi kami tidak hanya merekrut psikiater tapi ada juga para volunteer yang ingin berbuat baik dan menolong sesama dalam masa sulit mereka dengan cara menjadi teman, memberi nasihat, menemani mereka dan memberikan support positif dengan harapan dapat membantu mereka menemukan titik terang di masa- masa gelap mereka.

Kami memilih Nomor 505, selain mudah diingat nomor ini juga memiliki arti yaitu SOS (save our soul) yang menurut kami sangat sesuai dengan tujuan dari dibentuknya komunitas ini. Kami juga memiliki rencana untuk menyediakan layanan telepon umum di universitas dan sekolah bagi para anak muda yang membutuhkan bantuan kami. Kami memilih universitas dan sekolah karena menurut kami itu adalah tempat dimana sebagian besar anak muda menghabiskan waktu mereka. Kami terlebih dahulu akan Fokus membantu para remaja karena emosi mereka lebih tidak stabil daripada mereka yang sudah dewasa setelah itu kami kan mengembangkan fasilitas telepon umum kami ke perkantoran dan selanjutnya ke lingkungan masyarakat. Tapi untuk layanan telepon #505 berlaku untuk semua orang tanpa memandang umur dan latar belakang, kami disini ingin membantu membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih indah bagi semua orang.

we should air video advertisements through social media platforms and youtube. The video advertisements should show implications of moment before self harm or suicide and end with the person reconsidering and calling our hotline, showing the number 505, a suicide prevention hotline with a very pronounced dial tone included in the ad. This allows the consumer to associate suicide related moments with our dial tone, for instance our consumer was about to hang himself but upon seein the rope he has unconciously associated it to our dial tone and the number 505. This may push him to at least give us a call. Additionally we should print posters with strong imagery, represeting suicide scenes with slogans like: “”You are not alone, 505”, “Don’t end your life, call 505.” Thus forming an association where the consumer sees 505, alongside their current situation which is, just before a suicide. The Tri-Component Attitude Model The Tri-Component Attitude Model consists of: The Cognitive, Affective and Conative components. The cognitive component contains a consumer’s knowledge and perception of product or brand features, this is expressed as beliefs about a brand. The Affective component which are a consumer’s emotions and feelings about a product or brand and what this is expressed as favorable or unfavorable attitude toward a brand. Lastly the conative component which are actions or behavior toward a product or brand, this is expressed by the likelihood of the consumer to buy our brand. As our brand is completely new, we must form positive cognitive components or beliefs towards our brand. Hence we must ensure that depressed people can use our service as a platform

where they can confide and look for solutions. We must inform them that we hire psychiatrists and that real help is available. They must be informed that we are online 24/7 and that our number 505 is very easily accessible.The consumer must believe that our service is reliable, or else they would not make such an important call. Next is the affective component, which is expressed by consumers labelling our service “good” or “bad.” To be a “good” service we must For instance, if a person visiting a shopping center feels particularly joyous during shopping there, he will spend more time doing so and recall with great pleasure the time spent at the shopping center. In addition, he may encourage his friends to visit the center. Hence if our service is comforting and professional, our consumers will feel satisfied and be able to rely on our service more. Lastly is the conative component, hopefully as we continue to give good consultations and viable solutions to the depressed people that reached out. We are able to ensure that they will call us whenever they need to talk or feel better and even share their good experience with our service to their communities.